Akhir periode 1990 hingga awal 2000 adalah sebuah periode di mana Arsenal dikenal dengan sepak bola indahnya. Arsene Wenger datang ke Liga Primer Inggris seperti badai. Manajer asal Prancis tersebut memperkenalkan cara bermain yang baru kepada rekan-rekan pelatih di Inggris. Cara baru yang pada awalnya revolusioner.
Wenger pernah revolusioner. Hal ini benar adanya, tentu saja. Ia mengenalkan cara bermain cepat dengan aliran umpan satu atau dua sentuhan. Cara bermain Arsenal yang baru ini membuat mereka sulit diadang lawan-lawannya. Permainan indah yang pada akhirnya menjadi fondasi puncak kejayaan Arsenal: 49 pertandingan zonder kekalahan.
Waktu terus berjalan dan Wenger setia dengan filosofinya. Permainan indah ala The Gunners, satu dua sentuhan, serangan balik cepat, yang di kemudian hari juga dipentaskan dengan megah oleh rakasasa Catalan. Tak ada yang salah dengan kesetiaan. Namun di sepak bola, ada kalanya Anda harus berkembang.
Sayang sekali, mantan manajer AS Monaco ini telat mengikuti arus zaman. Ketika free-flowing game yang ditunjukkan Arsenal kesulitan menundukkan tim-tim tradisional Britania, Wenger tetap bergeming. Ia keras kepala, dan itu benar adanya, dan salah satu buktinya adalah bertahun-tahun mempertahankan pemain yang tidak berkontribusi.
Maka ketika Jose Mourinho mempertunjukkan bahwa “bermain bertahan” pun bisa menjadi juara, cara bermain Wenger mendapat cibiran. Jangan salah, “cara bermain kuno” Arsenal ini pun masih mendapatkan dukungan. Padahal, cara bermain yang pernah disegani ini sudah aus dimakan zaman dan sudah seperti menjadi dongeng.
Wenger sendiri melunak ketika ia mengubah pendekatan 4-2-3-1 yang ortodok menjadi 3-4-2-1 yang “nampak” modern. Hasilnya sempat bagus. Arsenal tetap bisa mempertahankan cara bermain indah. Namun, tanpa konsistensi struktur taktik, kembali, bermain indah tak selalu berujung kemenangan. Jika ingin selalu menikmati yang indah-indah, sebaiknya Anda pergi ke pantai.
Suara Laurent Koscielny
Pemain sepak bola datang ke tempat latihan setiap pagi dan sore untuk satu tujuan, yaitu menjadi lebih kuat dan juara di akhir musim. Siapa saja pemainnya, bahkan jika dirinya adalah Paolo Maldini atau Francesco Totti, pemain satu klub sepanjang karier, tentu punya hasrat untuk menjad juara. Kesetiaan memang penting, namun juara juga tak kalah pentingnya untuk seorang atlet.
Maka, suara tegas Laurent Koscielny menemui kebenarannya. Win ugly, adalah keniscayaan yang tak bisa ditampik seorang yang terlibat di dunia kompetisi, termasuk Wenger. Berbicara sebelum Arsenal menjamu West Bromwich Albion, Koscielny menegaskan pendapatnya kepada The Telegraph.
“Di Inggris, setiap laga selalu sulit. Tidak ada tim dengan kasta yang lebih rendah dan jika Anda tidak siap, kekalahan bukan soal talenta. Setiap pertandingan adalah soal komitmen, dan fokus dengan cara bermain sendiri. Jika siap memenangi duel, memenangi second ball, dan setelah itu bermain dengan gaya sendiri, maka Arsenal bisa mengalahkan West Brom.”
“Kami memenangi Piala FA dan Community Shield, tetapi Liga Primer adalah sesuatu yang berbeda karena berjalan selama sembilan atau sepuluh bulan. Hanya tim yang konsisten memenangi pertandingan yang bisa menjadi juara. Setiap tahun, kami tampil bagus di awal atau di akhir musim, namun tidak sepanjang musim.”
“Sangat sulit untuk memenangi Liga Primer jika catatan kami seperti itu. Jadi, saya berharap kami bisa lebih konsisten mendapatkan kemenangan. Pada akhirnya, memang menyenangkan bermain indah, namun yang paling penting adalah mendapatkan tiga angka. Terkadang, Anda hanya perlu menang 1-0 dan bermain buruk, tapi kami mendapatkan tiga angka pada akhir laga. Kami harus belajar soal ini.”
Koscielny memahami bahwa kompetisi adalah maraton. Dan yang paling penting, liga tidak dimenangi hanya dengan menang tipis atas Leicester City atau mengatasi perlawanan Bournemouth. Kompetisi adalah kumpulan kemenangan dengan level konsistensi yang terjaga. Jika tidak konsisten, jangan harap bisa menjadi juara.
Baca juga: Laurent Koscielny yang Menuai Hasil dari Kesabaran dan Kerja Keras
Oleh sebab itu, tak selalu kemenangan dihasilkan dari permainan indah, dengan melakukan 50 umpan pendek sebelum Olivier Giroud mencetak gol dengan mencocor umpan datar dari Theo Walcott. Kemenangan juga bisa dihasilkan dari tembakan serampangan Nacho Monreal yang membentur dada pemain lawan sebelum menjadi gol.
Pada akhirnya, rentetan 10 kemenangan dengan cara bermain yang buruk akan lebih berarti ketimbang lima hasil imbang dan lima kekalahan ketika bermain cantik. Arsenal ikut kompetisi paling sengit di dunia, bukan ajang kecantikan.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen