Magis Jurgen Klopp di Liverpool, bagi para pendukungnya, bagaikan sebuah oase di hamparan gurun pasir. Pelepas dahaga yang menyegarkan di tengah keringnya prestasi. Namun oase tersebut bukanlah sebuah samudera luas yang airnya akan habis juga, di sanalah rasa haus akan kembali menyapa, di saat perpisahan.
Semesta diciptakan dengan dua sisi yang sering kita sebut dengan sebab dan akibat. Ada kelahiran dan kematian, ada terbit dan tenggelam, ada sedih dan bahagia, ada awal dan akhir. Ada pula pertemuan dan perpisahan, semuanya adalah hal yang akan terjadi dalam kehidupan seluruh umat manusia. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, keduanya menjadi sebab dan akhibat.
Perpisahan dan akhir akan terjadi dalam setiap jengkal dan langkah kehidupan manusia dan salah satunya terjadi dalam dunia sepak bola. Berbicara akhir dan perpisahan membuat saya merenung dan berpikir karena teringat akan satu hal: akhir dan perpisahan Jurgen Klopp dengan Liverpool.
Mungkin saat ini para pendukung Liverpool, termasuk saya, sedang berbahagia setelah menyaksikan apa yang apa yang dilakukan Jurgen Klopp di Liverpool, yakni prestasi yang dicapai oleh klub yang dicintainya dalam setahun terakhir.
Para pendukung Liverpool, Kopites, ibarat kata pengantin baru yang sedang merasakan indahnya berbulan madu yang membuat dada sumringah dan membuat setiap hari dipenuhi dengan senyum simpul di ujung bibir. Dalam keriuhan perayaan ini sejenak saya merenung, apa yang terjadi jika masa pengabdian Jurgen Klopp di Liverpool telah usai?
Jika diingat-ingat kembali Jurgen Klopp datang menguraikan kacaunya simpul serta kusutnya benang yang ada di Liverpool, ia menyulamnya kembali menjadi sebuah rajutan yang kokoh dengan segala kendala dan keterbatasan yang ada.
Setelahnya, dalam tahun terakhir ini kita telah menikmati hasil sulaman Jurgen Klopp di Liverpool, menikmati kebahagian dengan guyuran prestasi, rekor, trofi dan gaya bermain yang enak dipandang. Bisa jadi ini adalah awal dari puncak kejutan-kejutan berupa kebahagiaan lain yang diberikan Klopp untuk pendukung Liverpool.
Dan terbukti dengan dua gelar yang mampu dalam setahun terakhir, trofi Liga Champions keenam dan Liga Inggris kedelapan belas dalam sejarah klub.
Setelah pemberian serta dedikasi yang luar biasa kepada Liverpool, beberapa pertanyaan mengacaukan kebahagiaan saya.
“Bagaimana jika nanti era Jurgen Klopp telah usai?.”
“Apa rasanya ketika kita kehilangan pelatih yang begitu cintanya keda setiap tim yang dilatihnya?.”
Tidak akan ada lagi sosok Jurgen Klopp di Liverpool dengan semangat yang meledak-ledak serta tawa khasnya di setiap sesi latihan atau wawancara klub.