Media sosial sekarang sedang ramai dengan tagar #10YearsChallenge yang berisi nostalgia tentang perubahan sejak 10 tahun lalu. 10 tahun yang lalu pula masih teringat di memori sebagian kalangan pencinta sepak bola nasional, sebuah tragedi yang sangat memalukan ketika skuat Garuda Muda secara mengejutkan gagal lolos dari babak Grup B cabor sepak bola SEA Games Laos 2009.
Kekalahan atas Myanmar dengan skor 1-3 pada Kamis (10/12/09) di National Stadium Sports Complex Main Stadium, memastikan Indonesia mejadi juru kunci grup B dengan hanya memperoleh 1 poin dari 3 pertandingan dan merupakan hasil terburuk sejak dua edisi SEA Games sebelumnya.
Indonesia sebenarnya mengawali turnamen dengan hasil yang tidak buruk. Melawan Singapura yang awalnya dianggap satu-satunya tim yang sepadan, Indonesia berhasil meraih hasil imbang 2-2. Namun di pertandingan kedua melawan tuan rumah Laos yang dilatih oleh Alfred Riedl, secara mengejutkan Tony Sucipto dkk. kalah dengan skor 0-2. Kekalahan dari Laos ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah timnas Indonesia.
Awalnya tim ini memang dipersiapkan dengan sangat meyakinkan. Dimulai dari proses seleksi sebanyak 33 pemain yang diambil dari hasil pantuan sejumlah pemain yang berlaga di klub Liga Super, Divisi Utama, kompetisi U-21, dan Tim PON.
Tidak sembarang pemain bisa dipanggil seleksi karena ada ketentuan dalam aspek fisik , terutama tinggi badan. Kiper, bek. dan penyerang harus memiliki tinggi badan minimal 180 cm, kemudian pemain lainnya minimal 175 cm. Namun aturan tersebut akhirnya sedikit dilonggarkan, sehingga beberapa pemain yang dianggap mempunyai kemampuan yang mumpuni walapun tinggi badannya tidak mencapai kriteria tersebut, bisa mengikuti seleksi. Seperti Tony Sucipto dan Dendi Santoso, dan top skor ISL kala itu, Boaz Solossa, yang bergabung dengan tim menjelang keberangkatan ke Laos.
Para pemain yang telah lolos seleksi selanjutnya memulai pelatnas jangka panjang pada pertengahan bulan September 2009 hingga perhelatan SEA Games 2009 Laos pada bulan Desember
PSSI melalui Badan Tim Nasional (BTN) menyatakan bahwa kesalahan pemilihan pelatih menjadi biang kerok kekalahan Timas U-23 di perhelatan olahraga terakbar se-Asia Tenggara tersebut. Penunjukkan Alberto Bica, pelatih asal Uruguay, dinilai kurang tepat sehingga tidak memberikan hasil maksimal.
Sebelumnya memang pelatih tim SAD Uruguay yang juga Pelatih Timnas U-19, Cesar Payovich, yang ditunjuk untuk menangani tim ini, tapi dia mengundurkan diri karena masalah keluarga. Bica dinilai kurang memahami perkembangan sepak bola Asia, ditambah lagi dia tidak fasih berbahasa Inggris yang membuat komunikasinya dengan pemain tidak maksimal.
Minimnya uji coba di level internasional juga diduga menjadi penyebab penampilan tim ini sangat mengecewakan karena Garuda Muda lebih banyak melakukan uji coba dengan tim lokal, dan hanya satu kali melawan tim luar yaitu Malaysia yang berujung kekalahan.
Susunan pemain Timnas SEA Games 2009
Kiper: Frenky Irawan, Muhammad Ridwan
Belakang: Rendy, Elvis Nelson, Rahmat Latif, Djayusman Triasdi, Yudi Khoerudin, Ruben Sanadi, Stevie Bonsapia
Tengah: Mahadirga Lasut, Nasution Karubaba, Egi Melgiansyah, Sultan Samma, Muhammad Fauzan Djamal, Lucky Wahyu, Johan Juansyah, Tony Sucipto
Depan: Boaz Solossa, Andika Yudistira, Yongky Aribowo, Dendi Santoso, Engelberd Sani.