Suara Pembaca

Takefusa Kubo, Samurai Muda yang Coba Taklukkan Eropa

Pada akhir pekan lalu, kita semua sudah pasti membaca headline yang sama di beberapa media sepak bola yang ada. Setidaknya, terdapat tiga headline utama yang muncul di beberapa media sepak bola kenamaan.

Pertama ialah gol solo run Son Heung Min ketika Tottenham Hotspur berjumpa West Ham. Kedua, Kekalahan mengejutkan yang dialami oleh tim-tim papan atas seperti Manchester City, Juventus, dan Bayern Muenchen  di liganya masing-masing. Serta, penahbisan Lionel Messi sebagai peraih Ballon d’Or untuk yang keenam kalinya.

Menilik betapa “besarnya” ketiga berita tersebut, sepertinya tidak banyak penggemar sepak bola yang peduli dengan kekalahan Real Mallorca dari Barcelona dengan skor telak 5-2. Sebagian cules mungkin menonton pertandingan tersebut, namun mereka tentu hanya ingin melihat tim kesayangan mereka berlaga, serta Lionel Messi yang memamerkan Ballon d’Or keenamnya, dan mencetak hat-trick sebagai hadiah bagi para cules.

Kejadian-kejadian besar di atas, jelas terlalu “besar” bagi seorang pria mungil yang bermain untuk tim kecil bernama Real Mallorca. Padahal, jika kita mau sedikit saja memindahkan fokus ke pemain asal Jepang berusia 18 tahun tersebut, kita akan melihat betapa besarnya potensi Takefusa Kubo.

Berhadapan dengan puluhan ribu Cules yang tak henti melakukan “boo” terhadap dirinya di sepanjang laga, bocah berusia 18 tahun ini justru tak berhenti meneror pertahanan Barcelona dengan umpan-umpan dan dribel yang memukau.

Di malam itu, Kubo mencatatkan satu shoot on target, dan satu shoot on goal dari total tiga tembakan yang dibukukan oleh Real Mallorca di laga tersebut. Melalui gerakannya yang eksplosif, Kubo memaksa Griezmann untuk melanggarnya hingga dua kali, dan Sergi Roberto menerima kartu kuning di laga tersebut.

BACA JUGA: Mengenal Takefusa Kubo, Pencetak Gol  Termuda J.League

Tak berhenti di situ, Messi yang menjadi tokoh utama pada malam itu pun harus rela terkena nutmeg oleh pria yang dijuluki The Japanese Messi ini. Jika melihat penampilan Kubo pada malam itu, tak salah memang jika legenda Barcelona, Andres Iniesta, mengatakan bahwa Barcelona bisa jadi akan menyesal pernah melepas pemain bernomor punggung 26 ini.

Iniesta yang kini bermain untuk klub Vissel Kobe menyebutkan bahwa “Kubo adalah pemain dengan talenta besar dan memiliki masa depan cerah di hadapannya. Hanya waktu yang bisa menjawab apakah Barcelona nantinya menyesal karena gagal memulangkan Kubo ke La Masia.”

Beberapa media di Spanyol juga sepakat dengan pendapat Iniesta mengenai Kubo. Menurut harian Marca “Kubo showed the self-confidence of a someone twice his age. The best thing about Kubo, apart from his attitude, was his left foot. His handling of the ball is spectacular and his vision outstanding.”

Jika menilik penampilan Kubo dengan Real Mallorca sejauh ini, tidak berlebihan memang jika puja-puji terus berdatangan dari para pemain hingga media sepak bola ternama untuk dirinya. Dari tujuh caps yang sudah dilakoninya, Kubo berhasil mencatatkan 69,9 pass success percentage, dan rata-rata 3 shots on goal per pertandingan.

Satu gol dan dua asis yang sudah dibuat Kubo bersama Mallorca, menjadi cara Kubo menjawab tudingan media bahwa dirinya hanyalah bentuk “investasi bisnis” belaka bagi Madrid di Negeri Sakura.


Kubo mendapati penampilan terbaiknya saat timnya membekuk Villarreal dengan skor 3-1, di mana pria bertinggi 173 sentimeter ini berhasil membukukan satu gol, memberikan dua penalti kepada timnya, sekaligus menjadi man of the match pada pertandingan tersebut.

Lantas apa yang membedakan Kubo dengan penyandang gelar “The Next Messi” yang sudah ada seperti Martin Odegaard, Bojan Krkic, atau Alen Halilovic? Apakah karier Kubo juga akan berakhir buruk seperti ketiga nama tersebut?

Jika melihat dari apa yang sudah ditampilkan oleh Kubo sejauh ini, saya cukup yakin bahwa Kubo akan menjadi apa yang disebut Marca dengan “Real Madrid’s masterpiece” di beberapa tahun mendatang.

Setidaknya, terdapat tiga alasan yang membuat saya yakin bahwa Kubo akan menjadi bintang sepak bola Jepang sama seperti Hidetoshi Nakata, Shunsuke Nakamura, atau Shinji Kagawa. 

Pertama, ulet dan pekerja keras. Sebagai seorang pemain, selain punya kecepatan dan agresivitas di atas rata-rata, Kubo adalah sosok yang ulet dan pekerja keras. Hal itu dibuktikannya ketika memperkuat FC Tokyo di J1 League.

Di setiap pertandingan, tak peduli melawan klub besar atau kecil, Kubo tidak pernah menyia-nyiakan menit bermain yang diberikan pelatihnya. Bagi Kubo, ulet dan kerja keras adalah dua sifat  yang harus terus ia miliki jika tidak ingin bernasib sama dengan ketiga “The New Messi” sebelumnya.

BACA JUGA: Vissel Kobe: Steak Wagyu Berlapis Tepung

Sifat ulet dan kerja keras ini pun tetap ada meski ia harus “disekolahkan” terlebih dahulu oleh Madrid ke Mallorca. Dalam wawancaranya dengan harian Marca, ketika ditanya tentang bagaimana perasaanya soal penampilannya pada tujuh laga yang sudah dijalani bersama Mallorca, Kubo menjawab,

I am not satisfied at all because I think I can do more. But I’m starting and I think it’s very good. What is essential is to keep going.” Sebuah jawaban yang menandakan, bahwa pencetak gol termuda di J1 league ini akan terus berkembang karena terus bekerja keras. 

Kedua, mampu berbahasa Spanyol dengan lancar. Poin kedua ini mungkin terdengar sebagai alasan yang tidak kuat dalam karier seorang pesepak bola. Namun, poin ini mungkin menjadi yang paling penting jika sang pemain bermain di LaLiga.

Hal ini dikarenakan selain untuk menunjang komunikasi dengan sesama pemain, media massa Spanyol dikenal sangat menekankan penggunaan bahasa lokal dalam tiap wawancaranya.

Craig Williams dalam tulisannya berjudul “La Liga’s Foreign Players Are Easy Targets Until They Master the Spanish Language” di harian The Guardian menyebutkan, bagi pemain asing yang bermain di Liga Spanyol, penguasaan bahasa lokal merupakan sebuah keharusan. Bahkan, penguasaan bahasa dianggap lebih penting daripada skill di lapangan yang mumpuni.

Luka Modric dan Ivan Rakitic adalah dua contoh pemain yang dapat dengan cepat beradaptasi dengan para rekan di tim hingga awak media di Spanyol, dikarenakan kemampuan berbahasa Spanyol mereka yang cukup lancar. Di sisi lain, kegagalan dalam menguasai bahasa Spanyol dialami oleh dua calon The New Messi” lainnya yaitu Martin Odegaard dan Alen Halilovic.

BACA JUGA: Martin Odegaard, Penampil Terbaik di LaLiga Saat Ini

Kedua orang ini gagal bersinar di klubnya, sedikit banyak dikarenakan buruknya penguasaan bahasa Spanyol oleh keduanya. Dua contoh kasus yang berbeda tersebut, menunjukkan betapa pentingnya penguasaan bahasa Spanyol bagi para pemain yang ingin berkarier di La Liga.

Untungnya, Kubo sudah menguasai kemampuan bahasa Spanyol yang mumpuni dikarenakan sudah empat tahun menimba ilmu di akademi La Masia, Barcelona. Dengan kemampuan berbahasa Spanyol yang lancar, Kubo jelas punya kesempatan lebih baik dibandingkan Martin Odegaard dan Alen Halilovic untuk membuktikan diri sebagai “The New Messi”.

Ketiga, bukan media darling. Untuk pemain muda seperti Kubo, memutuskan jauh dari peliputan media dan keglamoran kehidupan pesepak bola merupakan pilihan yang sangat tepat. Sebagai pemain muda yang sedang menjadi sorotan media, Kubo cenderung menghindari terlalu banyak interview dengan media, dan penggunaan sosial media pribadi yang berlebihan.

Kubo hanya memiliki sebuah akun Instagram berpengikut 850 ribu, yang terhitung jarang digunakan. Angka ini jelas merupakan angka yang kecil jika dibandingkan dengan beberapa pemain muda seusianya di klub ternama yang sudah memiliki jutaan follower di sosial media pribadi mereka.

Di awal tahun 2019, Wayne Rooney pernah mengkritik pemain Manchester United yang mengalami penurunan performa, namun begitu aktif di sosial media mereka.

Rooney mengatakan “Cara sepak bola bekerja telah berubah. Anda punya pemain-pemain yang kalah dalam pertandingan tapi mereka mengunggah sesuatu di media sosial mengenai toko pakaian mereka, penampilan baru, apapun yang mereka keluarkan, menurut saya benar-benar ‘gila’.”

BACA JUGA: Hegemoni Sepak Bola Jepang di Era Heisei

Oleh karena itu, menjaga jarak dengan media dan keglamoran kehidupan pesepak bola merupakan langkah yang sudah tepat diambil Kubo, agar karier sepak bolanya tidak berakhir antiklimaks. 

Di usia yang masih belia, jalan karier Takefusa Kubo untuk menjadi pemain yang besar masih sangat terbuka lebar. Jika tetap memegang teguh ketiga hal yang sudah dimilikinya kini, Kubo tidak hanya berpotensi menjadi “The New Messi”, melainkan melampaui rekor-rekor messi.

Selain ketiga hal tersebut, Kubo hanya perlu terus belajar dan bersabar, hingga tiba waktunya untuk Kubo menjadi headline di berbagai media massa ternama, karena gol dan penampilan memukaunya.

Setelah itu semua, sejarah tak akan pernah ragu untuk mencatat namanya sebagai seorang Samurai Muda yang berhasil menaklukan Eropa, bersenjatakan sebuah bola.

 

*Penulis adalah abdi negara yang cinta sepak bola Italia. Bisa ditemui di akun Twitter @abietsaputra