Terlalu dini memang menilai Piala Dunia 2018 merupakan yang terbaik bagi Cristiano Ronaldo sepanjang karirnya. Tapi jika melihat di partai perdana dan pengaruhnya untuk tim, tak salah jika kita sebut edisi kali ini merupakan pertunjukan terbaik dari seorang pemain terbaik dunia tahun 2017 ini di Piala Dunia.
Datang ke Rusia dengan catatan buruk, hanya mencetak 3 gol dari 13 pertandingan di pesta akbar empat tahunan ini, tidak mampu merusak konsentrasi seorang Ronaldo. Bahkan sesaat sebelum pertandingan, Spanyol sempat ‘mengganggu’ Ronaldo dengan keputusan pengadilan di Madrid yang menghukum kapten Portugal ini dengan kurungan 2 tahun penjara dan denda sekitar 305 miliar rupiah. Hukum di Spanyol tak mengharuskan seseorang mendekam di penjara jika hanya divonis 2 tahun.
Namun, permasalahan tersebut seolah tidak memengaruhi mental dalam diri Ronaldo. Ia masuk ke lapangan sangat percaya diri dan menyanyikan national anthem dengan suara sangat lantang dibanding rekan-rekannya yang lain. Teriakannya sebelum pertandingan, seolah menjadi pemicu bagi skuat Portugal untuk terus memberikan yang terbaik. Pemimpin sejati.
Benar saja, selama 90 menit ia menghancurkan bek-bek Spanyol dengan tiga golnya yang sangat cemerlang. Di gol pertama, ia dengan cerdik membuat Nacho mau tidak mau harus melanggar di kotak penalti. Di gol kedua, ia mampu lolos dari posisi offside dan memaksa David de Gea melakukan blunder. Sedangkan gol ketiga, ia ‘mengalahkan’ dua pemain jangkung Gerard Pique (190 sentimeter) dan Sergio Busquets (189 sentimeter) sebagai pagar betis untuk mencetak gol indah dari tendangan bebas.
Uniknya ini menjadi raihan hat-trick ke-51 sepanjang kariernya, dan juga catatan trigol ke-51 di Piala Dunia sepanjang sejarah. Selain itu, dengan usia 33 tahun 335 hari, ia menjadi yang tertua dalam sejarah yang mampu mencetak hat-trick di Piala Dunia.
Terlebih, pada edisi kali ini, Ronaldo resmi mendapat status sebagai pemain Portugal yang paling banyak tampil dalam putaran final Piala Dunia, sekaligus menyamai catatan empat legenda dalm diri Miroslav Klose, Pele, dan Uwe Seeler, yang bisa mencetak gol di empat edisi berbeda turnamen terakbar sepak bola di dunia ini.
Tak berhenti menjadi penyelamat Portugal
Sampai kapan Portugal harus bergantung kepada seorang Cristiano Ronaldo? Selain pertandingan dini hari tadi, mantan pemain Manchester United ini setidaknya menjadi penolong Portugal di dua pertandingan kunci saat menjuarai Piala Eropa 2016.
Di pertandingan terakhir fase grup melawan Hungaria, kala itu CR7 mencetak 2 gol dan 1 asis yang memastikan Portugal lolos ke fase gugur. Kemudian di fase semifinal, ia juga mencetak 1 gol dan 1 asis yang membuat Portugal mampu mengalahkan Wales. Walaupun ia tak berkutik karena cedera di final, Portugal tidak akan mampu melaju hingga menjadi juara, jika tanpa bantuan CR7.
Di pertandingan dini hari tadi, Portugal tidak mampu membuat satu tendangan tepat sasaran jika bukan dari seorang Cristiano Ronaldo. Ada satu momen menarik di menit ke-27, di mana Ronaldo memberikan umpan pendek kepada Goncalo Guedes di depan gawang. Sayangnya, sentuhan awal yang jelek membuat peluang tersebut gagal menjadi gol atau bahkan sekadar menjadi catatan untuk statistik tendangan ke gawang. Mungkin, jika boleh beropini, andaikan Ronaldo yang mendapat peluang tersebut, hasilnya bisa saja berbeda.
Persaingan abadi yang mencapai babak baru dengan Lionel Messi
Yang menarik dari penampilan prima Ronaldo adalah terbukanya kembali persaingan abadi antara dirinya dengan Messi selain di level klub. Jika empat tahun sebelumnya, Messi yang berlari sendirian dengan membawa Argentina ke final, di edisi kali ini, sejak pertandingan pertama, kita akan terus memperhatikan berapa gol yang bisa diciptakan kedua pemain ini di setiap laga. Messi sendiri baru akan memulai petualangan di Piala Dunia sore ini melawan Islandia.
Turnamen ini juga akan menjadi kunci raihan gelar pribadi seperti Ballon d’Or dan FIFA Best Player. Bersama klub, keduanya di musim 2017/2018 lalu mencatat raihan berbeda. Messi bersama Barcelona begitu berjaya di kompetisi lokal dan melempem di level Eropa, sebaliknya Ronaldo dengan Real Madrid sangat dominan di Eropa dan babak belur di lokal.
Namun untuk urusan mencetak gol, Messi selangkah lebih di depan Ronaldo dengan sudah meraih Sepatu Emas Eropa lewat statusnya sebagai pencetak gol terbanyak La Liga (34 gol). Sedangkan Ronaldo, hanya mampu meraih status top skor Liga Champions di musim ini (15 gol).
Maka dari itu, Piala Dunia ini penting bagi keduanya untuk buktikan siapa yang lebih unggul dan lebih jauh membawa negara masing-masing melangkah untuk menambah catatan positif demi menjadi yang terbaik di tahun 2018.
Terlepas dari itu semua, secara raihan gelar di level timnas, Ronaldo sedikit berada di depan Messi. Bersama Portugal, CR7 telah menyumbang 1 trofi elite lewat sumbangsih gelar Piala Eropa 2016. Sedangkan El Messiah, maksimal hanya memberikan status runner-up Copa America dan Piala Dunia 2014, dan satu kali ia menyumbang emas Olimpiade cabang sepak bola di Olimpiade 2008 lalu.