Kolom

Tribe Scout: Ali Gholizadeh, Mantan Anak Futsal yang Menjelma Menjadi Pemain Serbabisa Timnas Iran

Satu tahun yang lalu, Ali Gholizadeh hanyalah seorang pemain tanpa nama. Bagi Gholizadeh, setahun yang lalu, bermain di Iran hanya merupakan impian belaka. Namun, penampilannya bersama Saipa di Liga Pro Iran di musim ini membuat nasibnya berubah drastis. Kini, pemain sayap berusia 22 tahun ini dipanggil oleh pelatih Iran, Carlos Queiroz untuk Piala Dunia 2018!

Gholizadeh memang cukup tajam, ia berhasil mencetak gol pertamanya bagi Team Melli, julukan Iran, di laga uji coba melawan Sierra Leone. Namun, keserbabisaannya-lah yang menjadi alasan utama mengapa ia dipanggil oleh Queiroz untuk Piala Dunia.

Gholizadeh berasal dari Ardabil, kota di Barat Laut Iran, tempat kelahiran sang legenda, Ali Daei. Gholizadeh mengawali karier olahraganya sebagai pemain futsal, namun ia pindah haluan menjadi pemain sepak bola ketika ia berusia 12 tahun. Meskipun begitu, teknik-tekniknya yang ia pelajari selama bermain futsal masih tersisa dengan baik.

Karier sepak bolanya ia awali dengan bergabung ke klub U-13 Saipa. Dari situ, ia terus menanjak ke kelompok umur yang lebih tua, dan kini bermain di tim senior. Walaupun begitu, ia sebenarnya memiliki kesempatan untuk bermain di Eropa. Di tahun 2014, ia menerima tawaran dari klub Eredivisie Belanda, NEC Nijmegen. Kala itu, NEC juga berhasil memboyong Alireza Jahanbakhsh, superstar sepak bola Iran saat ini, namun tawaran mereka terhadap Gholizadeh ditampik oleh Saipa.

Akhirnya, Gholizadeh meneruskan perkembangannya bersama Saipa, dan akhirnya menjadi starter di klub tersebut per musim lalu. Di bawah binaan mantan pelatih timnas Iran, Hossein Faraki, Gholizadeh berhasil menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Kepercayaan dirinya juga meningkat, bahkan cenderung berlebihan. Kala itu, pemain yang lahir di tanggal 10 Maret ini kerapkali dikritik karena terlalu egois dalam memegang bola. Perbandingan dengan Arjen Robben pun datang, sama-sama skillful namun kerap kali terlalu lama memegang bola. Hal ini pun diakui oleh Gholizadeh.

“Ya, saya menerima cap tersebut. Namun, saya telah berusaha untuk lebih melayani tim saya di musim ini, dan saya pikir saya telah melakukan itu,” ujar Gholizadeh.

Keberhasilan Gholizadeh untuk memangkas egonya tak lepas dari peran teman sekampungnya, Ali Daei. Daei yang menjabat sebagai manajer Saipa sejak awal musim ini benar-benar memanfaatkan kelebihan Gholizadeh sekaligus memperbaiki kekurangannya. Daei mampu melihat kemampuan Gholizadeh untuk bermain di berbagai posisi dengan baik. Raihan tujuh asis dan enam golnya di Liga Iran saat ini menjadikannya sebagai salah satu pemain terbaik di liga tersebut.

Berkat Daei, kini Gholizadeh tak hanya fasih bermain di sayap kanan, posisi awalnya di sepak bola. Kini, ia mampu bermain di sayap kiri, bahkan di posisi bek sayap kanan ataupun kiri. Keserbabisaannya itu akan sangat berguna bagi Iran di Piala Dunia nanti.

Kali ini, Gholizadeh memiliki panggung untuk menunjukkan kualitas dan talentanya ke mata dunia. Bukan tak mungkin, apabila ia mampu bermain baik di Piala Dunia nanti, kepindahannya benar-benar terjadi. Saat ini, satu klub di Belgia dikabarkan meminatinya, namun bukan tak mungkin liga yang lebih besar menjadi pelabuhannya kelak.

Penerjemah: Ganesha Arif Lesmana