Pada 1982, seperti yang disebutkan dalam Sports Around the World: History, Culture, and Practice, Volume 2 suntingan John Nauright dan Charles Parrish (2012:109), FIFUSA menggelar ajang Piala Dunia futebol salao untuk pertama kalinya.
RSSSF mencatat terdapat 10 negara yang menjadi peserta dalam ajang ini, yaitu Brasil yang juga bertindak sebagai tuan rumah dan keluar sebagai juara, Paraguay, Uruguay, Kolombia, Cekoslovakia, Belanda, Argentina, Italia, Jepang, dan Kosta Rika.
Ajang inilah yang membuka mata FIFA terkait potensi besar olahraga ini, terutama dari segi ekonomi. Sejak saat itu, FIFA pun mulai melakukan berbagai usaha untuk mengambil alih futebol salao ke dalam organisasinya.
Sebagai indikasi awal, misalnya, seperti diberitakan Harian Kompas edisi 21 April 1985, Havelange mengadakan pembicaraan dengan Fernand Sastre, ketua FFF (Federasi Sepakbola Perancis) saat itu, mengenai kemungkinan menyelenggarakan ajang “sepak bola ruangan tertutup” di Paris pada 1985.
Meski memang menarik, namun ide tersebut ditolak Sastre karena negara mereka lebih menginginkan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia.
FIFA bahkan melakukan beberapa “serangan” kepada FIFUSA demi mencapai tujuannya ini. Misalnya, mereka melarang FIFUSA untuk menggunakan kata “futebol”, dan karena itulah istilah “futsal” lahir.
Pada 1985 di Madrid, dalam gelaran Piala Dunia yang kedua, FIFUSA meresmikan istilah tersebut sebagai nama dari olahraga yang mereka kelola.
Ajang Piala Dunia kedua ini juga yang menjadi target “serangan” FIFA selanjutnya. FIFA lewat Havelange mencoba melobi pemerintah Spanyol untuk tidak mendukung secara finansial ajang yang akan digelar di negara mereka.
Havelange–yang saat itu juga menjabat sebagai anggota International Olympic Commitee (sejak 1963 dan mengundurkan diri pada 2011)–bahkan meminta kepada koleganya Juan Antonio Samaranch yang merupakan ketua IOC untuk menggunakan hak veto-nya untuk menggagalkan pencalonan Barcelona sebagai tuan rumah Olimpiade 1992.
Gertakan ini ampuh untuk membuat pemerintah Spanyol mengikuti permintaaannya tersebut. Meski begitu, tanpa adanya dukungan finansial, FIFUSA tetap sukses menggelar ajang Piala Dunia kedua ini. Terdapat 12 negara yang menjadi peserta dan Brasil kembali keluar sebagai juara.
Bahkan, di tengah kesulitan ekonomi yang melanda, FIFUSA kembali menggelar Piala Dunia ketiga pada 1988 di Australia. Jumlah pesertanya pun semakin meningkat menjadi 16 negara. Di edisi ini, Paraguay keluar sebagai pemenang.
BACA JUGA: Ivan Gazidis, Lawan Terbaru Zlatan Ibrahimovic di “Ring Tinju”[/box]