Jadwal pertandingan sepak bola di stadion dan konser musik kembali bertubrukan. Laga semifinal dan final Piala Asia U-19 terancam tidak bisa digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), lantaran dalam waktu yang berdekatan akan digelar konser grup band Guns N’ Roses.
Konser Guns N’ Roses dijadwalkan akan berlangsung pada 8 November 2018. Memang berjarak empat hari setelah jadwal final Piala Asia U-19, tapi karena diperlukan persiapan arena untuk menggelar konser, tentunya butuh waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu, rencananya semifinal dan final Piala Asia U-19 akan dipindah.
“Venue Piala AFC (U-19) kita pakai GBK, Pakansari, dan Patriot. Ada kemungkinan semifinal dan final pindah dari GBK karena kabarnya ada konser Guns N’ Roses di sana,” tutur Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, dikutip dari detikSport.
“PSSI tipenya profesional saja, kami akan cari yang ada saja. Kami lurus-lurus saja. Katanya ada konser, makanya, ya sudahlah,” pungkasnya.
Digesernya jadwal pertandingan sepak bola karena adanya konser di tempat yang sama, bukan baru kali ini terjadi. Sebelumnya, pada Maret 2015 GBK juga sempat menjadi “rebutan” antara konser boyband One Direction dengan laga kualifikasi Piala Asia U-23.
Konser One Direction saat itu dijadwalkan pada 25 Maret 2015, sedangkan laga kualifikasi Piala Asia U-23 Grup H antara Indonesia, Republik Korea, Timor Leste dan Brunei Darussalam dilangsungkan pada 27-31 Maret 2015. Mepetnya waktu antara dua hajatan tersebut dikhawatirkan membuat kualitas rumput stadion memburuk.
Baca juga: Stadion Ngurah Rai: Hidup Segan Mati Tak Mau
Warganet pun ramai memperbincangkan hal itu. Banyak yang geram karena stadion yang sejatinya merupakan lapangan bermain balbalan, justru beralih fungsi menjadi panggung hiburan. Sepak bola dianggap terusir dari rumahnya sendiri, ketika One Direction datang dan Guns N’ Roses berkunjung.
Gelombang penolakan konser One Direction saat itu bahkan semakin lantang dengan munculnya tagar #OneDirectionJan***, yang menunjukkan bahwa tidak sepantasnya sebuah pagelaran konser musik mengganggu persiapan bertandingnya tim nasional. Sementara itu akun media sosial Guns N’ Roses banjir kritikan dan hujatan dari warganet Indonesia.
Tapi apakah stadion memang seharusnya tidak digunakan untuk menggelar konser musik atau acara lainnya? Apakah stadion memang seharusnya dikhususkan untuk sepak bola saja?
Merawat stadion tidak bisa dari sepak bola semata
Sebagai tempat yang sangat identik dengan sepak bola, stadion menjadi tempat yang sangat bernuansa olahraga. Perhatikan saja, takkan ada orang yang komplain jika arena sekitar stadion dipakai berolahraga ringan, atau trek lari di pinggir lapangan dipakai untuk jogging masyarakat umum.
Namun sadarkah kalian, jika stadion bisa dipakai untuk berolahraga juga menggelar laga sepak bola, karena bangunan raksasa itu dirawat dengan teratur? Bayangkan jika stadion dibiarkan apa adanya begitu saja. Mungkinkah rumputnya akan tetap halus? Apakah tribunnya akan tetap mulus? Atau bisakah gerbangnya tetap berdiri tegak lurus?
Sepak bola profesional bukan pagelarang yang bisa diadakan setiap hari atau tiap pekan. Contohnya stadion untuk klub, dipakai untuk bertanding rata-rata hanya dua minggu sekali, yang artinya sebulan hanya dua kali. Kadang bisa seminggu dua kali, tapi kan tidak setiap pekan atau bulan jadwalnya seperti itu.
Kemudian untuk stadion tim nasional. Dengan terbatasnya jadwal berlaga di kandang, jumlah pertandingan dalam setahun bisa dihitung dengan jari. Okelah kalau lagi ada event besar seperti Asian Games atau Piala Dunia, tapi kan tidak digelar setiap bulan atau setiap tahun.
Stadion butuh perawatan, dan biaya perawatan bisa didapat dari pertandingan. Penonton akan masuk dengan membayar tiket, klub tentunya juga mengalokasikan dana untuk perawatan stadionnya, dan nantinya berujung pada perekrutan tenaga kerja untuk merawat stadion.
Lalu bagaimana jika tidak ada pertandingan? Salah satu cara untuk mendapat pemasukan adalah menggelar acara di luar sepak bola. Konser musik salah satunya. Si pemilik acara pastinya akan membayar sewa untuk bisa menggunakan stadion, yang nantinya dana tersebut akan diputar untuk biaya perawatan.
Jangankan GBK, Stadion Wembley saja sudah jamak dipakai untuk konser. Pun untuk stadion yang lebih kecil, silakan tengok Stadion Gajayana di Malang yang area parkirnya dipakai untuk parkir kendaraan mal di sebelahnya, atau Stadion Kanjuruhan yang juga pernah menggelar beragam acara selain pertandingan Arema.
Merawat stadion memang diperlukan biaya besar dan mencari dana tersebut tidak bisa diharapkan dari laga-laga sepak bola saja. Untuk acara-acara yang dikemas secara profesional dan berskala nasional sampai internasional, percayalah bahwa pihak-pihak terkait akan tetap memperhatikan aspek-aspek perawatan stadion, sejak sebelum acara dimulai sampai berakhir.
Lagipula, konser musik sudah kerap beriringan dengan jalannya laga sepak bola. Konser musik bukanlah sebuah acara yang harus dimusuhi bersama. Bukankah di final Piala Presiden 2018 kita ikut bernyanyi dengan Via Vallen dan di final Liga Champions 2017/2018 kita ikut berjoget dengan Dua Lipa?