Menjadi negara dengan populasi paling sedikit di antara peserta Piala Dunia 2018 tidak serta merta membuat Islandia gagal mengimbangi Argentina dengan skuat penuh bintang. Penampilan perdana nan bersejarah anak asuh Heimir Hallgrimsson memaksa Argentina hanya meraih satu poin setelah hanya bermain imbang 1-1. Satu poin berharaga bagi Islandia.
Sejak laga dimulai, sorotan kamera terus tertuju kepada megabintang Argentina, Lionel Messi. Tak jarang berbagai ekspresi wajah Messi dimunculkan di layar kaca. Wajar saja karena sejak penampilan outstanding dari Cristiano Ronaldo, laga perdana Messi akan menjadi konsumsi perhatiaan semua pihak, baik media dan para suporter yang menyukai persaingan Messi vs Ronaldo.
Namun di laga ini, El Messiah berbentur dengan dewi fortuna alias faktor keberuntungan yang tidak berpihak kepada pemain Barcelona tersebut. Tercatat 11 tendangan bisa dilesatkan Messi dengan hanya tingkat akurasi mencapai tidak lebih dari 33% dan tidak satupun yang menghasilkan gol. Bahkan pemain berumur 30 tahun tersebut melwatkan kesempatan emas mencetak gol, setelah tendangan penalti di menit ke-64 mampu dihentikan Hannes Thor Halldórsson.
Satu faktor yang membedakan Argentina dan Islandia di partai ini adalah spirit berjuang. Bunyi thunderclap yang beberapa kali terdengar di sepanjang pertandingan seolah membangkitkan semangat juang Gylfi Sigurdsson dan kolega untuk menghadapi serangan bertubi-tubi tim Tango yang dimotori oleh Messi. Sebaliknya, Argentina yang tampil dengan para pemain bintang seolah kebingungan untuk menembus pertahanan.
Gol perdana La Albiceleste pun memanfaatkan kemampuan individual seorang Sergio Aguero yang mampu mengecoh tiga pemain Islandia, Ragnar Sigurdsson, Mar Saevarsson, dan Kari Arnason. Pasca-gol ini, naluri para penyerang Argentina seolah menguap begitu saja. Dari total 26 tendangan ke gawang, hanya 7 saja yang bisa dikonversi yang menjadi tepat sasaran.
Setelah kebobolan, spirit berjuang Islandia tidak menghilang. Hanya butuh 4 menit, mereka mampu menciptakan peluang yang berbuah gol. Tendangan datar Gylfi Sigurdsson tidak mampu ditepis sempurna oleh Willy Caballero, yang kemudian Alfred Finnbogasson mampu menyamakan kedudukan.
Di sisa menit, Islandia seolah hanya bertahan untuk memastikan satu poin dari Argentina. Lagi-lagi strategi ini terlihat sangat jelas jika para pemain Islandia tidak ingin menyerah begitu saja dari gempuran para pemain Argentina. Sosok yang menonjol adalah penjaga gawang mereka, Halldórsson, yang meraih status man of the match di laga ini. Ia hentikan 6 tendangan tepat sasaran, termasuk 1 penalti dari Messi.
Skor 1-1 ini bertahan hingga jeda. Awal yang buruk bagi Argentina, sedangkan bagi Islandia hasil ini tentu sesuai target mereka sejak awal laga.
Partai pembuka terburuk Argentina sejak Piala Dunia 1982
Satu masalah yang belum terselesaikan Jorge Sampaoli sejak fase kualifikasi adalah cara mereka mencetak gol. Padahal di laga ini, semua opsi pemain menyerang terbaik sudah dimasukkan kecuali Paulo Dybala. Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, Messi, Angel Di Maria, bahkan pemain muda Boca Junior, Cristian Pavon, tak mampu berbuat banyak untuk mencetak gol.
Masalah ini persis ketika kualifikasi zona CONMEBOL di mana mereka hampir tidak lolos ke putaran final. Selama masa kualifikasi, Messi dan kolega hanya mampu mencetak 19 gol atau yang terendah dibanding tim-tim yang lolos dari zona Amerika Selatan.
Hasil imbang ini merupakan yang terburuk sejak Piala Dunia 1982 bagi Argentina, dimana ketika itu mereka dikalahkan Belgia dengan skor tipis 0-1. Pada perjalanannya mereka hanya sanggup sampai hingga babak kedua. Di sisa laga melawan Kroasia dan Nigeria, Jorge Sampaoli wajib membenahi ketajaman lini depan jika tidak ingin mengalami nasib pahit gagal lolos ke fase gugur.