Eropa Spanyol

Ketika Barcelona Meng-Ospek Huesca dengan Delapan Gol

Seperti sesama klub kecil lain, yaitu Eibar, Sociedad Deportiva (SD) Huesca juga memiliki seragam kebesaran berwarna merah-biru. Mereka yang tak paham pasti akan terburu-buru menyimpulkan bahwa klub-klub liliput itu meniru Barcelona. Padahal, Huesca sendiri memang memiliki kedekatan historis dengan klub raksasa Katalunya itu.

Huesca, klub dari wilayah Aragon, memang berutang sejarah kepada para pendukung Barcelona. Mereka berdiri pada tahun 1960 berkat andil para suporter Blaugrana. Andai para Cules tersebut tak berinisiatif mendirikan klub tersebut, orang-orang mungkin tak bisa membayangkan ada klub sepak bola di kota kecil yang hanya berpenduduk sekitar 52 ribu tersebut. Jadi, terjawab sudah mengapa Huesca ikut-ikutan memakai warna merah berstrip biru.

Maka, ketika Huesca datang sebagai tamu di pertandingan kandang kedua Barcelona di musim 2018/2019, publik Camp Nou memberi mereka sambutan hangat. Nyaris tak ada siulan intimidatif yang sering ditujukan kepada tim lawan. Para Cules menganggap Huesca adalah ‘adik kecil’ mereka.

Los Azulgranas, julukan Huesca, adalah klub terkecil sepanjang sejarah LaLiga. Stadion El Alcoraz kebanggaan mereka hanya bisa menampung 5.500 penonton, tak sampai sepersepuluh kapasitas Camp Nou. Seluruh anggaran per musim Huesca juga lebih kecil dari gaji Lionel Messi.

Sekitar empat tahun lalu, mereka masih bermain di divisi ketiga sepak bola Spanyol. Selama eksistensinya sejak tahun 1960, mereka juga lebih banyak berkompetisi di kasta keempat. Setelah lolos ke kasta teratas pada pertengahan 2018 lalu, mereka juga mengandalkan lebih banyak pemain pinjaman.

Namun, Huesca yang kini dilatih mantan kiper Argentina dan Atletico Madrid, Leo Franco, berkunjung ke Camp Nou dengan penuh percaya diri. Mengandalkan kiper pinjaman dari Atleti, Axel Werner, dan pemain langganan masa peminjaman Inter Milan, Samuele Longo, Franco tak takut meladeni permainan ofensif Barca.

Baca juga: Dua Sudut Pandang Menyoal LaLiga di Amerika

Satu gol dari kerja sama apik Longo dan striker Cucho Martinez di menit pertama laga menjadi penegas era baru Huesca. Mereka adalah tim liliput dengan mimpi besar!

Tak ingin kalah dengan Eibar dan Girona, dua klub liliput yang lebih duluan membuat sensasi di musim debut mereka, gol tersebut menjadi sejarah tersendiri bagi Huesca. Ini menjadi gol pertama yang menodai kesucian gawang Marc-Andre ter Stegen di musim 2018/2019. Namun, Barca tetaplah Barca. Tiga gol dari Messi, bunuh diri Jorge Pulido dan Luis Suarez mengembalikan Huesca ke bumi.

Namun, sebelum babak pertama berakhir, Los Azulgranas menolak menyerah. Alex Gallar memanfaatkan kelengahan lini belakang Barca dengan mencetak gol kedua. Pemain-pemain Huesca menegaskan bahwa duet Gerard Pique dan Samuel Umtiti tidaklah sesolid yang para pengamat kira selama ini.

Sayangnya, di babak kedua skor 2-3 itu melebar jauh. Gaya bermain naif Huesca dimanfaatkan oleh Ernesto Valverde. Pelatih Barcelona itu sukses menginstruksikan Messi sebagai pembagi bola bagi Ousmane Dembele, Suarez dan rekan-rekannya yang lain. Gawang Werner pun dihujani gol-gol dari Dembele, Ivan Rakitic, Messi (lagi) dan Jordi Alba.

Pada akhirnya, laga ini menjadi ajang ‘ospek’ Huesca. Layaknya mahasiswa baru di kampus-kampus Indonesia, pasukan Leo Franco mendapatkan pelajaran berharga oleh Barca yang lebih matang dan lebih senior. Luis Suarez menggenapi hujan delapan gol ke gawang Werner setelah mencetak gol lewat titik penalti. Huesca memang hancur lebur kali ini, tapi bukan berarti mereka tak akan meneruskan pesona klub-klub debutan lain di LaLiga.

Baca juga: Dugaan Pemberian Organ Ilegal pada Eric Abidal dari Sandro Rosell