Piala Dunia 2018

Klub-Klub Semenjana Eropa yang Pernah Menyumbang Pemain Juara Dunia

Perjalanan sebuah klub yang dikategorikan semenjana, medioker, dan sebangsanya hampir dipastikan tak lepas dari periode pasang surut. Pada suatu waktu, mereka bisa menjadi salah satu tim yang disegani lawan, namun di periode berikutnya mereka hanyalah pesakitan yang berjuang lepas dari degradasi, atau justru terbenam di divisi bawah selama bertahun-tahun.

Meski begitu, klub-klub semenjana asal Eropa ini juga pernah mengirim perwakilan mereka ke Piala Dunia, bahkan termasuk ke dalam timnas yang menjadi juara dunia. Di antara mereka ada yang sekedar menjadi penghangat bangku cadangan, namun tak sedikit yang menjadi pahlawan untuk negaranya. Ini dia daftar klub penyumbang juara dunia tersebut:

Blackpool

Klub ini hanya semusim merasakan ketatnya persaingan di era Premier League, tepatnya pada musim 2010/2011. Namun di era 1960-an, Blackpool mengirim Alan Ball sebagai wakil mereka di timnas Inggris untuk Piala Dunia 1966. Ball sendiri ikut tampil di final, kala mengalahkan Jerman Barat 4-2 dan sampai sekarang masih menjadi pemain Blackpool terakhir yang berseragam The Three Lions.

Cagliari

Selama dua dekade terakhir, klub asal Pulau Sardinia ini dikenal sebagai tim yoyo yang hobinya menghuni papan bawah Serie A atau terdegradasi. Kondisi yang sama berlaku di Serie A musim 1981/1982. Meski begitu, Enzo Bearzot, pelatih timnas Italia kala itu, tetap membawa penyerang Cagliari, Franco Selvaggi, ke Piala Dunia 1982. Italia akhirnya juara, tapi Selvaggi tak pernah diturunkan.

Foto: Wikipedia

Deportivo La Coruna

Kalian pasti pernah melihat selebrasi gol dengan gaya menimang bayi, bukan? Adalah Bebeto, penyerang Brasil di Piala Dunia 1994 yang memopulerkannya setelah ia mencetak gol ke gawang Belanda di babak perempat-final untuk merayakan kelahiran bayinya. Kala itu Bebeto bermain untuk La Coruna yang sedang berada di periode emas, bukan terdegradasi ke Divisi Segunda seperti sekarang.

Freiburg

Prestasi tertinggi Freiburg di sepak bola Jerman adalah pernah bermain di Piala UEFA/Liga Europa sebanyak empat kali. Selain itu, mereka hanyalah tim kelas menengah pada umumnya. Namun karena sepak bola Jerman diisi banyak pemain muda berbakat, maka tak heran jika klub sekelas Freiburg pun juga memilikinya. Salah satunya adalah Matthias Ginter, yang diangkut Joachim Löw ke Piala Dunia 2014, meski tak bermain sama sekali selama turnamen berlangsung.

Lecce

Sepanjang sejarah, Lecce lebih dikenal sebagai tempat para pemain terkenal mengembangkan karier di usia muda, seperti Antonio Conte, Juan Cuadrado, hingga Mirko Vucinic. Namun jangan salah sangka, mereka pernah memiliki seorang juara dunia. Pedro Pasculli, penyerang Argentina di Piala Dunia 1986, berstatus pemain Lecce saat membawa Albiceleste menjadi juara dunia. Ia juga menyumbangkan gol kemenangan kala menumbangkan Uruguay di babak 16 besar.

Foto: Wikipedia

Livorno

Klub beraliran kiri ini pernah menjadi kuda hitam di Serie A pada pertengahan 2000-an, bahkan sempat mewakili Italia di ajang Piala UEFA. Penampilan apik Marco Amelia, kiper utama dibalik kesuksesan mereka saat itu, menjadi alasan Marcello Lippi membawanya ke Piala Dunia 2006. Namun sama seperti Selvaggi di tahun 1982, Amelia juga hanya menjadi penghangat bangku cadangan.

Leicester City

Klub yang pernah menggemparkan dunia saat menjuarai Liga Inggris di tahun 2016 ini tak sering-sering menyumbangkan pemain untuk timnas Inggris. Namun ternyata, jauh sebelum era Jamie Vardy, ada nama Gordon Banks yang telah lebih dulu menjadi wakil Leicester untuk timnas Inggris yang menjuarai Piala Dunia 1966. Ia menjadi kiper inti sepanjang turnamen.

Metz

Di periode 1990-an, Metz pernah menjadi salah satu tim papan atas Prancis. Di musim 1997-98, mereka bahkan finis sebagai runner-up Liga Prancis. Penampilan menakjubkan itu tak lepas dari peran salah satu gelandangnya, yakni Robert Pires, yang akhirnya dipanggil masuk timnas Prancis untuk berlaga di Piala Dunia 1998. Meski bukan pemain utama, Pires dipercaya tampil sebanyak tiga kali.

Palermo

Klub ini lebih dikenal karena ulah presidennya, Maurizio Zamparini, yang gemar memecat pelatih dan menjual puluhan pemain yang akhirnya bersinar di klub-klub besar Eropa. Namun di Piala Dunia 2006, klub ini berhasil menyumbangkan 4 pemain untuk timnas Italia. Salah satunya adalah Fabio Grosso, yang menjadi pahlawan kemenangan Italia dalam babak adu penalti melawan Prancis di final.

Reggiana

Musim 1996/1997 adalah musim terakhir mereka bermain di Serie A. Setelahnya, mereka mengembara di divisi bawah dan saat ini berlaga di Lega Pro, kasta ketiga sepak bola Italia. Namun saat menjadi juara Piala Dunia 1994, Claudio Taffarel yang merupakan kiper utama timnas Brasil kala itu, berstatus sebagai pemain Reggiana.