Suara Pembaca

Rumor Transfer AC Milan: Kudapan di Tengah Penderitaan

Jeda kompetisi adalah saat krusial bagi setiap klub untuk berbenah, mengevaluasi diri, menambal kekurangan, mempertahankan pemain bintang, dan bersiap mengarungi kompetisi musim berikutnya. Termasuk klub Italia tersukes di Eropa, AC Milan.

Pergantian pelatih dari Gennaro Gattuso ke Marco Giampaolo tentunya akan banyak mengubah wajah AC Milan. Proses transisi juga akan berpengaruh pada denyut transfer yang akan menyesuaikan dengan kehadiran dan kebutuhan allenatore anyar Milan tersebut.

Sepanjang saya mengikuti dan mencintai klub ini di awal 2000-an, beberapa pemain yang masuk memang tak bisa disebut semenjana, tapi belum juga disebut pemain bintang. Di awal musim 1998/1999 saat I Rossoneri merengkuh scudetto kelima belasnya, Milan sukses mendatangkan duo Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg, satu paket dengan allenatore Alberto Zaccheroni.

Musim berikutnya, Andriy Shevchenko didatangkan dari Dynamo Kyiv, menyusul setahun kemudian Jose Mari menjadi pembelian termahal Milan dari Atletico Madrid.

Baca juga: Andriy Shevchenko dan Ingatan yang Pendek

Kering prestasi di dua musim tersebut membuat Milan menggebrak bursa transfer di musim 2001/2002, dengan mendatangkan nama beken sekaliber Rui Costa (Fiorentina), Filippo Inzaghi (Juventus), dan Andrea Pirlo (Inter).

Ditambah pembelian Alessandro Nesta (Lazio), Clarence Seedorf (Real Madrid) setahun kemudian, dan mendatangkan bocah ajaib Ricardo Kaka pada musim 2003/2004, yang kelak menjadi pondasi kesukesan Milan di Benua Biru.

Setelah era itu, silih berganti nama beken hadir seperti Ronaldo Nazario de Lima (Real Madrid), Ronaldinho (Barcelona), namun karena sudah melewati masa emas, rekrutan ini tidak membuahkan prestasi.

Datangnya Robinho (Manchester City), Zlatan Ibrahimovic (Barcelona), Kevin Prince Boateng (Genoa), Antonio Cassano (Sampdoria) di musim 2010/2011, mengubah peruntungan dengan membawa Milan meraih scudetto terakhir kalinya.

Ada pemain yang masuk tentu ada pemain yang keluar, sejatinya sebelum permasalahan keuangan melanda Milan di akhir kepemimpinan Berlusconi, Milan jarang menjual pemain bintang di saat peak performance.

Tercatat hanya Patrick Kluivert (ke Barcelona) yang menjadi big deal, selebihnya nama-nama seperti Roberto Ayala, Marcel Desailly, Christian Ziege, Zvonimir Boban, dan Demetrio Albertini yang keluar karena sudah melewati masa keemasan dan tersisih dari line-up secara alamiah.

Barulah pada musim 2006/2007 para fans dikejutkan dengan penjualan Shevchenko ke Chelsea senilai hampir 51 juta euro, Milan kembali menjual pemain kesayangan suporter, Ricardo Kaka, ke Real Madrid senilai hampir 67 Juta euro pada musim 2009/2010, lalu pada musim 2012/2013 menjual Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva ke PSG senilai hampir 63 juta euro, yang menandai berakhirnya era keemasan AC Milan.

Musim 2017/2018 Milan menggebrak bursa transfer dengan gelontoran dana segar dari pemilik baru, Yonghong Li (yang kemudian bangkrut) dengan mendatangkan 11 pemain baru. Pengeluarannya menembus angka 200 juta euro.

Apesnya, kebijakan tersebut juga tidak mendatangkan prestasi instan, bahkan seperti kita ketahui petaka datang di akhir musim dengan sanksi dari UEFA, karena Milan melanggar FFP.

Baca juga: Menanti Rocco, Sacchi, dan Ancelotti baru di AC Milan

Musim ini dengan manajemen baru yang lebih moderat, Milan lebih memfokuskan diri pada pengembangan tim melalui pemain muda potensial, selain berupaya menyeimbangkan neraca keuangan tentunya, sehingga akan banyak mengubah wajah kebijakan transfer Milan.

Dari rumor transfer yang berkembang hari-hari belakangan ini, hanya Lucas Torreira (Arsenal) yang mempunyai nama besar. Rade Krunic (resmi didatangkan dari Empoli), Theo Hernandez (resmi didatangkan dari Real Madrid), Dani Ceballos (Real Madrid), Ozan Kabak (Stuttgart), Andrej Kramaric (Hoffenheim), Ismael Bennacer (Empoli) mungkin nama-nama yang tidak terlalu diketahui publik. 

Pertanyaannya kemudian, sudah tepatkah Milan membidik nama-nama tersebut?

Bila mencermati skuat Milan saat ini, lini per lini sektor gelandang memang membutuhkan banyak perubahan. Hengkangnya kuartet Riccardo Montolivo – Andrea Bertolacci – Jose Mauri – Manuel Locatelli (belum lagi jika Franck Kessie hengkang), mengharuskan Il Diavolo Rosso mencari amunisi baru untuk menggantikannya.

Rade Krunic baru mengisi satu slot, praktis Milan hanya punya Lucas Paqueta, Jack Bonaventura, Hakan Calhanoglu, dan Lucas Biglia yang tidak lagi muda. Belakangan Milan dikabarkan sudah mengamankan Ismael Bennacer (lagi-lagi dari Empoli) yang sedang moncer bersama Aljazair di Piala Afrika 2019. Jika transfer ini terwujud, bukan tidak mungkin Bennacer akan mewarisi posisi regista yang ditinggal Tiemoue Bakayoko.

Baca juga: Tiemoue Bakayoko: Kelahiran Kembali Sang Petarung

Pola permainan Giampaolo yang tidak mengalirkan serangan lewat sektor sayap juga membuat Suso, Samuel Castillejo, Fabio Borini, dan Diego Laxalt yang berposisi sebagai winger gamang. Belum lagi kebiasaan allenatore anyar Milan itu untuk memainkan dua striker, membuat Patrick Cutrone yang memiliki tipe bermain sama dengan Krzysztof Piatek (juru gedor terbaik Milan saat ini), juga sempat diisukan akan hengkang.

Di sektor belakang, hengkangnya Abate tidak akan terlalu banyak berpengaruh, karena sisi kanan pertahanan Milan masih punya Davide Calabria dan Andrea Conti yang semakin matang. Kedatangan Theo Hernandez mungkin akan melapis Ricardo Rodriguez di sisi kiri pertahanan dengan opsi Ivan Strinic atau Diego Laxalt harus hengkang.

Di sektor penjaga gawang, rumor PSG yang terus menggoda Gianluigi Donnarumma juga tidak terlalu mengkhawatirkan Milan. Jawa Liga Champions tujuh kali ini masih punya Pepe Reina dan Alessandro Plizzari yang kian berkembang.

Masalahnya adalah ketiadaan Gustavo Gomez dan Cristian Zapata yang harus segera dicarikan solusinya oleh manajemen. Sebelumnya Milan membidik Ozan Kabak sang “Bundesliga Rookie of The Year” musim lalu, namun karena alasan adaptasi ia lebih memilih Schalke di Jerman.

Dengan amunisi yang ada, praktis di lini belakang hanya tersisa Il capitano Alessio Romagnoli, Mateo Mussachio, dan Mattia Caldara (yang sedang menepi karena cedera). Opsi bisa bertambah jika memasukkan Tiago Djalo ke daftar. Walaupun masih berstatus anggota tim Primavera, Djalo memiliki atribut yang mentereng ketika didatangkan dari Sporting Lisbon.

Menarik ditunggu kejutan transfer apa lagi yang akan disuguhkan duet Paolo Maldini dan Zvonimir Boban untuk menambah kekuatan skuat Milan musim ini.

Bagi tifosi layar kaca seperti saya, menikmati transfer di saat terpuruknya Milan saat ini adalah cara terbaik mencintai Milan. Ibaratnya, bersantai menikmati kudapan di tengah penderitaan yang silih berganti berdatangan.

Seperti Seno Gumira Ajidarma pernah bilang:

“Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun..

selama aku mencintainya…”

Prakiraan formasi AC Milan musim 2019/2020 versi penulis

*Penulis adalah tifosi layar kaca merangkap anggota Korps Pegawai Republik Indonesia. Bisa ditemui di akun Twitter @yogaramdani