Terkadang, kemampuan hebat seorang pemain baru bisa maksimal di tangan pelatih yang tepat. Beda pelatih, tentu beda pula skema yang diusung, dan cara bermainnya. Hal itu juga yang terjadi pada penyerang naturalisasi asal Kamerun, Herman Dzumafo Epandi. Di usia 38 tahun, ia tetap bertaji.
Sebelum bergulirnya Liga 1 2018, banyak yang menyangka bahwa Dzumafo memang akan menghabiskan sisa karier di klub yang membesarkan namanya di kancah sepak bola Indonesia, PSPS Riau (dulu bernama PSPS Pekanbaru) di mana Laskar Hang Tuah kini berlaga di divisi rendah. Tetapi kejutan terjadi ketika manajemen Bhayangkara FC kemudian merekrut pemain yang tiba di Indonesia pada tahun 2007 ini.
Diproyeksikan untuk menggantikan Guy Junior yang hengkang ke PSM, dan menjadi pelapis bagi penyerang asing, Nikola Komazec, di usia senjanya kini, seorang Dzumafo justru menjadi andalan bagi tim berjuluk The Guardian tersebut. Dzumafo seakan bisa tampil sinergis dengan para penggawa lini serang Bhayangkara FC yang lain seperti Paulo Sergio, Wahyu Suboseto, dan Vendry Mofu. Bahkan sejauh ini Dzumafo adalah pencetak gol terbanyak tim dengan lima gol.
Hingga pekan ke-16 Liga 1 2018, Bhayangkara FC sudah mencetak 20 gol. Berdasarkan data di paragraf sebelumnya bagaimana Dzumafo sudah mencetak lima gol sejauh ini, dengan kata lain, 25% gol yang dicetak Bhayangkara FC musim ini berasal dari lesakan yang dibuat Dzumafo. Tentu ini merupakan sebuah kontribusi yang cukup hebat untuk pemain yang usianya sudah mendekati 40 tahun.
Simon McMenemy harus diakui merupakan salah satu pelatih jempolan di kancah sepak bola Indonesia. Spesialisasi pelatih asal Inggris ini sebenarnya adalah memaksimalkan bakat-bakat muda. Tetapi bagaimana ia memaksimalkan Dzumafo, tentu merupakan sesuatu yang mesti diapresiasi. Serupa dengan pekerjaanya yang lain, yaitu mematenkan posisi mantan penyerang bengal, Jajang Mulyana, menjadi seorang bek tengah.
Skema McMenemy sebenarnya berpusat kepada Paulo Sergio yang memainkan peran sebagai playmaker yang bermain melebar. Akan tetapi peran tersebut juga menjadi maksimal dengan kehadiran Dzumafo. Kemampuan paling menonjol dari pemain kelahiran Yaonde ini bagaimana ia bisa menahan bola cukup lama, sembari menunggu para pemain dari lini kedua juga bisa ikut masuk ke area pertahanan lawan. Dalam situasi lain, Dzumafo juga sangat berguna sebagai pemantul bola.
Keberadaan Dzumafo, dan bagaimana McMenemy memaksimalkan kemampuannya, membuat Bhayangkara FC tetap tampil kompetitif dan bertaji meskipun ditinggal Ilja Spasojevic dan Ilham Udin Armayn. Mereka memang belum menemukan penampilan hebat seperti musim lalu, tetapi bisa bercokol di papan atas hingga sejauh ini tentu merupakan pencapaian yang cukup bagus. Sangat menarik untuk dinantikan bagaimana kiprah Herman Dzumafo Epandi bersama Bhayangkara FC hingga kompetisi berakhir nanti.