Turun Minum Serba-Serbi

Para Alumnus PON 2016, di Mana Mereka Sekarang?

Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah salah satu kompetisi unik yang ada di Indonesia. Kejuaraan olahraga ini tak jarang menjadi kawah candradimuka bagi para atlet sebelum mereka terjun ke level profesional. Termasuk cabor sepak bola di mana PON selalu menjadi tempat lahirnya para bintang hebat.

PON 2016 yang digelar di Jawa Barat adalah yang paling menarik. Selepas kejuaraaan, cukup banyak calon-calon bintang besar yang bakatnya menetas. Bahkan beberapa di antaranya kini menjadi andalan timnas Indonesia. Berikut di antaranya:

Osvaldo Haay (Papua)

Karier Osvaldo Haay melesat ketika berhasil membawa Persipura Jayapura berhasil menjuara Torabika Soccer Championship (TSC) pada tahun 2016. Di saat yang bersamaan ia juga sukses membawa tim kontingen Papua meraih medali perunggu di PON 2016 Jawa Barat. Di Liga 1 2018, Osvaldo hengkang ke Persebaya. Ia juga menjadi salah satu andalan di timnas U-23 yang akan berlaga di Asian Games 2018.

Foto: KL2017

Febri Hariyadi (Jawa Barat)

Febri Hariyadi boleh jadi merupakan alumnus PON 2016 yang kariernya paling melesat. Ajang PON 2016 ini harus diakui merupakan titik balik yang membuat karier pemain yang akrab disapa Bow ini bisa terus meroket. Setelah kejuaraaan, ia kemudian mengunci satu tempat di tim inti klubnya, Persib Bandung. Setelahnya Bow juga langganan mendapatkan panggilan ke tim nasional Indonesia asuhan Luis Milla.

Abdul Aziz Luthfi (Jawa Barat)

Abdul Aziz Luthfi adalah kapten tim kontingen Jawa Barat. Ia juga menjadi salah satu kunci wilayah Priangan berhasil meraih medali emas. Selepas PON, karier Abdul Aziz sempat agak meredup karena kepindahannya ke Borneo FC tidak terlalu berhasil. Ia sempat turun level ke Liga 2 dan memperkuat Kepri Jaya. Kini, Aziz tengah menapaki kembali kariernya bersama PSMS Medan.

Marckho Sandy Meraudje (Papua)

Sebelum tahun 2017, tidak banyak yang mendengar nama Marckho Sandy Meraudje. Ia merupakan kapten tim kontingen Papua yang berhasil meraih medali perunggu. Setelah sekian lama memperkuat Persipura di berbagai kelompok usia, Marckho kemudian hengkang ke Sriwijaya di mana namanya kemudian semakin dikenal.

Foto: LIB/Liga 1

Nurhidayat H. Haris (Sulawesi Selatan)

PON memang diperuntukan bagi para pemain berusia 23 tahun ke bawah, tetapi bakat Nurhidayat Haji Haris memang luar biasa. Ia yang kala itu masih berusia 16 tahun sudah dimainkan oleh tim Sulawesi Selatan. Bahkan bisa membawa daerahnya melaju hingga partai puncak. Nurhidayat saat ini dikenal sebagai kapten tim Indonesia U-19 yang sedang bertanding di Piala AFF U-19 di Sidoarjo.

Foto: Nurhidayat (kiri). Kredit: Instagram Nurhidayat

Asnawi Mangkualam (Sulawesi Selatan)

Sama seperti Nurhidayat, Asnawi menjadi andalan tim kontingen Sulawesi Selatan meskipun masih berusia belasan. Kematangan mental Asnawi memang luar biasa. Bahkan ketika ditunjuk sebagai salah satu penendang di partai final yang pemenangnya mesti ditentukan melalui babak adu penalti, Asnawi sukses menjalankan tugasnya dan mengecoh kiper tim kontingen Jawa Barat, Muhammad Natsir. Setelahnya Asnawi bukan saja menjadi andalan klubnya PSM Makassar tetapi juga timnas usia muda Indonesia.

Foto: Goal.com

Fredi Isir (Papua)

Yang terjadi kepada Fredy Isir adalah kasus lain di mana kesuksesan di usia muda belum tentu menjadi jaminan di masa selanjutnya. Setelah berhasil menjadi pencetak gol terbanyak di PON 2016 dengan lima gol, karier Isir tidak banyak terdengar. Kabar terakhir meyebut Isir sempat bergabung dengan Madura United dan dikontrak dua tahun. Tetapi ia jarang mendapatkan kesempatan bermain.

Foto: Surya/Tribunnews

Rivaldi Bauwo (Kalimantan Timur)

Nama Rivaldi Bauwo melesat ketika ia berhasil menjadi pencetak gol terbanyak Liga 2 musim lalu bersama Kalteng Putra dengan 17 gol. Setelahnya Rivaldi kemudian hengkang ke Arema FC. Sebenarnya sinar terang Rivaldi sudah terlihat di PON 2016. Meskipun tidak berhasil membawa tim kontingen Kalimantan Timur melangkah jauh, penampilan Rivaldi cukup mengesankan dengan berhasil mencetak tiga gol sepanjang turnamen.

Nazarul Fahmi (Kalimantan Selatan)

Pemain kelahiran Aceh ini kariernya naik turun. Masa kecilnya sempat dihebohkan karena Nazarul Fahmi mendapatkan undangan untuk berlatih di klub asal Inggris, Arsenal. Fahmi kemudian bergabung ke tim usia muda Barito Putra. Selepas membela tim Kalimantan Selatan di PON 2016, karier Fahmi agak mandeg. Di Liga 1 musim ini saja Fahmi baru bermain satu kali. Itupun masuk sebagai pemain pengganti.

Foto: Tribunnews

Yogi Novrian (Sumatra Selatan)

Alkisah di pertengahan tahun 2014, ketika banyak orang melihat bakat seorang Yogi Novrian, semua jelas terpana. Untuk ukuran penyerang, Yogi bukan saja cepat, dan kuat, tapi ia juga cerdas dalam bergerak serta memiliki penyelesaian akhir kelas satu. Selepas PON, Yogi sempat bermain untuk tim senior Sriwijaya FC. Kabar terakhir, Yogi yang juga merupakan anggota kesatuan TNI ini terlibat dalam kesuksesan Persebaya promosi ke level tertinggi sepak bola Indonesia setelah sekian lama. Setelahnya, banyak disebutkan bahwa Yogi Novrian fokus sebagai tentara.

Foto: Bola.com

Notable mentions:

Selain nama-nama di atas ada pula yang lain seperti para penggawa yang sukses membawa Jawa Barat meraih medali emas seperti Henhen Herdiana, Gian Zola, dan Alfaath Fathier. Pun dengan andalan tim kontingen Jawa Tengah, Haudi Abdillah, yang kini merupakan kapten tim PSIS Semarang. Saldi Amiruddin yang memperkuat Sulawesi Selatan dan kini kariernya melesat bersama PSM Makssar. Hingga Nazar Nurzaidin yang kini menjadi andalan Barito Putra.