Bonek (Bondo Nekat) dalam bahasa Indonesia memiliki arti modal nekat adalah julukan bagi fans atau suporter klub Persebaya Surabaya. Sudah tidak asing mendengar kalimat tersebut terutama bagi penggemar sepak bola Indonesia.
Sangar dan sering terlibat dalam berbagai tindak kriminal bahkan sebutan Boling (Bondo Maling) pernah disematkan oleh mantan gubernur Jawa Timur yaitu Basoefi Sudirman dalam buku Bonek: Berani Karena Bersama (1997).
Sebutan itu bukan tanpa alasan, beliau menjelaskan bahwa Boling ini adalah mereka yang pura-pura mencintai sepak bola tapi perilakunya justru tidak mencintai sepak bola itu sendiri.
Mereka para Boling ini menyamar dengan atribut Bonek tapi melakukan tindakan kriminal seperti menjarah, menjambret, menyusahkan masyarakat yang akhirnya merugikan bagi pihak yang benar-benar tulus mencintai sepak bola dalam hal ini Persebaya. Ibarat setetes tinta yang masuk ke dalam air.
Gambaran tersebut akhir-akhir ini bisa dibilang menjadi masa lalu bagi Bonek bahkan sudah lama teman-teman Bonek mencoba untuk melawan stigma buruk tersebut dengan cara yang santun dan out of the box. Salah satu upaya Bonek untuk melawan stigma buruk yang baru saja terjadi ini bisa terlihat dalam pertandingan antara Persebaya Surabaya melawan Tira-Persikabo di Gelora Bung Tomo, Surabaya (29/3).
Bonek membawa boneka yang tentu bertolak belakang dengan wajah sangar dan terkenal menakutkan, seperti dalam judul berita Jawa Pos “Yang Berwajah Macho Sekalipun Ikut Bawa Boneka Imut” yang ditulis oleh Bagus Putra Pamungkas (30/3).
Boneka yang memiliki warna dan bentuk lucu mereka bawa untuk dilemparkan. Ya dilemparkan ke dalam lapangan, terinspirasi oleh suporter Real Betis di LaLiga yang saat itu juga melemparkan berbagai boneka ke dalam lapangan. Boneka yang dilemparkan ini menjadi sajian yang cukup unik di waktu turun minum menuju babak kedua.
Total yang terkumpul sekitar 20.000 boneka, sebuah jumlah yang cukup fantastis. Boneka ini selanjutnya akan diberikan kepada anak-anak penderita kanker di RSUD Dr. Soetomo bahkan bisa juga dibagikan ke seluruh rumah sakit di Surabaya mengingat jumlah yang cukup banyak.
Baca juga: Bonek: Semakin Baik, Semakin Diuji
Sebutan “maling gorengan” bagi Bonek tampak sudah tidak begitu berlaku lagi. Bagaimana bisa “maling gorengan” mengumpulkan boneka yang cukup banyak seperti itu. Lemparan boneka yang dilakukan oleh Bonek bisa memberikan inspirasi bagi kita semua bahwa melawan stigma bisa dengan cara yang santun dan memiliki nilai manfaat bagi sesama.
Bonek juga mengajarkan kepada kita sepak bola tidak sekadar olahraga, melalui sepak bola kita bisa belajar arti dari kemanusiaan. Semoga ada lemparan-lemparan yang bernilai positif lagi dari Bonek di kemudian hari.
*Penulis bisa dijumpai di akun Twitter @novaardi97