Kompetisi liga-liga di Eropa musim 2018/2019 berakhir sudah. Dengan menyisakan beberapa turnamen internasional antarnegara seperti Copa America dan Piala Eropa U-21, maka sepak bola di Benua Biru akan memasuki masa rehat dan akan kembali beraksi dalam 1-2 bulan ke depan.
Namun, bukan berarti klub-klub yang kita kenal bisa bersantai-santai begitu saja. Saat ini mereka harus mempersiapkan diri untuk menyambut kompetisi musim depan agar bisa menjadi lebih baik, berprestasi, dan tidak menjadi bulan-bulanan suporter, baik suporter sendiri maupun lawan. Di antaranya adalah transfer pemain dan pelatih maupun menjalani fase pra-musim.
Pra-musim sendiri adalah fase yang sangat penting bagi suatu klub, ketika para pemain yang baru kembali dari masa liburan tidak dalam kondisi prima untuk bermain sepak bola dalam satu kompetisi penuh. Dalam pra-musim mereka difokuskan untuk mengembalikan performa baik fisik maupun mental agar ‘panas’dan fokus kembali dan siap untuk bermain dalam 2 x 45 menit pertandingan.
Selain itu pra-musim berguna bagi pemain yang baru saja bergabung sebagai proses adaptasi baik di lapangan maupun dengan rekan sesama tim. Kemudian bagi pelatih, baik yang masih bertahan maupun yang baru bergabung, pra-musim adalah waktu di mana para pelatih menyesuaikan taktik, gaya main, dan filosofi mereka dengan skuat yang ada, juga mencoba beberapa strategi lain sebagai antisipasi jika strategi utama tidak berjalan lancar tanpa tekanan yang berlebih.
Selain alasan di atas, mengapa pra-musim penting adalah sebagai kesempatan bagi sebuah klub untuk mempromosikan dan memasarkan jenama klub sendiri. Pra-musim adalah waktu senggang ketika tidak adanya kompetisi resmi saat itu, jadi mereka bisa bebas berpergian keluar negara mereka sendiri untuk memperluas jenama mereka.
Contohnya dengan membawa para pemain, yang merupakan senjata utama klub dalam mempresentasikan klub itu sendiri dan melakukan beberapa kegiatan seperti berkunjung ke markas-markas sponsor, melakukan aksi sosial, jumpa fans, coaching clinic, dan lain sebagainya.
Hal ini tentu dimengerti bahwa bagi para fans, yang tentu sering atau ingin mereka lihat setiap minggunya adalah aksi para pemain, baik secara langsung di stadion, maupun di kanal-kanal media seperti televisi maupun jaringan streaming, sehingga para pemain ini lah yang menjadi penghubung antara klub dengan fans (meski kadang-kadang ada klub seolah-olah memanfaatkan para fans sebagai ‘sapi perah’ untuk meraup keuntungan lebih).
Apalagi jika klub tersebut memiliki pemain dari luar Eropa misalnya, maka para fans akan memiliki hubungan yang lebih khusus karena lebih akan mendukung klub dengan pemain yang satu negara atau benua, karena pemain tersebut mempresentasikan negara negara asalnya.
Maka tak heran sekarang banyak klub yang rela menyeberangi samudra dan melakukan tur pra-musim di benua lain yang berjarak beribu-ribu kilometer jauhnya, seperti benua Amerika (terutama Amerika Serikat) dan Asia (terutama Asia Timur, seperti China). Meskipun hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada para pemain yang akan mengalami kelelahan karena harus menempuh perjalanan jauh.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Asia dan Amerika memiliki populasi penduduk yang sangat besar, sehingga bisa dibayangkan betapa besarnya basis suporter di sana dan terkadang tidak kalah militannya dengan suporter yang satu daerah dengan klub tersebut.
Di hampir semua negara klub tersebut memiliki komunitas suporter baik yang resmi maupun tidak resmi. Ditambah di era sosial media sekarang di mana para suporter tidak hanya bisa menyaksikan klub bertanding, tetapi juga bisa memantau setiap perkembangan klub, mengetahui info maupun berita dari berbagai sumber, bahkan bisa menyampaikan suara atau opini mereka tentang klub tersebut dan bisa mempengaruhi satu dengan yang lain.
Oleh karena itu suporter-suporter tersebut mempunyai kekuatan yang tidak bisa diremehkan dan dipandang sebelah mata, meskipun terpisahkan oleh kondisi geografis. Klub-klub sekarang tidak bisa hanya memandang para fans sebagai objek untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan merchandise atau segala macamnya, tetapi para fans harus bisa ambil bagian untuk membuat klub menjadi lebih baik.
Bahkan beberapa klub dimiliki oleh orang-orang yang berasal dari Amerika Serikat dan Asia, belum lagi sponsor dari negara-negara tersebut yang tidak terhitung jumlahnya yang membuat klub-klub tersebut tetap bisa beroperasi hingga sekarang.
Hal ini membuktikan bahwa pasar Amerika Serikat dan Asia memiliki pengaruh yang kuat di industri sepak bola sekarang ini.
Baca juga: Melihat Garuda Store Lebih Dekat
Maka tidak heran jika Relevent Sport, perusahaan olahraga asal Amerika Serikat menggelar International Champions Cup, salah satu kompetisi olahraga pra-musim terkenal yang berlangsung di beberapa negara di tiga benua yang diikuti oleh klub-klub papan atas Eropa dan klub lokal dari masing-masing negara tempat diselengarakannya turnamen.
ICC sendiri sudah berlangsung sejak 2013. Meski hanya bertajuk turnamen pra-musim, namun pertandingan-pertandingan yang dihelat di turnamen ini selalu menarik atensi penggemar. Bagaimana tidak, siapa yang tidak ingin melihat tim idolanya yang beramunisikan pemain bintang yang dimiliki berkunjung ke negaranya dan melihat mereka beraksi secara langsung dengan jarak hanya beberapa meter?
Tentu itu adalah sebuah kepuasan tersendiri yang tidak ada duanya dan merupakan pengalaman langka, meskipun hanya sekedar laga uji coba.
Bukan tidak mungkin kita akan kedatangan tim-tim kelas Eropa untuk kembali berkunjung ke negeri tercinta kita Indonesia, yang dikenal memiliki fanatisme tinggi di sepak bola, bertanding melawan klub dan tim nasional kita tercinta, atau dengan sesama klub elite lain dari Eropa.
Siapa tahu.
*Penulis merupakan seorang desainer grafis di Yogyakarta yang juga menggemari menulis dan sepak bola. Bisa dijumpai di akun Twitter @pradipta_ale dan Instagram @pradiptale