Nama Rochy Putiray sempat mencuat ke publik pada 2018 lalu kala mantan pemain Timnas Indonesia ini mengungkap kasus pengaturan skor di Liga Indonesia. Ia mengaku sempat ditawari untuk terlibat “main sabun” dengan iming-iming uang puluhan juta rupiah di awal Liga Indonesia tahun 2000-an.
Ia juga berani bertaruh bahwa di musim 2018 lalu Persija Jakarta yang akan menjadi juara. Dan benar adanya, tim ibu kota tersebut mampu meraih gelar juara di akhir musim. Walau komentar Rochy sempat dicecar habis-habisan beberapa pihak, namun masalah pengaturan skor di negeri ini sudah jadi rahasia umum.
Kasus jual-beli pertandingan bukanlah hal yang mengagetkan mengingat banyaknya pertandingan aneh terjadi di Indonesia setiap musimnya.
BACA JUGA: Ular Tangga Persija Menuju Gelar Juara
Terlepas dari itu semua sosok Rochy Putiray lebih dari itu, ia adalah sosok penyerang ganas yang pernah dimiliki Indonesia. Salah satu hal yang paling diingat tentang Rochy Putiray adalah dua golnya ke gawang AC Milan yang dikawal Christian Abbiati pada 2004 silam.
Ya, berkat dua gol tersebut, Kitchee SC, tim yang ia bela kala itu mampu mempermalukan Milan yang pada masa itu menjadi salah satu tim terbaik di Eropa dan harus dipaksa legowo dan menundukkan kepala di hadapan publik Hong Kong.
Kenyataan tersebut menjadi sejarah bagi karier Rochy Putiray. Namun, fenomena-fenomena yang dibuat oleh mantan pemain Arseto Solo itu tak hanya itu saja.
RochyPutiray dikenal sebagai salah satu pemain paling nyentrik di Indonesia karena gemar mencuri perhatian publik. Ia gemar gonta-ganti warna rambut, memakai sepatu yang berbeda warna, menggunakan jersey lengan panjang namun hanya sebelah, atau melakukan selebrasi dengan jungkir balik dan selebrasi-selebrasi ekspresif lainnya.
Namun, sikap caper Rochy ini berjalan lurus dengan prestasinya sebagai pesepak bola. Justru, sikap caper Rochy Putiray menjadi identitas baginya.
Jika kita menyebut nama Rochy Putiray, tentu yang pertama tebersit di ingatan kita bagaimana gilanya pemain yang satu ini. Dalam wawancaranya dengan beberapa media nasional, penampilan nyentrik yang ia tunjukkan merupakan pemantik dan motivasi kala bertanding.
Keganasan Rochy sebagai penyerang tak dapat dipertanyakan. Ia sudah membuktikannya, ketajaman mantan pemain kelahiran 1970 ini diakui bukan hanya di Indonesia namun juga di Hong Kong.
Nama Rochy Putiray cukup harum di sana karena di awal tahun 2000-an ia menjadi penyerang andalan beberapa klub Liga Hong Kong dan puncaknya ketika ia berhasil membobol gawang AC Milan kala membela Kitchee SC pada 2004 lalu.
Prestasi Rochy selama di Hong Kong juga tak dapat dipandang sebelah mata, ia mampu membawa timnya menjadi runner-up Liga Hong Kong sekaligus menjadi topskor liga kala membela Instant-Dict FC pada tahun 2000 dengan torehan 20 gol.
Rochy Putiray yang lahir dari keluarga pesepak bola mampu membuktikan dengan fisiknya yang kecil, ia tetap mampu mengeluarkan potensi tersbesar dalam dirinya. Lantas, bagaimana perjalanan karier RochyPutiray hingga mampu meraih kesuksesannya di lapangan hijau?