Arab Saudi memenangkan laga tak menentukan di Grup A melawan Mesir dengan skor 2-1. Sebelum laga dimulai, semua mata mengarah ke kehebohan akibat isu Mohamed Salah akan segera gantung sepatu dari tim nasional.
Masalah ini mulai muncul ketika beredar foto Salah berpose bersama Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya, sebelum Piala Dunia dimulai. Sejak saat itu, beredar spekulasi bahwa hubungan Federasi Sepak bola Mesir (EFA) dengan pemain berusia 25 tahun ini memburuk. Apalagi, hasil minus di dua laga awal melawan Uruguay dan Rusia dikabarkan membuat Salah sedikit putus asa.
Sebelumnya, Salah mengecam pihak EFA yang menggunakan fotonya tanpa izin untuk ditempel sebagai publikasi di badan pesawat tim nasional Mesir. Abdel Fayyaj dari EFA sampai harus membuat pernyataan resmi yang mengklarifikasi tegas bahwa mereka tidak ada masalah dengan Salah. EFA bahkan mengutuk pihak yang menyebarluaskan berita andalan mereka itu akan segera pensiun dari panggung sepak bola antarnegara.
Peran Salah untuk tim nasional Mesir memang tak tergantikan. Ia sudah bermain 58 kali sejak September 2011 dan mencetak 34 gol. Torehan itu menempatkannya di urutan keempat daftar top skor sepanjang masa. Nah, masalah ini menjadi bumbu misteri sebelum laga terakhir menghadapi Arab Saudi karena nama sang megabintang sempat menghilang dari line-up awal mereka.
Namun sejam sebelum laga terakhir Grup A Piala Dunia 2018 tersebut dilangsungkan, nama Salah akhirnya muncul lagi. Laga yang tak menentukan ini menjadi semakin menarik karena nama sang bintang bersanding dengan Essam El-Hadary.
El-Hadary, penjaga gawang yang di dua pertandingan sebelumnya melawan Uruguay dan Rusia hanya duduk di bangku cadangan, resmi menjadi pemain tertua sepanjang sejarah Piala Dunia. Dalam usia 45 tahun 161 hari, ia mengalahkan rekor sebelumnya, yang dipegang oleh kiper Kolombia Faryd Mondragon, (43 tahun tiga hari ketika tampil di Piala Dunia 2014).
Mesir sedang mencari kemenangan pertama Piala Dunia 2018. Tim asuhan Hector Cuper ini sudah pasti tersingkir akibat kalah dari Uruguay dan Rusia. Peluang untuk menang itu terbuka lebar karena di laga terakhir mereka hanya menghadapi Arab Saudi yang juga sudah pasti tersingkir.
Prediksi di ats kertas bahwa Mesir akan mengungguli Arab Saudi ternyata memang terbukti. Pembuka skor di laga ini tak lain dan tak bukan adalah sang bintang, Salah. Sebuah umpan dari Abdallah El-Said pada menit ke-22 sukses diselesaikannya menjadi gol. Bintang Liverpool ini mencungkil bola untuk melewati kiper Arab Saudi, Yasser Al-Mosailem.
Dua menit kemudian, Salah bahkan nyaris menggandakan keunggulan ketika mendapatkan peluang satu lawan satu dengan Al-Mosailem. Sayang, kali ini penyelesaian akhirnya melenceng dari target.
Sepuluh menit kemudian, giliran gelandang serang muda Mesir, Mahmoud Ahmed Ibrahim Hassan, yang gagal memaksimalkan dua peluang berturut-turut. Pemain yang lebih dikenal dengan nama ‘Trezeguet’ ini melepas dua tembakan jarak jauh pada menit ke-32 dan 33, tapi keduanya masih gagal menemui sasaran.
Tensi laga yang seharusnya bisa berlangsung lebih rileks ini mendadak meninggi pada menit ke-40. Bek Mesir Ahmed Fathi dianggap menyentuh bola dengan tangan di kotak penalti. Wasit Wilmar Roldan asal Kolombia melihat tayangan Video Assistant Referee (VAR) terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk memberi penalti kepada Arab Saudi.
Drama terjadi ketika penyerang sayap Saudi, Fahad Al-Muwallad, gagal menaklukkan El-Hadary. Dengan aksi ini, kiper berusia 45 tahun itu sukses mengukir rekor kedua, yaitu menjadi penahan penalti tertua sepanjang sejarah Piala Dunia dengan menebak arah tendangan Al-Muwallad.
Namun, suka cita Mesir mendadak sirna ketika empat menit kemudian, Arab Saudi kembali memperoleh hadiah penalti saat Al-Muwallad dijatuhkan oleh Ali Gabr. Roldan kembali meninjau tayangan VAR sebelum memberi penalti kedua kepada Saudi. Apes bagi Mesir, karena setelah melihat VAR, wasit memberinya kartu kuning.
Kali ini, bukan Al-Muwallad yang mengeksekusi penalti, melainkan Salman Al-Faraj. Pemain yang disebut terakhir tak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan memperdaya El-Hadary. Skor 1-1 pun bertahan hingga babak pertama berakhir.
Di babak kedua, Arab Saudi terlihat lebih banyak mendapat angin segar. Penguasaan bola lebih banyak dimiliki oleh tim Elang Hijau. Namun, El-Hedary masih terlalu tangguh. Salah satu peluang terbaik Saudi melalui Hussain Al-Mogahwi masih bisa diselamatkan secara spektakuler oleh El-Hadary.
Sempat dikira akan berakhir sama kuat 1-1, Arab Saudi menjungkirbalikkan fokus pemberitaan. Mereka sukses mencetak gol kemenangan di injury time melalui Salem Al-Dawsari. Skor 2-1 menjadi kesimpulan laga ini, sehingga mengakhiri rekor buruk Arab Saudi yang tak pernah menang sejak Piala Dunia 1994.
Dengan hasil ini, anak-anak asuh Juan Antonio Pizzi berhak finis di posisi tiga klasemen akhir dengan poin 3, sedangkan Mesir terpuruk di dasar klasemen dengan poin 0.