Suara Pembaca

Senjakala Jurgen Klopp di Liverpool

Dalam hingar bingar perayaan ini, mungkin banyak fans yang tidak mengingat atau takut akan kehilangan sosok pelatih asal Jerman ini. Atau mungkin di sisi lainnya banyak juga fans yang takut dan khawatir namun bersembunyi dibalik potongan kutipan-kutipan bijak

“Ketika Klopp pergi, kita akan menemukan pengganti yang sama atau melebihi kehebatannya.”

“Tak ada satu pun yang lebih penting dari pada lambang klub di dada, baik pemain atau pun pelatih.”

Ah, namun sepertinya mereka tidak mengakui ketakutan dan kekhawatirannya dan berlindung di balik kata-kata bijak yang selalu mampu membuat saya, kamu, kita, dan mereka para Kopites terlihat tangguh. Padahal jauh di lubuk hati terdalam, yang ada hanyalah kekhawatir dan takut akan hancur kembali.

Apalagi Klopp hadir setelah banyak sosok yang mengecewakan sejak dongeng “Suatu Malam di Istanbul” karya Rafael Benitez menjadi rapalan wajib para Kopites untuk menyombongkan kejayaan tim di masa lalu.

Di bawah nama-nama sekaliber Roy Hodgson, Kenny Dalglish, bahkan Bredan Rodgers pun Liverpool belum bisa bangkit menjadi tim yang kembali ditakuti baik di kancah sepak bola Inggris pun Eropa.

Bagaimanapun juga, suka tidak suka, diakui tidak diakui Jurgen Klopp lah yang membuat fans semakin cinta dan optimis kepada klub yang mereka cintai, setelah melalui periode penuh pasrah yang bertahun-tahun.

BACA JUGA: Enam Pelatih yang Direkrut dengan Biaya Kompensasi Tertinggi

BACA JUGA: Karena Pengalaman Roy Hodgson adalah Kunci bagi Crystal Palace

Cepat atau lambat, Jurgen Klopp akan meninggalkan Liverpool dengan nafas lega dan memeluk semua fans lewat ucapan terima kasih dan sampai jumpa. Sebaliknya, mungkin para Kopites akan bersedih dan patah hati dalam waktu yang lama.

Tersiar kabar bahwa Kopites hanya punya waktu kurang lebih empat musim lagi sebelum Klopp benar-benar pergi dari Anfield. Kabar burung berhembus ia akan kembali ke Mainz, klub terakhir dalam kariernya sebagai pemain sekaligus klub pertama dalam kariernya sebagai seorang pelatih.

Bagaimana pun nantinya, akhir karir Jurgen Klopp di Liverpool, dia akan tetap dicintai dan diingat sebagai seorang legenda. Sekalipun akhir karir Klopp terjadi seperti di Dortmund dulu saya yakin bahwa Klopp tidak akan dibenci, seperti apa yang ditulis Pangeran Siahaan berjudul “Ajari Kami Membenci Jurgen Klopp” pada tautan berikut ini.

Suatu hari nanti, ketika Jurgen Klopp berpamitan, mungkin di hari itu saya dan para pendukung Liverpool lainnya akan mendengarkan lagu dari Endank Soekamti berjudul “Sampai Jumpa” seraya melihat tayangan-tayangan kompilasi Jurgen Klopp di kanal YouTube dengan mata yang sembab.

Bagi kita, kehilangan Jurgen Klopp akan menjadi kesedihan yang melebihi gagalnya di dua final pertamanya bersama Liverpool, yakni gagalnya final Liga Champions di Kiev dan meraih juara liga di musim 2018/2019.

Untuk para pendukung Liverpool di mana pun, termasuk saya… sudah siapkah kita akan perpisahan ini?

Penulis adalah pendukung Liverpool yang berkuliah di salah salah satu universitas swasta di Jogjakarta. Penulis bisa disapa lewat akun Twitter @ahmadsyaifudd1n