Cerita

Bepe, Supriadi, dan Sepatu Bola Pertamanya

Bagi pemain sepak bola profesional, sepatu bola merupakan salah satu kebutuhan yang utama. Sebaliknya untuk seorang bocah, sepatu bola adalah hal mewah yang tidak jarang memberi kisah tersendiri ketika pertama mendapatkannya.

Kisah yang tidak jarang menjadi awal perjalanan karier mereka kelak sebagai pemain profesional, seperti M. Supriadi dan Bambang Pamungkas misalnya.

Masing-masing mereka memiliki kisah dengan sepatu pertamanya. Ingatan yang menemani dan menjadi bunga lain dalam perjalanan, hingga menjadi pemain hebat seperti sekarang ini.

BACA JUGA: M. Supriadi Menggapai Mimpi

M. Supriadi | Kredit: pssi.org

Bagi Supriadi yang merupakan seorang anak penjual es dan kuli bangunan, tidak mudah untuk sekadar membeli sepatu sepak bola. Padahal sepatu adalah keperluan utama baginya yang mulai meniti perjalanan bersama Rungkut FC.

Dengan semua keterbatasan, pemain yang kelak bersinar bersama timnas U-16 Indonesia ini tidak menyerah dengan keadaan. Uang saku Rp2.000 selalu disimpan setiap harinya. Namun karena kebutuhan sepatu semakin mendesak, dana yang terkumpul baru Rp30 ribu. Supri memutuskan membeli sepatu termurah dengan uang yang ada.

Sepatu seharga Rp30 ribu itu memang dapat digunakan. Namun dengan kualitasnya, sepatu cepat rusak. Melihat kondisi tersebut orang tua Supriadi hanya bisa membesarkan hati Supriadi kecil, yang tidak jarang merasa iri melihat sepatu teman-temannya yang berharga mungkin sepuluh kali lipat dari miliknya.

Kalsum, ibundanya, menguatkan, sepatu bukanlah hal yang penting, melainkan kemampuan bermain di lapangan, dan dapat mencetak gol yang lebih utama.

Bukan hanya kisah kecepatan, kelincahan, hingga penyelesaian akhir kala membantu timnas U-16 menjuarai Piala AFF U-16,  kisah sepatu seharga Rp30 ribu yang menjadi awal perjalanan anak yang semula hanya menemani sang ibu berjualan es di Lapangan Rungkut, menjadi kisah lain.

Bambang Pamungkas | Kredit: Yoppy Renato/bola.com

BACA JUGA: Bambang Pamungkas Menutup Sebuah Era

Beda lagi dengan kisah sepatu Bambang Pamungkas. Pemain yang telah menjelma jadi legenda sepak bola Indonesia ini sedikit lebih beruntung. Ia mendapatkan sepatu bola yang terhitung mahal dari sang ayah sejak mulai menyukai sepak bola.

Dalam acara bertajuk #Bepe20Bicara: Battle of Life beberapa tahun lalu, pemain yang baru saja mengakhiri karier sebagai pesepak bola ini bercerita, bila sepatu dengan merek Fox seharga Rp17.500 menjadi kado dari ayahnya di ulang tahun ke-8.

“Di ulang tahun ke-delapan saya dibelikan sebuah hadiah oleh ayah saya. Sepatu sepak bola Fox harganya Rp17.500, mahal ketika itu. Dan itu hadiah yang luar biasa mahal, karena ketika itu di kampung saya semua orang masih berpikir, anak kecil main bola nyeker aja.”

Kehadiran sepatu itupun menjadi sangat istimewa untuk Bepe kecil. Ke manapun ia pergi, sepatu bola pertamanya tidak pernah tertinggal. Ke sekolah, sepatu itu masuk dalam tas. Ketika main, sepatu itu selalu ikut dan selalu dipamerkan kepada teman-temannya.

Menjadi unik ketika sepatu tersebut justru tidak digunakannya untuk bermain sepak bola. Sayang, katanya.

BACA JUGA: Jika Para Pemain Terbaik Jawa Tengah Dijadikan Satu Tim

Hingga suatu malam, sang ayah yang mengetahui bila anaknya tetap bermain sepak bola tanpa alas kaki segera memanggil Bambang. Ditanyalah anaknya mengapa sepatu tetap tidak dipakai.

Berbagai alasan dikemukakan. Alasan sayang, sulit menendang dengan sepatu, hingga lebih nyaman nyeker karena lebih dapat merasakan bola dan tanah.

“Ya udah besok sepatu bapak bakar,” ucap Bepe menirukan perkataan sang ayah.

Mendengar kata-kata itu Bambang kecil jelas kaget. Hingga sang ayah memberi nasihat yang kelak mengubah segalanya. Nasihat yang di kemudian hari juga diwariskan pemain yang identik dengan nomor 20 itu kepada anaknya.

“Apapun profesi yang akan kamu geluti nanti, awalilah dengan cara yang baik dan benar. Kalau kamu ingin menjadi pemain sepak bola profesional, maka kamu harus awali dengan cara yang baik dan benar. Caranya bagaimana? Ya pakai sepatu bola,” dikisahkan Bepe malam itu.