Piala Dunia 2018

Profil Bintang Piala Dunia 2018: Mohamed Salah, ‘Raja’ Mesir yang Siap Memimpin Negaranya di Rusia

Kembalinya Mohamed Salah ke Liga Primer Inggris sempat memberikan sebuah pertanyaan kepada beberapa penggemar sepak bola, mampukan dia mendulang kesuksesan setelah apa yang terjadi di Chelsea beberapa tahun yang lalu? Beberapa sempat pesimis akan kesuksesan pemain asal Mesir tersebut bersama klub barunya, Liverpool, namun tidak sedikit yang optimis bahwa Salah tidak akan mengulang nasib buruk yang pernah dia alami di Liga Primer bersama The Blues.

Sebelum bergabung bersama Chelsea, Salah sudah menunjukkan bakat dan kemampuannya kala berseragam Basel. Dia pernah bertemu dengan The Blues di babak penyisihan grup Liga Champions musim 2013/2014 di mana dia mencetak gol penyama kedudukan di pertemuan pertama lalu mencetak gol kemenangan Basel di pertemuan kedua mereka. Hal tersebut yang membuat Chelsea mau meminangnya dari Basel.

Sayangnya, kemampuan Salah tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pelatih Chelsea saat itu, Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal itu tidak memberikan banyak kesempatan untuk Salah dan dia pun hanya menjadi debu di bangku cadangan. Karena kurang mendapat jatah bermain, Salah memutuskan terbang ke Italia untuk bergabung dengan Fiorentina.

Italia nampaknya menjadi tempat Salah untuk menemukan kembali performanya. Bersama Fiorentina, dia mampu mencetak sembilan gol dan mencatatkan empat asis dalam 26 pertandingan. Penampilan impresifnya membuat Fiorentina, yang sebelumnya hanya meminjam Salah dari Chelsea, memutuskan untuk mempermanenkannya. Namun, Salah menolak dan dia pun hanya bertahan semusim di sana.

Salah tidak berencana kembali ke London dan memutuskan untuk menetap di Italia. Klub selanjutnya yang dia bela adalah AS Roma. Salah tampil lebih ganas bersama tim Serigala Ibu Kota tersebut. Dalam 83 penampilannya bersama Roma, Salah mampu mencetak 34 gol dan memberikan 24 asis kepada rekan-rekannya. Statistik tersebut yang nampaknya membuat Jürgen Klopp tertarik untuk membawanya kembali berkompetisi di Liga Primer.

Harga yang dikeluarkan The Reds untuk memboyog Salah sepertinya dirasa kurang apabila kita melihat performannya di musim ini. Salah menjadi salah satu pemain penting dalam skema permain Klopp. Kecepatan, kemampuan mengolah bola, bisa menusuk ke dalam pertahanan lawan, lalu tendangan kaki kiri yang mematikan, menjadi senjata Salah dalam menaklukkan Liga Primer di kesempatan keduanya. Alhasil, Salah mampu menjadi pencetak skor terbanyak di musim ini dengan 32 gol, mengalahkan Harry Kane yang sebelumnya dua kali beruntun mendapatkan penghargaan Golden Boot.

Di Liga Champions, dia punya peran yang besar dalam kesuksesan The Reds untuk mencapai babak final. Raihan 10 gol serta 5 asisnya sudah jelas membuktikan bahwa dia bukanlah dirinya yang dulu saat berseragam Chelsea. Penggemar Liverpool senang, sementara penggemar The Blues pun hanya gigit jari mengingat ketidakmampuan Mourinho dalam melihat potensi yang dimiliki oleh Salah.

Tak hanya di skala Eropa, Salah juga unjuk gigi di skala internasional. Bersama tim nasional Mesir, Salah menjadi pemain terpenting yang membawa negaranya menuju pentas Piala Dunia. Di babak kualifikasi, Salah sukses mengemas 11 gol, tiga di antaranya dicetak di pertandingan yang sama, dan dia juga turut menyumbang enam asis bagi negaranya.

Pada pertandingan penentuan melawan Republik Kongo, Salah mengakhiri pertandingan dengan menjadi pahlawan bagi tim asuhan Hector Cuper ini. Dia memborong dua gol yang dicetak oleh The Pharaohs di pertandingan itu dan dia sukses melakukan tembakan sukses sebanyak empat kali dari enam percobaan yang dilakukannya menurut data dari Wyscout. Salah juga sukses melakukan dribble sebesar 59 persen dan turut mengembangkan permaianan timnya dengan akurasi umpan mencapai 80 persen.

Peran sentral Salah di timnas Mesir memang terlihat jelas ketika dirinya hampir saja tidak bisa mengikuti Piala Dunia akibat cedera yang dialaminya ketika berduel dengan Sergio Ramos. Penduduk Mesir sedih, bahkan menitikkan air mata kala melihat Salah keluar dari lapangan memegangi pundaknya. Ramos, yang dianggap sebagai biang keladinya, dihujat dan dibenci, mungkin oleh seluruh penduduk Mesir.

Beruntung, Salah dipastikan mampu tampil di Piala Dunia. Harapan Mesir pun masih berada di dalam diri seorang Salah. Agak mustahil jika kita berharap bahwa Salah dapat membawa Mesir menjadi juara di ajang tersebut dan kita harus puas jika sang raja mampu membawa timnya lolos dari babak penyisihan grup.