Tribe Tank

Tribe Tank: Cara Jitu Melatih Kerapatan Pertahanan di Usia Dini Bagian 2

Di edisi terdahulu, kami sudah pernah menayangkan tulisan yang berjudul Melatih Kerapatan Pertahanan Usia Dini yang dapat Anda baca di sini. Artikel kali ini merupakan pengembangan dari artikel terdahulu. Bedanya, kami akan bahas detail-detail fundamental bertahan.

Prinsip-prinsip dasar

Tujuan utama bertahan adalah melindungi gawang dari kebobolan dan merebut kembali penguasaan bola. Melindungi gawang dari kebobolan bisa berarti mencegah lawan melakukan tembakan (finishing) atau mendorong/memaksa lawan bergerak menjauh dari kotak penalti dan area tengah.

(1) Perbandingan nilai strategis koridor tengah, ruang apit (half space), dan sayap

Dengan menjauhkan lawan dari tengah—termasuk ruang apit, tim bertahan sedang mempersulit akses lawan ke gawang dan kalaupun tim menyerang mampu melepaskan umpan silang atau tembakan, jarak serta letak koridor sayap mempersulit akurasi umpan dan tembakan.

Dari penjabaran-penjabaran ini, kita dapatkan bahwa tim bertahan harus menutup ruang strategis bagi lawan serta mengecilkan ruang tembak atau umpan yang berarti menghilangkan keuntungan ruang-waktu (spatio-temporal benefit) lawan. Dan penjabaran-penjabaran seperti inilah yang harus diterangkan kepada dan dipahami pemain.

Dalam sesi latihan yang berfokus ke fundamental bertahan, salah satu metode paling sederhana adalah memulai latihan dari 1 vs.1, yang tentunya, kontekstual terhadap permainan 11 vs.11.

Beberapa prinsip yang dapat diberikan ke pemain usia dini (contoh U-15) adalah memulai pressing frontal dengan berlari dalam kecepatan tinggi lalu mengontrol kecepatan dan menyesuaikan posisi tubuh untuk mengecilkan ruang tembak serta mendorong lawan menjauh dari gawang.

(2) 1 lawan 1. Merah bertahan versus kuning menyerang

Di tahap ini, pastikan pemain menemukan waktu (timing) yang pas untuk memperlambat larinya. Hindarkan pemain berlari terlalu frontal yang malah memudahkan lawan melewatinya. Hal ini sangat mungkin terjadi bila berhadapan dengan pemain lawan yang punya kemampuan taktis dan dribble mumpuni.

Sesudahnya, di saat membayangi pergerakan lawan, pemain harus belajar mengobservasi kelebihan dan kelemahan lawan. Pemain harus mampu mengenali mana kaki terkuat dan kaki terlemah. Di dalam istilah sepak bola Eropa, dikenal sebuah istilah yang disebut show weaker foot. Yang dimaksud dengan show weaker foot adalah pemain bertahan mengarahkan lawan agar memainkan bola menggunakan kaki lemahnya. Selain itu, pemain bertahan harus sekaligus mampu mendorong lawan menjauh dari area-area berbahaya.

Terkadang, kerumitan terjadi karena area “tidak berbahaya” adalah sisi kirinya sementara lawan yang dihadapinya adalah pemain berkaki kanan. Artinya, di satu sisi ia mendorong lawan menjauh dari gawangnya tetapi, di sisi lain, si pemain bertahan sedang berhadapan dengan kaki terkuat lawan. Apa yang sebaiknya dilakukan?

Jawabannya beragam. Tetapi dua jawaban sederhananya adalah, bila level lawan yang dihadapinya setara atau berada di bawahnya, ada baiknya ia mendorong lawan ke koridor sayap untuk kemudian merebut penguasaan bola.

Tetapi, bila level lawan berada di atasnya, yang sebaiknya ia pelajari adalah bagaimana menghambat (delay) progres pergerakan lawan. Kenapa ini penting? Karena, situasi 1vs.1 tidak pernah abadi. Di dalam pertandingan, kita selalu memiliki 9 pemain outfield player sebagai rekan-rekan kita. Dengan berhasil menghambat lawan berprogres akan memberikan waktu bagi kawan untuk datang membantu kita dan membalikkan keadaan dari 1vs.1 menjadi 2vs.1.

Dari sini, pemain sudah mulai mempelajari fundamental bertahan tentang bagaimana untuk men-delay atau bagaimana untuk merebut secepatnya. Di tahap selanjutnya, pelatih bisa memberikan materi bertahan kalah jumlah, 1vs.2 disertai variasi 2vs.2.

Dalam bentuk latihan 1(+1)vs.2, pemain belajar bagaimana menghambat progres bola dua lawan untuk memberikan waktu bagi rekannya datang memberikan bantuan. Salah satu prinsip penting bagi pemain bertahan yang berada dalam situasi kalah jumlah 1vs.2 adalah ia harus memosisikan dirinya agar ia dapat sekaligus memantau kedua lawan.

(3) 1 lawan 2.

Di dalam latihan bertahan permainan bola basket, merah yang bertahan seorang diri dapat disebut sebagai pertahanan unit 1. Dalam pertahanan unit 1, yang menghadapi 2 lawan, misalnya, si merah harus membagi porsi pantauannya baik ke pemegang bola maupun  pemain lawan yang satu lagi.

Karena lawan yang memegang bola memiliki kunci untuk menentukan arah permainan, porsi pandangannya harus mayoritas ke si pemegang bola. Salah satu kolega saya, yang juga pelatih basket, Yahya Alkaitiri, menyebutnya 70:30. Yaitu, 70 ke pemegang bola: 30 ke lawan yang satu lagi.

Sampai pemain mulai paham memainkannya (automasi), pelatih bisa mulai mengintegrasikannya dengan memainkan 1 lagi pemain bertahan sebagai pemain kedua. Sehingga, bentuk latihan yang tadinya 1vs.2 menjadi 1(+1)vs.2. Sampai wilayah tertantu yang ditandai dengan cone atau garis, merah bertahan menghadapi dua lawan, bila bola memasuki wilayah “berbahaya”, pemain kedua harus segera masuk untuk menciptakan situasi 2vs.2.

Di dalam situasi 2vs.2, tentu saja, kompleksitas bertahan bagi merah berkurang dan karenanya, kapan pun, bergantung lawan dan konteks latihan, merah harus mampu memutuskan kapan “ambil sekali” atau kapan mengarahkan lawan untuk kemudian menguncinya (isolasi) di pinggir lapangan.

(4) Isolasi!

Merah atas melakukan lari memutar untuk mendorong kuning ke pinggir sekaligus menutup jalur umpan kuning ke rekannya sementara merah bawah menyesuaikan lintasan larinya untuk mengunci kuning pemegang bola.

Di tahap selanjutnya, pelatih bisa melanjutkan ke latihan 2 lawan 3, 3 lawan 3, 3 lawan 4, dan seterusnya. Catatan penting, di dalam bentuk 2 atau 3 pemain bertahan, pelatih sudah harus mulai menekankan poin-poin tentang perlindungan (cover), yaitu seorang pemain yang bertugas melindungi area di belakang pemain yang melakukan press ke pemegang bola.

Selain itu, dalam bentuk 2 atau 3 pemain bertahan, pelatih juga sudah dapat memperkenalkan kerapatan (compactness) horizontal. Di sini poinnya adalah bagaimana melakukan pergeseran kolektif dengan teknik yang tepat.

Ada satu saran yang menarik dan mudah diingat pemain adalah saat melakukan pergeseran pergunakan prinsip lari kepiting. Dengan mengadaptasi cara kepiting bergerak, pemain lebih menghemat energinya guna mengubah orientasi gerak saat ia harus sekadar berlari pelan kiri-kanan/sebaliknya untuk kemudian ia harus mengubah kecepatan larinya untuk melakukan pressing horizontal ke arah sebaliknya.