Spanyol harus menerima kenyataan pulang lebih cepat dari Piala Dunia 2018. Meski mendominasi permainan dan mencatatkan lebih dari 1.000 operan, Sergio Ramos dan kawan-kawan harus takluk di adu penalti melawan tuan rumah Rusia.
Indikasi Spanyol tak akan berbuat banyak di Rusia 2018 memang sudah terlihat sejak mereka memecat pelatih Julen Lopetegui sehari sebelum turnamen dimulai. Penggantinya, Fernando Hierro, belum memiliki kapasitas sebagai pelatih berpengalaman dan ahli taktik hebat.
Bagi Anda yang sempat melihat eks kapten Real Madrid dan tim nasional Spanyol ini beraksi di akhir dekade 1990-an, Hierro dikenal sebagai bek tengah yang piawai mengeksekusi bola-bola mati. Ia telah menjalani lebih dari 800 pertandingan sepanjang karier profesionalnya. Meski tak pernah merasakan gelar juara bersama tim nasional, ia adalah salah satu bek terbaik sepanjang sejarah yang pernah dihasilkan Spanyol.
Setelah karier bermainnya selesai, ia dipekerjakan sebagai direktur teknik di dua tempat, antara lain di Federasi Sepak Bola Spanyol dan Málaga. Setelah itu, ia kembali ke Real Madrid untuk menjadi asisten pelatih Carlo Ancelotti, menggantikan Zinedine Zidane yang memutuskan untuk mengambil alih tim junior Los Blancos.
Karier kepelatihan Hierro bermula di Real Oviedo pada tahun 2016/2017. Di klub yang sampai sekarang sedang berjuang untuk promosi kembali ke LaLiga tersebut, ia mencatatkan hasil tak terlalu bagus, yaitu 17 kemenangan, 10 hasil imbang, dan 16 kekalahan. Oviedo hana finis di posisi kedelapan Segunda Division dengan selisih gol cukup buruk, yaitu mencetak gol 50 dan kebobolan 51. Gagalnya klub ini promosi dan meraih tiket play-off ke LaLiga membuat kontrak Hierro berakhir.
Namun, koneksi rupanya menjadi kunci utama untuk memperoleh pekerjaan bagus di Spanyol. Pada bulan November 2017, Hierro diangkat menjadi direktur teknik timnas Spanyol. Jabatan terakhir inilah yang membawanya menjadi penanggung jawab sementara skuat La Roja menggantikan Lopetegui.
Tanda-tanda Hierro tak akan bertahan lama sudah terlihat di fase grup. Spanyol tampil buruk di tiga laga dan hanya meraih satu kemenangan atas Iran, itu pun ditentukan gol berbau kebetulan Diego Costa. La Roja bermain tanpa arah dan penyelesaian akhir yang tajam. Belum lagi jika membahas buruknya lini pertahanan yang dihuni duet Sergio Ramos dan Gerard Pique. Sebagai seorang mantan bek, tanda tanya besar mengapa Hierro tak pernah bisa mengatasi masalah ini.
Hierro mungkin berkilah ia hanya punya sedikit waktu untuk mempersiapkan tim. Namun sebagai direktur teknik, toh ia termasuk pihak yang memperhatikan setiap pemain dalam sesi latihan selama berbulan-bulan terakhir. Perubahan komposisi pemain yang diharapkan sama sekali tak terjadi. David de Gea yang tampil buruk dan kekurangan percaya diri terus dipercaya di bawah mistar gawang. Duet gelandang genius Saul Niguez dan Thiago ALcantara juga tak diberinya kesempatan banyak untuk bermain.
Setelah kekalahan dari Rusia, Hierro akhirnya meneruskan sejarah buruk bahwa setiap kali Spanyol berhadapan melawan tuan rumah di sebuah turnamen internasional, mereka pasti tersingkir. Sejarah mencatat bahwa tiap kali berjumpa tim tuan rumah, baik di ajang Piala Eropa atau Piala Dunia, mereka telah mengalami kekalahan sepuluh kali.
Pesawat akan segera membawa Ramos dan kawan-kawan pulang ke negara mereka. Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) akan mempersiapkan nama baru untuk mengambil alih kursi pelatih kepala. Bisa jadi nama Hierro sempat menjadi salah satu kandidat utama. Namun, kegagalan di babak 16 besar memastikan dirinya memang bukan untuk La Roja.