Dia datang ke Rusia dengan status penyerang kelas dua di Liga Primer Inggris. Di Arsenal dia bukan pilihan utama, dan di Chelsea nasibnya tak jauh berubah. Namun di timnas Prancis, Olivier Giroud jauh berbeda nasibnya. Di Piala Dunia nanti Giroud bisa jadi legenda yang tak terduga bersama Les Bleus.
Predikat legenda bukan tanpa sebab bisa tersemat dalam diri Giroud. Saat ini ia telah mengemas 31 gol sepanjang kariernya bersama timnas Prancis, menyamai torehan Zinedine Zidane dan tergabung di lima besar top skor Les Bleus bersama Thierry Henry, Michel Platini, dan David Trezeguet.
Khusus untuk nama terakhir, penyerang legendaris tersebut hanya tiga gol lebih banyak dari Giroud. Dengan masih bermainnya Giroud di Piala Dunia 2018 plus beberapa pertandingan internasional tahun ini, ada kemungkinan Adam Levine dari Chambéry ini bisa menyamai bahkan melampaui catatan gol Trezegol.
Elemen penting di lini depan
Meskipun jumlah golnya banyak di timnas, tapi pemanggilan Giroud oleh Didier Deschamps sempat membuat banyak orang mengernyitkan dahi. Pasalnya, lelaki berusia 31 tahun ini menepikan nama-nama lain yang lebih populer seperti Alexandre Lacazette, Karim Benzema, dan Anthony Martial.
Akan tetapi, Deschamps tidak membawa Giroud ke Rusia tanpa sebab. Saat ini hanya Giroud-lah penyerang murni yang sesuai dengan skema Deschamps, mengingat dia adalah tipikal pemain nomor 9 yang sama bagusnya di bola bawah maupun bola atas. Jika dibandingkan dengan tiga penyerang yang tersingkir, Giroud memang lebih baik.
Ini juga ditunjang dengan statistik Giroud musim ini bersama klubnya. Berdasarkan data dari WhoScored, di Liga Primer Inggris 2017/2018 Giroud rata-rata memenangi 3,5 duel udara per pertandingan. Sementara itu dari 3 golnya di Arsenal musim ini, satu dicetak kaki kiri dan dua sundulan, sedangkan 4 gol di Chelsea terbagi rata antara kaki kiri dan sundulan.
Statistik itulah yang mungkin turut mendasari keputusan Deschamps memasukkan Giroud ke skuat Piala Dunia. Sebab, keberadaan Giroud di lini depan dipercaya dapat melengkapi trisula maut Les Bleus. Kemungkinan besar Giroud akan diapit Kylian Mbappé dan Antoine Griezmann, atau diduetkan dengan Mbappé dan disokong Griezmann atau Nabil Fekir seperti di laga persahabatan kontra Republik Irlandia kemarin (29/5).
Memiliki pemain seperti Giroud sangat penting untuk tim yang bermain di turnamen singkat seperti Piala Dunia. Meskipun pergerakannya statis, tapi tipikal penyerang seperti Giroud bisa menjadi kartu as lewat postur tingginya (192 sentimeter) dan pengalaman yang dimilikinya.
Contoh Jerman di Piala Dunia 2014. Saat itu, Der Panser masih mengandalkan Miroslav Klose di lini depan, walaupun Klose sudah berusia 36 tahun dan tidak sehebat dulu lagi seperti ketika menggulung Arab Saudi 8-0 di Piala Dunia 2002. Dengan pengalaman berlaga di turnamen akbar, Klose seakan menjadi obat penenang di antara barisan penyerang potensial Jerman. Peran itulah yang diharapkan bisa diemban Giroud.
Pun begitu, pemanggilan Giroud juga bukan tanpa risiko. Koleksi gol Giroud musim ini sangat sedikit di liga domestik, hanya 7 gol dari dua klub yang dibelanya, Arsenal dan Chelsea. Jumlah itu adalah yang terminim sejak berkarier di kasta tertinggi. Sebelumnya Giroud selalu bisa menceploskan dua digit gol per musimnya, bahkan sempat mencetak 21 gol ketika membawa Montpellier juara Ligue 1 musim 2011/2012.
Di usianya yang sudah 31 tahun, Piala Dunia 2018 mungkin akan menjadi Piala Dunia terakhir Giroud. Dengan selalu melimpahnya talenta berbakat Prancis tiap tahunnya, akan sangat sulit bagi Giroud untuk kembali dipercaya sebagai juru gedor timnas di Piala Dunia 2022, ketika usianya beranjak 35 tahun.
Maka, inilah saat terbaik bagi Giroud membuktikan kualitasnya di timnas Prancis. Inilah momen terbaik baginya untuk memperbaiki citra diri, dari penyerang yang musim ini dipandang sebelah mata, menjadi seorang legenda yang mengharumkan nama sang Ayam Jantan di Negeri Beruang.
Jika itu sanggup dilakukannya, jangan heran dalam 10 tahun ke depan akan banyak beredar jersey retro Prancis bernama punggung Giroud, bersanding dengan nama punggung legenda lainnya seperti Trezeguet, Djorkaeff, Wiltord, dan Henry, yang terpajang di etalase toko merchandise sepak bola.