Inggris Cerita

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Bernama Divock Origi

Anak asuh Juergen Klopp menang besar saat menghadapi klub promosi Norwich City di pekan pembuka Liga Primer Inggris 2019/2020, Sabtu (10/8) dini hari di hadapan publik sendiri di Anfield. Di balik performa brilian The Reds, ada satu sosok yang menjadi pahlawan tanpa tanda jasa bagi Liverpool, dia adalah Divock Origi.

Pemain kelahiran Belgia 24 tahun lalu itu kembali dipercaya masuk dalam susunan sebelas pertama Klopp di musim ini, setelah laga Community Shield pada Minggu (4/8) lalu. Origi membayar kepercayaan Klopp dengan tampil militan selama 74 menit sebelum digantikan Sadio Mane.

Origi yang merayakan laga ke-100-nya bersama The Reds di depan ribuan Kopites yang memenuhi Anfield, berhasil membukukan satu asis dan satu gol dalam kemenangan perdana Liverpool di liga musim ini. Uniknya, mantan pemain Lille tersebut ikut andil dalam proses terciptanya gol pertama (sekaligus gol bunuh diri pertama) Liga Primer 2019/2020, yang dicetak kapten Norwich City, Grant Hanley.

Pertandingan baru berjalan tujuh menit, Origi yang melakukan penetrasi dari sisi kiri lantas mengirim umpan datar ke kotak penalti The Canaries yang ternyata mengenai kaki Hanley, sebelum akhirnya bola berbelok arah dan masuk ke gawang kiper senior Belanda, Tim Krul.

Sontak anak asuh Juergen Klopp semakin terpacu dan mampu menjaringkan dua gol lagi hingga setengah jam pertama laga berjalan.

Baca juga: Liverpool Mendekati Sempurna, tapi…

Origi akhirnya sukses mencatatkan namanya di papan skor usai menerima umpan lambung Trent Alexander-Arnold dari sisi kanan. Berdiri bebas di dalam kotak penalti Norwich, Origi sukses menjaringkan bola dan menyamai torehan rekan setimnya, Mohamed Salah, yang ikut mencetak satu gol dan satu asis di interval pertama.

Liverpool yang unggul empat gol sempat kecolongan lewat gol Teemu Pukki di menit ke-64. Penjaga gawang pengganti, Adrian San Miguel, tak mampu menghindarkan The Reds dari catatan nirbobol pertama mereka di musim 2019-2020.

Meski demikian, Liverpool boleh menyombongkan diri karena untuk sementara waktu berhasil duduk di puncak klasemen Liga Primer Inggris, salah satunya lewat aksi pahlawan tanpa tanda jasa bernama Divock Origi.

Pria yang tepat di waktu dan tempat yang tepat

Pertama kali Origi datang ke Liverpool ketika berusia 19 tahun, ia kembali dipinjamkan ke Lille di awal musim 2014/2015 meski sudah ditebus Liverpool seharga 1 juta euro. Origi yang baru promosi dari tim muda Les Dogues dua musim sebelumnya, tampil trengginas di musim terakhirnya di Ligue 1 dengan mencetak 8 gol dan 4 asis dari 33 pertandingan.

Raihan tersebut lebih baik ketimbang semusim sebelumnya, di mana ia hanya mencetak 5 gol dan 1 asis dari 30 pertandingan. Setibanya di Liverpool dan menjalani musim debutnya bersama The Reds, Origi mampu mencetak 10 gol dan 3 asis dalam 33 penampilan bersama The Reds di semua ajang di musim 2015/2016 termasuk Liga Europa.

Penampilan pemain bertinggi 185 sentimeter yang mampu bermain di posisi penyerang tengah dan sayap kiri ini semakin menggila di musim berikutnya. Di Liga Primer Inggris saja, Origi yang mengoleksi 1.457 menit bermain mampu mencetak 7 gol dan 4 asis dalam 34 pertandingan yang ia lakoni di bawah komando Juergen Klopp.

Namun alih-alih mempermanenkan posisi Origi di musim berikutnya, Klopp membuat keputusan yang terbilang tepat dengan meminjamkan sang pemain ke tim kuda hitam asal Jerman, VfL Wolfsburg. Pasalnya, jika Origi tak minggat dari Anfield, namanya akan terus redup di kala klub mendatangkan Mohamed Salah dari AS Roma yang langsung menjadi top skor klub musim 2017/2018 dengan 44 gol.

Origi tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang dia dapat di Bundesliga. Bersama Die Wölfe, ia membungkus 7 gol dan 3 asis dalam 36 penampilan di semua ajang untuk dibawa pulang ke Liverpool sebagai oleh-oleh bagi Klopp, yang menjadi bukti kelayakannya menghuni lini depan The Reds di musim berikutnya.

Terlebih Origi juga mampu membawa Wolfsburg tetap bertahan di Bundesliga dengan mencetak satu gol dan satu asis penting dalam pertandingan play-off kontra peringkat ketiga 2.Bundesliga, Holstein Kiel, yang membuat manajemen Wolfsburg bersikeras mempermanenkan status sang pemain guna menjalani musim 2018/2019.

Harga Origi di pasaran pun sudah naik sepuluh kali lipat. Liverpool tentu akan untung besar ketika mampu melego salah satu komoditi panas di bursa transfer musim 2018/2019, ketimbang menyimpannya sebagai rencana cadangan trisula maut ‘Firmansah’.

Baca juga: Mane dan Salah, Mengenalkan Islam Lewat Sepak Bola

Namun Origi benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa. Ia datang di saat dan waktu yang tepat bagi Liverpool di musim 2018/2019, dengan mencetak gol-gol penting bersama The Reds. Di liga ia berhasil mencetak gol krusial di derbi Merseyside dan menjaga harga diri klub di hadapan para blue noses, sebutan untuk fans klub tetangga, Everton.

Tiga gol saktinya di detik-detik akhir Liga Champions (brace di semi-final leg kedua kontra Barcelona dan killing-game goal di laga final kontra Tottenham), tentu akan menjadi alasan mengapa ia layak dikenang sebagai legenda Liverpool sejak hari itu dan selamanya.

Usia Origi kini menginjak usia emas pesepak bola. Satu pertandingan liga sudah dikantongi, bersama satu gol dan satu asis. Bukan tidak mungkin musim ini ia mampu mengotak-atik pakem trisula maut ‘Firmansah’ yang biasa diandalkan Klopp. Apa lagi, Liverpool musim ini akan menghadapi jadwal yang super padat, disertai misi menjaga martabat sebagai Raja Eropa terbaru.

Dan ketika si Merah sedang kesulitan, dia tahu siapa yang harus dipanggil… Bahati Njema, Divock!