Cerita

Sepak Bola akan Baik-baik Saja Seperti Kata Bob Marley

Inilah sepenggal kisah kecintaan Bob Marley pada sepak bola. Kecintaan yang menjadikan lagu Three Little Birds dinyanyikan di dalam stadion-stadion di Eropa, jauh dari tempat kelahirannya di Jamaika.

Kisah ini bermula dari seorang freestyler asal London bernama B.O.A.T yang tumbuh di tengah keluarga pencinta sepak bola sekaligus musik reggae. Ia menceritakan pengalaman saat suporter Ajax Amsterdam menyanyikan lagu Three Little Birds milik Bob Marley, saat menghadapi Manchester United di final Liga Europa 2016/2017. Hal ini membuatnya bertanya tentang dua hal.

Mengapa suporter Ajax bisa larut dalam alunan lagu reggae? Mengapa Bob tetap jadi bagian penting dalam kehidupan orang-orang setelah kepergiaannya puluhan tahun lalu?

B.O.A.T. bersama Copa 90 sebuah media sepak bola independen, baru-baru ini merilis video napak tilas pencarian jawaban atas pertanyaan di atas. Pertama ia menemui Levi Roots seorang musisi dan wirausahawan yang pernah satu lapangan dengan sang legenda.

“Temanku Napthali berteriak, jaga dia Levi!, jaga dia! Dengan bola di kakinya, Bob meliak-liuk seperti Maradona, ia bahkan mencetak hat-trick di pertandingan itu. Dia sungguh luar biasa,” kata Levi yang mengatakan semangat Bob Marley di lapangan sama dengan ketika dia menulis lagu.

Pengakuan lain juga diceritakan oleh Weip Idzenga, penulis buku Hard Gras: Bob Marley De Voetballer, yang mengatakan bahwa sound check dengan Bob bisa dilakukan berjam-jam karena ia selalu bermain sepak bola.

“Jika dia punya kesempatan dia lebih memilih menjadi pesepak bola dibanding menjadi seorang musisi. Dia sangat menyukai sepak bola,” ungakpnya pada Copa 90.

Penyanyi dan penerima penghargaan Grammys asal Jamaika, Sean Paul, juga menuturkan bahwa di belakang panggung dengan Bob mereka selalu pemanasan dengan bermain keep ups (mengontrol bola dengan lutut agar tak jatuh ke bawah).

Warisan Bob Marley dalam sepak bola

Beberapa waktu lalu sebuah klub dari Republik Irlandia, Bohemian FC, membuat jersey tandang dengan siluet wajah Bob Marley yang cukup besar. Jersey berwana putih dengan garis melintang berwarna merah, kuning dan hijau yang senada dengan warna-warni ornamen ala reggae.

Meski kemudian klub yang berasal dari di Dublin ini mengurungkan niat tersebut karena masalah hak cipta untuk siluet dan kecaman dari fans yang menyatakan tak ada sejarah antara kedua entitas, tapi tak mematahkan lekatnya Bob dengan dunia sepak bola.

Sebenarnya warisan paling besar Bob dalam sepak bola seperti yang diceritakan di awal tulisan, yakni bagaimana lagu Three Little Birds membahana tiap kali Ajax bermain baik di laga kandang maupun laga kandang. Lagu yang digubah pada 1977 ini tak ubahnya chants tak resmi para suporter Ajax.

Baca juga: 24 Mei 1995: Ketika Louis van Gaal Membawa Ajax Melawan Kemustahilan

Semua berawal pada laga persahabatan antara De Godenzonen kontra Cardiff City di Ninian Park pada 2008. B.O.A.T. bertemu dengan Ali Yassine mantan pekerja pemutar musik di Cardiff, yang jadi saksi peristiwa menghebohkan itu.

“Saat fans Ajax datang ke sini, sejak awal dimulainya laga kami takut akan terjadi masalah (keributan antar-suporter dan lainnya) jika tak ditanggulangi. Polisi memintaku untuk menyetel musik apapun agar suporter Ajax tetap di dalam dan tak mendengar keributan di luar stadion.”

Ali begitu terkejut melihat para suporter bernyanyi bersama-sama dan hanyut dalam alunan musik reggae yang membius mereka. Saat Ali keluar dari tempat pemutar musik para suporter bahkan melakukan standing ovation dan mengelukan namanya.

Kecintaan Bob Marley terhadap anak-anaknya menurun kepada mereka. Ky-mani Marley sangat senang menyanyikan lagu ayahnya secara langsung di depan ribuan suporter Ajax.

“Aku tak bisa berkata apa-apa. Menyaksikan mereka (para suporter) menyanyikan lagu ayahku, aku sangat menyukainya,” ucap pria yang sempat menjadi pesepakbola di masa remajanya, pada Ajax TV.

Baca juga: Indosiar: Dilema Sepak Bola dan Musik Dangdut

Lain halnya dengan putri semata wayang Bob, Cedella Marley, yang tak hanya sukses sebagai penyanyi tapi juga sebagai seorang perancang busana. Pada Juni 2014 silam ia bahkan meluncurkan lini pakaian Marley yang terinspirasi dari pakaian sepak bola yang dikenakan mendiang ayahnya, mulai dari kaus, hoodies, hingga jaket tracksuit.

Hasil penjualan dari lini pakaian ini digunakan Cedella untuk membantu timnas putri Jamaika yang menderita kesulitan keuangan, karena sejak 2010 federasi sepak bola Jamaika memotong biaya operasionalnya. Ini menyebabkan timnas putri Jamaika rehat dari turnamen internasional selama tiga tahun ke belakang.

Beruntung berkat bantuan Cedella melalui Yayasan Bob Marley, timnas putri Jamaika tetap hidup dan bahkan lolos ke Piala Dunia Wanita pertama mereka di Prancis 2019.

Bob Marley dan karya-karyanya untuk semua orang, tak peduli warna kulit atau agama mereka, semuanya dapat menikmati musik reggae. Begitu pula dengan sepak bola yang dapat dinikmati siapapun. Baik laki-laki atau perempuan, kaum heteroseksual atau homoseksual, kaya maupun miskin, semua boleh menikmati sepak bola.

Pesan kemanusiaan disampaikan Marley lewat karya-karyanya. Pesan itulah yang seharusnya juga disampaikan di atas lapangan, oleh para pemain dan suporter. Bahwa sepak bola akan baik-baik saja tanpa perlu kekerasan, tanpa perlu adanya mafia dan lain-lain.

Yup, it’s gonna be alright!