Cerita Rekapitulasi

Plus-Minus Tim Promosi di Go-Jek Liga 1 2018

11 pekan sudah berjalan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Dari kurang lebih dua bulan yang telah dilalui, kekuatan masing-masing klub mulai tampak satu per satu. Lalu bagaimana dengan tim promosi di Go-Jek Liga 1 2018? Adakah kejutan atau perlawanan sengit yang mereka berikan?

Kalau berbicara tentang kejutan, saat ini tiga tim promosi yaitu PSIS Semarang, PSMS Medan, dan Persebaya Surabaya belum memberikan efek kejut yang signifikan di Liga 1. Hasil pertandingan yang berakhir di luar prediksi hanya ada dua, yakni PSIS 0-0 Bali United dan PSMS 3-2 Persija. Sementara itu Persebaya lebih bertaring di wilayahnya sendiri, dengan catatan nol kekalahan dari sesama tim Jawa Timur di putaran pertama.

Itu berarti, ada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh tiga klub alumni Liga 2 2017 tersebut. Sampai pekan 11, bentuk plus dan minus itu semakin terlihat, dan sedikit banyak memberikan gambaran seberapa berat/ringan perjalanan mereka di sisa musim ini.

 

prestasi tertinggi PSMS Medan

PSMS Medan

Pertama mari kita mulai dari PSMS Medan, sebagai tim promosi dengan peringkat tertinggi saat ini. Di pekan 11, Laskar Ayam Kinantan menempati posisi 8 dengan 15 poin, satu strip di atas Persebaya yang mengoleksi 14 angka, dan jauh di atas PSIS Semarang yang berjibaku di zona merah dengan tabungan 11 poin.

Dalam upaya bertahan di Liga 1, PSMS sangat memanfaatkan laga kandang mereka di Stadion Teladan. Dari 6 partai home sejauh ini, skuat asuhan Djadjang Nurdjaman memenangkan 5 di antaranya. Satu-satunya kekalahan kandang adalah lawan Bhayangkara FC di pekan kedua. Setelahnya, tak ada satupun tim yang sanggup menghentikan PSMS di kandangnya.

PSMS bahkan memperoleh tiga clean sheets dari laga kandang mereka, yakni saat melawan Perseru (1-0), Sriwijaya FC (1-0), dan Arema FC (2-0). Total gawang PSMS baru bobol lima kali di kandang. Jumlah kebobolan itu adalah yang terminim ketiga di Liga 1.

Namun sayangnya, rekor apik tersebut berbanding terbalik dengan pencapaian di laga tandang. PSMS selalu kepayahan kala bermain di luar kota, dengan tak ada satupun laga yang berhasil dimenangkan. Gawang PSMS bahkan koyak 13 kali, dan hanya sanggup memasukkan 4 gol.

Melempemnya PSMS di laga tandang tersebut dipengaruhi oleh tumpulnya lini depan mereka. Wilfried Yessoh dan Frets Butuan masih belum bertaji di luar kandang, dan itu diperparah dengan menurunnya performa Sadney Urikhob setelah Piala Presiden 2018.

Hal ini sangat disayangkan, mengingat lini kedua PSMS dihuni oleh pemain kreatif yang jago mengirim umpan matang. Dilshod Sharofetdinov sangat piawai menyuplai umpan lambung dan mengeksekusi bola mati, sedangkan Abdul Aziz bagus dalam penguasaan bola dan melakukan operan kombinasi.

 

harapan yang lebih besar untuk Persebaya

Persebaya Surabaya

Beranjak ke Persebaya Surabaya yang saat ini merupakan tim promosi terbaik kedua di bawah PSMS, permasalahan Bajul Ijo justru lebih kompleks. Dengan materi pemain mayoritas berpengalaman di Liga 1, Angel Alfredo Vera masih belum menemukan komposisi terbaik untuk skuatnya.

Yang paling terlihat adalah perombakan di lini tengah. Vera berulang kali mengubah susunan lini tengahnya, dengan bongkar-pasang antara Rendi Irwan, Misbakus Solikin, Sidik Saimima, dan Fandi Eko Utomo. Di lini tersebut, hanya Robertino Pugliara dan Nelson Alom yang posisinya tidak dapat diganggu gugat.

Begitu pula di lini depan. Walau David da Silva sudah moncer dan telah menunjukkan tajinya, dalam beberapa pertandingan ia justru disimpan di bangku cadangan, dan memainkan Rishadi Fauzi sejak menit pertama. Rotasi yang terus menerus dilakukan Persebaya ini membuat kohesi antarpemain tak kunjung membaik, yang berdampak pada inkonsistensi permainan. Akibatnya, kampiun Liga 2 2017 ini kesulitan mempertahankan performa puncak di pekan berikutnya.

Contohnya di 6 pekan pertama, Persebaya mengalami siklus menang-seri-kalah yang berulang teratur. Kemudian setelah menang di Derbi Jatim lawan Arema FC, Persebaya kembali gagal mendulang angka penuh saat melawat ke markas Borneo FC dan Madura United, lalu diimbangi Persipura di Gelora Bung Tomo.

Selain siklus di enam pekan pertama, rapor buruk lainnya dari Persebaya adalah mereka tak pernah mencetak lebih dari satu gol di kandang. Di saat tim-tim lainnya memanfaatkan laga kandang dengan mencetak gol sebanyak mungkin, Persebaya justru selalu kesulitan melakukannya. Di Gelora Bung Tomo mereka hanya sanggup mencetak 5 gol dari 5 laga, jauh berbeda dengan 10 gol yang dicetak saat tandang.

Poin positifnya, Persebaya sudah teruji lawan klub besar. Sriwijaya FC, Arema FC, Madura United, dan Persipura telah dihadapi, tanpa satupun kekalahan yang diderita. Jika catatan apik ini sanggup dipertahankan sembari meningkatkan ketajaman dan menemukan komposisi skuat terbaik, Persebaya mungkin bisa menembus lima besar.

 

Kembalinya PSIS ke divisi tertinggi

 

PSIS Semarang

Terakhir, Laskar Mahesa Jenar yang masih berjuang naik dari zona degradasi. Dari 11 pekan yang dijalani, sangat terlihat kualitas pemain PSIS memang kalah jauh dibanding tim-tim lainnya. Dalam mengarungi Liga 1, PSIS bermodalkan materi pemain yang “biasa saja” dan mayoritas minim pengalaman di kasta tertinggi.

Akibatnya bisa ditebak, PSIS Semarang berulang kali menelan hasil minor dengan skor telak. Dibabat Persija 1-4, digasak Barito Putera dengan skor sama, dan digilas Sriwijaya FC empat gol tanpa balas adalah kekalahan besar yang diterima PSIS hanya dalam tempo dua bulan kompetisi berjalan.

Padahal, di awal musim PSIS sempat tampil menjanjikan. Pressing ketat ala Vincenzo Alberto Annese membuat Bali United dan Bhayangkara FC tumpul, plus melumat PSMS Medan 4-1 di kandang. Begitu pula dengan Persela yang pulang dari Magelang dengan tangan hampa karena takluk 3-1.

Akan tetapi ada secercah harapan yang mulai bersemi di tengah buramnya rapor PSIS. Segitiga Bruno Silva–Hari Nur Yulianto–Ibrahim Conteh semakin kompak dan mulai menunjukkan tajinya, Terbaru, Mitra Kukar sukses dibabat empat gol tanpa balas di Magelang, membuat posisi PSIS beranjak satu strip dari dasar klasemen.

Pekan depan PSIS akan menghadapi Arema FC. Pertemuan bertajuk duel menghindari posisi juru kunci ini sekaligus menjadi ujian bagi PSIS, apakah kemenangan lawan Mitra Kukar memang sebuah kebangkitan, atau hanya peningkatan performa sementara.