Selasa (7/1), Daniele De Rossi mengumumkan pensiun sebagai pemain sepak bola. Gelandang yang terkenal dengan kegarangannya ini, memutuskan gantung sepatu agar lebih dekat dengan keluarganya.
“Ini bukan karena masalah fisik, tapi karena aku ingin lebih dekat dengan anak perempuanku. Itulah alasan satu-satunya, aku ingin dekat dengan anak perempuanku dan keluarga,” demikian kata De Rossi, seperti diwartakan Football Tribe Korea.
De Rossi menambahkan, setelah pensiun dirinya tidak akan jauh-jauh dari sepak bola. Ia berhasrat ingin jadi pelatih, dan sedang mencari tahu inforrmasi terkait hal itu. Kalaupun gagal, rencana lainnya adalah menjadi direksi di sebuah klub sepak bola.
Pemain yang memiliki tato ikonik di betisnya ini mengakhiri 18 tahun perjalanannya di lapangan hijau. Debut De Rossi di sepak bola profesional dijalani di musim 2001/2002, ketika AS Roma bermain imbang 1-1 di kandang melawan Anderlecht. Hebatnya, debut itu dilakukan di Liga Champions!
Kemudian laga pertamanya di Serie A dicicipi saat I Giallorossi kalah 0-2 di kandang Como, musim 2002/2003. De Rossi bermain penuh selama 90 menit di pertandingan itu.
Di musim 2003/2004 De Rossi lebih sering dipercaya turun ke lapangan. Walau masih keluar-masuk tim inti, perkembangan pesat dibuat gelandang setinggi 184 sentimeter ini dengan mencatatkan 17 penampilan di Serie A, enam kali bermain di Piala UEFA, dan empat kali merumput di Coppa Italia.
Di musim-musim berikutnya, barulah De Rossi menembus tim inti Il Lupi. Ia pun turut berjasa membawa Roma meraih dua gelar Coppa Italia di musim 2006/2007 dan 2007/2008, serta satu Piala Super Italia di musim yang disebut terakhir.
Sementara itu di timnas Italia, De Rossi memulai kiprahnya dengan cemerlang. Tahun 2004 ia menjuarai Piala Eropa bersama Gli Azzurri U-21, dan dua tahun berselang mengangkat trofi Piala Dunia di Jerman bersama para legenda seperti Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, dan Andrea Pirlo.
De Rossi bahkan menjadi pemain termuda di skuat Italia saat itu, dengan usia 22 tahun. Tak pelak, berbagai tawaran dari klub lain pun datang menghampirinya, tapi De Rossi tetap kukuh pada pilihannya. Ia setia pada Roma, dan kesetiaan ini terus dijaganya sampai Roma melepasnya pada Juli 2019 ke Boca Juniors.
Kepindahan ke Boca pun bukan tanpa alasan, dan bukan untuk mencari sensasi. De Rossi mengaku bermain di La Bombonera, kandang Boca Juniors, adalah impiannya sejak kecil. Impian yang kemudian menjadi kenyataan di usia 35 tahun, dan walau harus “dibayar” dengan minimnya menit bermain.
Ya, De Rossi hanya dimainkan enam kali di klub yang berbasis di Buenos Aires tersebut. Rinciannya, empat kali di liga, satu kali di Copa Libertadores, dan satu kali di Copa Argentina.
Namun demikian, noda-noda kecil seperti itu tetap tidak sebanding dengan pencapaian De Rossi sepanjang kariernya. Baik dari segi performa di lapangan, dan loyalitas pada klub yang dibelanya.
Bagaimana tidak? Seorang remaja seusia mahasiswa semester awal yang sudah menjuarai Piala Eropa U-21 dan Piala Dunia, tidak menggubris tawaran klub-klub elite Benua Biru dan memilih bertahan di klub sekelas AS Roma. Ia bahkan terus bertahan, walau menjadi pemain senior tanpa ban kapten.
Jabatan kapten Roma baru diembannya setelah Francesco Totti pensiun, itupun hanya dua musim. Dan kini, De Rossi kembali mengikuti jejak Totti, untuk menepi dari hingar-bingar lapangan hijau, sembari menyusun strategi untuk melanjutkan hidup di kepala empat.
Selamat pensiun, dan selamat berkumpul dengan keluarga, capitano De Rossi!