Piala Dunia 2018

Berbagai Negara yang Dijuluki ‘Golden Generation’ Sejak Piala Dunia 1998

Terkadang, salah stau tim nasional penuh sesak dengan pemain-pemain berkualitas di dalam skuatnya, sehingga memperoleh julukan ‘Golden Generation’ (generasi emas). Namun, tak semua generasi emas ini memperoleh kesuksesan di Piala Dunia. mari kita tinjau satu per satu beberapa Golden Generation terkenal sejak Piala Dunia 1998:

Brasil 2002-2006 (Cafu, Roberto Carlos, Adriano, Kaka, Ronaldo, Ronaldinho, dll.)

Generasi Brasil di awal dekade 2000-an adalah favorit jutaan penggemar sepak bola di dunia. Nama-nama seperti Kaka, Ronaldo, dan Ronaldinho menghibur sekaligus menginspirasi jutaan orang dengan jogo bonito (permainan indah). Menjuarai Piala Dunia 2002 adalah puncak prestasi tim superior ini, sebelum mulai mengalami kemunduran di Piala Dunia 2006.

Spanyol 2010 (Iker Casillas, Carles Puyol, Xavi, Andres Iniesta, Xabi Alonso, Sergio Ramos, David Villa, dll)

Bibit-bibit generasi emas nan sukses Spanyol ini sudah terlihat di Piala Dunia 2006. Disempurnakan oleh almarhum Luis Aragones di Piala Eropa 2008, para pemain ini pun mekar sempurna di Piala Dunia 2010, di bawah asuhan Vicente del Bosque. Permainan kolektif dari kaki ke kaki yang atraktif adalah kunci La Furia Roja merebut trofi emas di Afrika Selatan.

Italia 2006 (Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Alessandro Del Piero, Luca Toni, Francesco Totti, Alessandro Nesta, Andrea Pirlo, dll.)

Nama-nama dahsyat di atas adalah para perengkuh Piala Dunia 2006. Skuat ini penuh sesak dengan para bintang Serie A. Di bawah asuhan pelatih genius Marcelo Lippi, Italia mengembalikan nama baik mereka yang sempat tercemar akibat skandal Calciopoli sebelum Piala Dunia 2006 berlangsung.

Prancis 2006 (Eric Abidal, Patrick Vieira, Zinedine Zidane, Thierry Henry, Lillian Thuram, David Trezeguet, Franck Ribery, dll)

Setelah membahas deretan generasi emas yang sukses keluar sebagai juara, kini kita membahas yang gagal. Setelah menjuarai Piala Dunia 1998, Prancis terbilang cukup beruntung karena nama-nama seperti Zidane, Henry, Vieira, hingga Claude Makelele, sedang memasuki usia emas. Namun, generasi emas ini hanya sanggup mencapai final 2006 sebelum ditaklukkan Italia dalam adu penalti.

Inggris 2002 (David Beckham, Frank Lampard, Steven Gerrard, Gary Neville, Ashley Cole, Sol Campbell, John Terry, Michael Owen, Rio Ferdinand, Wayne Rooney, Paul Scholes)

Yang satu ini terbilang cukup memprihatinkan. Jika Anda membaca nama-nama di atas, pasti akan heran mengapa Inggris tak pernah bisa berbuat banyak di Piala Dunia. The Three Lions bahkan memiliki dua gelandang kelas dunia dalam diri Frank Lampard dan Steven Gerrard, tapi generasi emas The Three Lions selalu hanya sebatas heboh di media.

Belgia 2014-2018 (Thibaut Courtois, Vincent Kompany, Jan Vertonghen, Romelu Lukaku, Eden Hazard, Thomas Vermaelen, dll)

Dalam dua edisi Piala Dunia terakhir, Belgia muncul sebagai favorit berbagai kalangan. Nama-nama yang sukses di Eropa seperti Thibaut Courtois dan Romelu Lukaku tentu saja merupakan jaminan mutu. Namun, pada kenyataannya 'Red Devils' hanya sanggup mencapai babak perempat-final di Brasil 2014.

Portugal 2002-2006 (Luis Figo, Pauleta, Ricardo Carvalho, Cristiano Ronaldo, Deco, dll)

Tim Portugal ini sangat penuh talenta. Luis Figo, Deco dan Cristiano Ronaldo adalah sedikit dari 'Generasi Emas' negara ini. Sayang, mereka hanya sanggup mencapai semifinal di Piala Dunia 2006. Kini, Ronaldo memimpin sebuah generasi baru, yang memenangkan Piala Eropa 2016. Kita lihat saja sejauh mana Portugal akan melangkah di Rusia 2018.

Belanda 2006 (Arjen Robben, Wesley Sneijder, Ruud van Nistelrooy, Rafael van der Vaart, Robin van Persie, dll)

The Oranje pada tahun 2006 hanya berhasil mencapai babak 16 besar. Namun pada tahun 2010, mereka tampil impresif dan sukses mencapai final. Sayang, kutukan runner-up masih belum pergi dari mereka. Mereka juga takluk di semifinal di Brasil 2014 dan hanya mampu merebut juara tiga. Kini, para generasi emas telah menua dan regenerasi mereka terbilang mandek sehingga absen di Rusia 2018.