Piala Dunia 2018

Profil Bintang Piala Dunia 2018: Keylor Navas, Pembuktian Sang ‘Man of Faith’ Kebanggaan Kosta Rika

Seminggu sebelum final Liga Champions 2017/2018 melawan Liverpool, Keylor Navas berbicara kepada para jurnalis di Festival Film Cannes. Ia mengatakan dirinya lebih gugup berjalan di Red Carpet Cannes daripada tentang menghadapi trio penyerang subur milik Liverpool, Mohamed Salah, Roberto Firmino dan Sadio Mane. Komentar ini memperlihatkan karakter asli kapten tim nasional Kosta Rika ini: rendah hati dan cenderung pemalu.

Padahal, di festival film bergengsi dunia tersebut Navas diundang untuk mempromosikan film berjudul “Hombre de Fe” (Man of Faith). Film ini diangkat dari kisah nyata jalan hidup pria berusia 32 tahun tersebut dari sebuah desa terpencil di Kosta Rika sampai akhirnya bermain di klub terbaik dunia, Real Madrid, dan tentu saja, berlaga di Piala Dunia.

“Saya sudah terbiasa menghadapi Liga Champions,” kata Navas kepada jurnalis di Cannes. “Tapi, semua sorotan glamor ini baru bagi saya, membuat saya sedikit gugup.”

Film ‘Hombre de Fe’ juga mendapat dukungan penuh pemerintah Kosta Rika dan beberapa investor Amerika Latin yang tidak ingin disebutkan namanya. Kabar lain menyebutkan bahwa Real Madrid juga telah resmi memberikan dukungan mereka untuk produksi film tersebut. Ini adalah bentuk terima kasih klub Spanyol tersebut kepada penjaga gawang yang telah mengawal gawang mereka di tiga final Liga Champions, yaitu 2016, 2017, dan 2018.

Baca juga: Kisah Hidup Keylor Navas yang Diabadikan di Layar Lebar

Nama Navas memang sepertinya tak akan dinilai sebagai penjaga gawang kelas dunia oleh para pendukung Real Madrid. Klub raksasa ini memang selalu dihubung-hubungkan dengan nama-nama tenar seperti David de Gea atau Thibaut Courtois, sehingga jasa-jasa Navas cenderung sedikit terlupakan.

Meski demikian, pria kelahiran 15 Desember 1986 ini sepertinya tak peduli. Ia membuktikan dengan kinerja, terlihat dari statistiknya sepanjang musim 2017/2018. Dilansir dari Squawka, Navas mencatatkan delapan clean sheets dan rata-rata 2,6 penyelamatan per pertandingan di LaLiga dan Liga Champions. Tiga trofi Liga Champions dan sebuah film biografi dirinya sudah lebih dari sekadar bukti. Lagipula, di negaranya sendiri, ia sudah dianggap sebagai legenda hidup.

Pria bernama lengkap Keylor Antonio Navas Gamboa ini adalah penampil terbaik Kosta Rika di sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di Piala Dunia. Bergabung pertama kali dengan skuat Los Ticos sebagai bagian generasi baru setelah kegagalan menembus Piala Dunia 2010, Navas saat itu juga sedang menikmati karier yang menanjak di Spanyol. ia mengawal gawang tim gurem Levante hingga menduduki posisi tujuh di La Liga, prestasi terbaik klub tersebut sepanjang sejarah.

Navas lalu menjadi pilihan utama di skuat Kosta Rika. Ia sukses mewujudkan mimpi ke Piala Dunia 2014 di Brasil. Dianggap sebagai anak bawang karena tergabung di grup yang sama dengan Uruguay, Inggris, dan Italia, Los Ticos justru keluar sebagai juara grup dan lolos ke babak selanjutnya.

Navas hanya kebobolan satu gol di grup neraka tersebut, yaitu ketika timnya menang 3-1 atas Uruguay di Fortaleza. Sisanya, ia menjaga gawangnya tak kebobolan ketika Kosta Rika menang 1-0 atas Italia dan imbang 0-0 melawan Inggris. Tim Amerika Utara ini pun menyamai kesuksesan mereka di Piala Dunia 1990, yaitu lolos ke babak selanjutnya.

Pada babak 16 besar melawan Yunani, Navas terpilih sebagai man of the match setelah melakukan beberapa penyelamatan luar biasa di waktu normal. Ia juga menepis tendangan Theofanis Gekas di babak adu penalti, aksi penting yang meloloskan Kosta Rika ke perempat-final untuk pertama kalinya.

Los Ticos bahkan nyaris saja membuat sensasi lolos ke semifinal. Sayang, mereka tersingkir oleh Belanda juga melalui adu penalti. Di akhir turnamen, Navas menjadi satu dari tiga nama yang masuk nominasi Penghargaan Golden Glove (penjaga gawang terbaik di Piala Dunia) 2014. Sayang, ia  kalah dari andalan Jerman, Manuel Neuer.

Di negaranya, Navas kini menjadi pesepak bola paling populer. Anak-anak kecil bermimpi ingin menjadi sepertinya, seorang pekerja keras yang taat kepada Tuhan dan rendah hati. Di Piala Dunia 2018 nanti, ia kembali mengemban tanggung jawab untuk mengharumkan skuat Kosta Rika, setidaknya agar tidak tersingkir terlalu dini.