Buriram United dikabarkan membuat penawaran resmi untuk memboyong Ilija Spasojevic dari Bali United musim depan. Lantas jika Ilija Spasojevic ke Buriram United, akankah dirinya bersinar sebagaimana wakil Indonesia lainnya di Thai League, sekaligus mengobati kerinduan para fans The Thunder Castle akan sosok penyerang tajam?
Buriram memang mencari sosok yang tepat untuk menggedor jala lawan pasca-hengkangnya Diogo Luis Santo ke Johor Darul Ta’zim. Berseragam Buriram sejak 2015, eks pemain Santos tersebut sudah mencetak 119 gol dalam 139 penampilan di seluruh ajang.
Baik talenta lokal seperti Supachai Jaided ataupun penyerang Swedia Rasmus Jonsson tak mampu menggantikan sosoknya yang legendaris. Buriram justru bergantung pada pemain muda Suphanat Mueanta (17 tahun) yang sudah mencetak 8 gol dari 20 penampilan di semua ajang musim ini.
Uniknya manajemen Buriram sendiri tak ingin memboyong Spaso yang kini berusia sama dengan Diogo, 32 tahun, dengan status permanen di musim depan, melainkan hanya sekadar meminjam jasa pemain yang pernah bermain satu klub dengan eks winger Juventus, Milos Krasic, di awal kariernya di Vojvodina ini.
Mengapa Buriram tak ingin memboyong Spasogoal secara permanen, padahal ia punya rekor yang tak buruk-buruk amat? Bermain di kompetisi Asia Tenggara, meski secara kultur sama satu dengan lainnya tetap memerlukan adaptasi. Lihat bagaimana statistik Diogo usai pindah dari Buriram ke JDT.
Di musim pertamanya di Liga Super Malaysia, Diogo hanya mampu menjaringkan 7 gol dari 16 penampilannya bersama The Southern Tigers di semua ajang. Spaso pun sama sekali belum memiliki pengalaman bermain di Thai League 1. Wajar jika dengan kualitasnya sebagai salah satu peserta liga terbaik di Asia Tenggara, Buriram tak ingin buru-buru mencari pengganti Diogo.
Namun di balik keraguan itu, memiliki Spaso di dalam tubuh tim sendiri adalah keuntungan bagi Buriram. Bersama duo Filipina, Kevin Ingreso dan Stephan Palla, Spaso bisa memenuhi kuota 3 pemain asing Asia Tenggara yang dimiliki The Thunder Castle, belum lagi jika kompatriotnya tak memperpanjang masa baktinya.
Uniknya, tak seperti Ingreso dan Palla yang hanya memiliki sebagian darah Eropa, Spaso benar-benar orang Eropa tulen dengan postur setinggi 187 sentimeternya, yang bisa meneror lini belakang lawan lewat bola-bola atas dengan baik. Benar-benar sebuah keuntungan.
Dari panggung Liga Champions menuju liga tandingan
Satu hal lain yang nampaknya membuat Buriram kesengsem untuk mendatangkan Spaso adalah CV mentereng yang dimiliki olehnya. Ayah dua anak ini pernah berlaga di Liga Champions Eropa kala membela klub Georgia, Dynamo Tbilisi.
Di babak kualifikasi kedua Liga Champions 2008/2009, Spaso bersama Dynamo Tbilisi berkesempatan melawan klub raksasa Yunani, Panathinaikos. Sayang di leg pertama Dynamo kalah 3-0, dan Spaso pun hanya bermain sejak awal babak kedua. Sementara di leg kedua ia diturunkan sejak awal dan bermain selama 65 menit di laga yang berakhir nirgol tersebut.
Penampilan apik Spaso bersama Dynamo yang menggondol gelar juara Liga Georgia, juara Piala Georgia, dan Piala Super Georgia dalam dua musim, membuatnya diincar beberapa klub termasuk raksasa Serbia, Red Star Belgrade. Namun bukan Red Star yang kemudian menandatanganinya, melainkan Borac Cacak, peserta lainnya Liga Super Serbia.
Setelah hanya enam kali bermain untuk Borac, Spaso kemudian bertualang jauh ke Latvia (bermain untuk Liepajas Metalurgs) dan Yunani (bermain untuk AO Trikala) sebelum menginjakkan kakinya di bumi Nusantara untuk pertama kalinya di musim 2011.
Di tengah situasi sepak bola Indonesia yang dilanda kisruh dualisme liga dan kepengurusan PSSI, Spaso fokus meniti karier sekaligus mempromosikan dirinya lewat klub kecil Bali Devata yang kini sudah melebur menjadi Lampung Sakti FC.
Bermain sebanyak 14 kali dan mencetak 8 gol bersama Laskar Naga Banda Spaso kemudian dipinang PSM Makassar yang masih bermain di liga tandingan, Liga Primer Indonesia. Berseragam merah khas Juku Eja hingga musim 2013, Spaso tampil dalam 27 pertandingan dan mencetak 15 gol.
Bermain moncer di liga tandingan karier Spaso kian melonjak saat bermain untuk dua klub asal Kalimantan, Mitra Kutai Kartanegara dan Putra Samarinda (yang merupakan embrio Bali United), dan sukses mencetak minimal dua digit gol bersama kedua klub tersebut.
Bukan hanya Buriram yang sebenarnya tertarik mendatangkan Spaso, musim ini bahkan ia menerima tawaran dari salah satu peserta Liga Super Malaysia, Felda United, untuk bergabung bersama The Fighters di putaran kedua beberapa waktu lalu.
Wajar jika Felda juga menginginkan tanda tangan pemain yang menjuarai Piala Presiden 2015 bersama Persib Bandung tersebut, pasalnya Spaso sudah akrab dengan iklim sepak bola Malaysia saat membela Malaka United selama dua musim.
Spaso bahkan membawa Skuad Hang Tuah juara Liga Primer Malaysia dan mengantarkan mereka promosi ke Liga Super Malaysia di musim 2017. Di musim 2016 Spaso tak hanya menggondol gelar pencetak gol terbanyak kasta kedua dengan 24 gol tapi juga menjadi pencetak gol terbanyak di seluruh kompetisi sepak bola Malaysia dengan 27 gol.
Dengan segudang pengalaman dan prestasi yang ditorehkan meminang Ilija Spasojevic nampaknya menguntungkan di tengah urgensi Buriram mencari sosok penggedor lini belakang lawan. Bagi Spaso sendiri bermain di Liga Thailand akan sangat menyenangkan, apalagi Buriram yang kini tengah memimpin klasemen berpeluang juara dan bermain di fase grup Liga Champions Asia.
Namun jika melihat gaya permainan Buriram saat ini, Spaso yang merupakan seorang target man akan memaksakan perubahan gaya bermain yang diterapkan Božidar Bandović dari high possession menuju direct fooball.
Belum lagi kemungkinan besar hilangnya kesempatan Spaso kembali berseragam Timnas yang entah mengapa dialami pemain sekelas Victor Igbonefo, Yanto Basna dan Ryuji Utomo. Namun bisa saja hal tersebut ternafikan jika gelontoran golnya menjadi penting bagi Buriram di liga maupun kompetisi regional.
Jadi akankah Ilija Spasojevic menuju Chang Arena musim depan? Yang jelas sang pemain saat ini tengah berfokus memberikan gelar juara bersama Serdadu Tridatu untuk pertama kalinya dan menambah koleksi gelar di catatan perjalanan kariernya.