Cerita

Viking Clap, Tradisi Baru Suporter Indonesia

Mengangkat kedua tangan kemudian menepuk di atas kepala, mengikuti tempo pukulan tambur yang semakin cepat, dan diakhiri seruan “huuu”. Viking Clap, suguhan yang akhir-akhir ini menjadi tradisi baru suporter Indonesia.

Viking Clap mulai populer saat dipertunjukan para suporter Islandia usai timnasnya menaklukkan Inggris pada babak 16 besar Piala Eropa 2016. Sekitar lima ribu suporter dipimpin Aaron Gunnarson serentak melakukannya.

Detik-detik pertama Viking Clap dipertunjukan dianggap momen yang indah dan begitu magis dalam sepak bola. Momen ini kemudian mengantarkan suporter Islandia masuk dalam nominasi suporter terbaik FIFA 2016.

Pada awalnya selebrasi ini lebih dikenal dengan sebutan Thunder Clap. Namun karena Islandia yang mempopulerkannya identik dengan bangsa Viking, bangsa penakluk dan penjajah asal Skandinavia, termasuk Swedia, Norwegia, Denmark, dan Islandia, selebrasi dengan tepukan tangan ini kemudian lebih dikenal dengan Viking Clap.

Baca juga: Jika Negara-Negara Nordik Bersatu dan Membentuk Timnas ala Viking…

Sebenarnya mengaitkan Viking Clap dengan tradisi bangsa Viking tidaklah tepat. Menurut Irishtimes.com, suporter Islandia menganut apa yang dilakukan suporter Skotlandia. Di Skotlandia, suporter Motherwell FC melakukan hal yang tidak jauh berbeda. Mereka melakukan tepukan kemudian bersorak mengikuti tempo pukulan tambur dan diakhiri dengan menyanyikan Since I Was Young.

Skysports.com mencatat hal serupa. Suporter Motherwell-lah yang mengilhami para suporter Islandia.

“Mereka suporter Islandia mengenal selebrasi Viking Clap dari suporter klub liga Skotlandia, Motherwell FC yang bernama Well Boys. Awal mulanya terjadi medio 2014, ketika 22 orang Silfurskeioin (julukan pendukung klub Stjarnan) bertandang ke Fir Park Skotlandia, untuk mendukung klubnya melawan tuan rumah Motherwell FC, dalam ajang penyisihan grup Liga Europa 2014.”

Banyak juga versi lain tentang awal mula Viking Clap. The Guardian menyebut Viking Clap pertama kali muncul di Ligue 1. Di Prancis sekitar tahun 2013, kelompok suporter klub-klub utara Prancis seperti Red Tigers suporter Lens FC, serta  Ultras Populaire Sud suporter OGC Nice, telah melakukannya.

Kemudian menurut sofoot.com, di Yunani selebrasi ala Viking Clap lebih awal dipertunjukan. Kelompok suporter Gate 4 Ultras PAOK yang memang dikenal dengan koreo dan kekompakannya, diyakini telah melakukan selebrasi ala Viking Clap pada pertengahan tahun 2000-an.

Awal mula Viking Clap di Indonesia

Di Indonesia sendiri Viking Clap mulai hadir di tribun stadion sekitar tahun 2017. Yana Umar, pentolan Viking Persib Club, pertama kali memimpin Bobotoh atau kelompok pendukung Persib Bandung melakukan Viking Clap pada gelaran Piala Presiden 2017.

Kang Yana kala itu secara spontan memimpin para Bobotoh menggunakan tambur dan memberi aba-aba dari tengah lapangan usai persib berlaga, meski belum sekompak saat ini. Menariknya, Kang Yana mengaku telah mengenal selebrasi ala Viking Clap jauh sebelum dipopulerkan suporter Islandia. Ia mengaku terinpirasi Boom-Boom Clap kelompok suporter Emerald City FC, klub sepak bola asal Seattle, Amerika Serikat.

“Kalau soal itu, sebetulnya saya mengadopsi bukan dari tim negara (Islandia), tapi dari dulu saya sudah tahu dari Emerald City. Saya punya videonya. Namanya Boom-Boom Clap.” Dilansir vikingpersib.co.id.

Hingga kini Viking Clap selalu mengiringi kemenangan Persib. Bahkan saat Maung Bandung bermain imbang di kandang lawan, Viking Clap tetap disajikan. Sebab menurutnya, imbang di kandang lawan adalah hasil positif.

Baca juga: Islandia, Sepak Bola Indonesia, dan Rasa Malu

Meski menjadi orang yang mempopulerkan di Indonesia, Kang Yana tidak dapat memastikan dirinya yang pertama kali membawa Viking Clap ke Indonesia. Sebabnya, ada yang beranggapan kelompok Brajamusti PSIM Yogyakarta sudah melakukannya pada 2016.

Kini Viking Clap menjadi suguhan baru yang sering tersaji, terutama ketika timnas Indonesia berlaga. Namun layaknya sesuatu yang baru, pastilah diiringi pro dan kontra. Sebagian beranggapan Viking Clap yang terlalu sering disuguhkan membuat tradisi suporter yang lebih dulu ada menjadi tersingkir dan suporter Indonesia dikhawatirkan kehilangan ciri khas.

Sebagian beranggapan, lebih cocok bila seusai pertandingan yang disuguhkan adalah nyanyian penghormatan dan terima kasih pada para pemain yang telah berjuang di lapangan. Atau lebih syahdu bila lagu-lagu wajib mengobar semangat dan nasionalisme yang menghiasi jalannya pertandingan.

Lagipula jauh sebelumnya, suporter Indonesia telah memiliki tradisi tepuk tangan tersendiri. Tepukan yang diiringi teriakan lantang “Indonesia”. Namun apapun itu, apapun wujudnya, bagaimanapun caranya, tetap merupakan wujud nyata dukungan suporter pada tim kebanggaanya.