Suara Pembaca

Tentang Bagaimana Menghormati Jatah Kuota Tiket di Awaydays

Sebuah pertandingan sepak bola tentu saja tidak hanya berlangsung di kandang tim itu sendiri, karena akan ada sistem atau regulasi yang menentukan di mana pertandingan itu berlangsung. Pertandingan home dan away akan nampak lebih adil apalagi dengan sistem liga dan lain halnya itu terjadi di sebuah turnamen skala kecil maupun besar.

Sebagai pencinta klub kebanggaan pastinya tidak akan melewatkan satu pertandingan pun untuk mendukung timnya berlaga. Biasa istilah itu kita sebut bertandang atau awaydays. Awaydays itu sendiri adalah sebuah langkah mendukung tim berlaga di luar kandang. Beberapa kelompok suporter beranggapan bahwa dengan awaydays, bagus untuk mengukur kecintaan klub. Secara tak langsung apa yang terjadi ketika away akan berbeda kondisinya dengan saat bermain di kandang.

Di luar negeri, awaydays sudah menjadi budaya wajib bagi kelompok suporter terutama sepak bola. Sudah menjadi tradisi mengawal sang kebanggaan di mana saja ia bertanding sembari tentu saja untuk merasakan atmosfer yang ada di kandang lawan. Tak jarang awaydays sering dianggap berbahaya kala bertemu dengan kesebelasan rival seteru abadi.

Tentu saja akan ada pembatasan kouta untuk suporter tim tamu karena kapasitas stadion dan antusiasme kedua suporter akibat pertandingan besar tersebut. Pembatasan kouta inilah yang terkadang membatasi semangat kubu tamu. Semuanya pasti sudah dipikirkan pihak keamanan demi menjaga clash sebelum atau sesudah pertandingan. Awaydays memang sudah menjadi bumbu wajib para suporter dengan banyak cerita pahit manisnya hingga beberapa penggiat seni drama banyak mengangkat topik tersebut untuk dijadikan tontonan berkelas para penggiat bola.

Membahas tentang pembatasan kouta jatah kursi suporter tim tamu, di Indonesia, nampak sekali para suporter yang akan bertandang belum sepenuhnya menghormati pihak penyelanggara terkait jatah tiket yang telah ditentukan. Terkadang, mereka hanya asal berangkat tanpa memikirkan pembatasan kouta tersebut. Seolah tak memikirkan juga bagaimana caranya masuk ke stadion. Padahal niat datang ke stadion adalah dengan membeli tiket dan masuk ke tribun untuk menonton tim kebanggaan langsung di depan mata, bukan di luar stadion.

Ketika hal itu diabaikan oleh suporter tim tamu, tentu saja penumpukan massa di luar area stadion akan sangat banyak. Kemudian hal yang paling disayangkan adalah adanya oknum-oknum yang memancing amarah sehingga clash kapan saja bisa terjadi. Sudah barang tentu ketika tiket di stadion sudah ludes terjual, mereka kerap merangsek atau memaksa masuk ke dalam tribun. Setelah itu, barulah kerusuhan akan pecah mengingat petugas keamanan harus memukul mundur mereka yang berulah. Kekacauan sudah pasti tidak dapat dihindarkan lagi.

Sebenarnya, pihak panitia penyelanggara sudah barang tentu mengkoordinasikan pembatasan jatah tiket tersebut kepada koordinator suporter tim tamu. Akan tetapi, terkadang belum muncul langkah alternatif agar jatah tiket diberikan kepada setiap individu yang memang benar-benar bersiap untuk awaydays. Mungkin bisa dengan menjual pre-sale tiket sebelum keberangkatan, agar mudah dalam mengkoordinir massa oleh pihak keamanan.

Hal itu menurut penulis adalah langkah yang tepat, karena daripada sudah menghabiskan banyak tenaga dan biaya, sesampainya di stadion malah tidak mendapatkan tiket. Akan lebih baik mendapatkan tiket sebelumnya dari jadwal keberangkatan.

Misalnya, jatah kuota sekitar 2 ribu orang, jika dipatuhi para suporter tim tamu, tentu mereka akan mendapatkan prioritas keamanan dari pihak berwajib, sekaligus untuk memudahkan kinerja petugas berwajib dalam mengkoordinir massa baik dari keberangkatan hingga kepulangan sesudah menonton pertandingan.

Dan jika hal itu diindahkan oleh para pejuang awaydays, mereka tentu secara tidak langsung sudah menghormati tuan rumah dengan aturan yang berlaku. Kita perlu juga belajar dari suporter-suporter di Inggris sana. Mereka mampu mengindahkan aturan tersebut secara tertib meskipun dengan pengawalan yang cukup ketat. Terkadang, kita gengsi terhadap pengawalan dari kepolisian, akan tetapi, bukankah hal itu akan lebih menjamin keamanan kita? Atau terus begini hingga masyarakat terus resah karena sepak bola tak berhenti dari yang namanya kerusuhan?

Saling menghormati juga kepada warga sekitar di stadion, karena banyak dari mereka sebenarnya sudah lelah tempat tinggal mereka dijadikan tempat ajang unjuk eksistensi yang tak berujung. Sekiranya tulisan ini dibuat karena sudah bosan mendengar pemberitaan buruk perkara awaydays.

Suporter tetaplah manusia biasa yang harus patuh terhadap norma dan hukum yang berlaku. Jangan menjilat ludah jika di antara kalian masih tak menyadari hal kecil ini sehingga makin meledak bak api tersiram bensin.