Cerita Tribe Ultah

Angelo Ogbonna dan Petualangan di Tiga Kasta Berbeda

Namanya sudah santer terdengar ketika masih berkarier di Serie B. Ia bahkan semakin tenar dengan kepindahan ke klub rival ketika berstatus sebagai kapten tim. Namun kini di usia yang seharusnya sudah membuat namanya semakin mendunia, kisah Angelo Ogbonna dan petualangan di tiga kasta berbeda justru membuatnya melenceng jauh dari perkiraan semula.

Ogbonna muda adalah bek tengah potensial. Dengan postur setinggi 191 sentimeter dan badan kekar, ia sangat tangguh dalam duel udara. Tapi Ogbonna juga jago mengatasi serangan dari jalur darat alias bola bawah. Spesialisasi itu membuatnya dilabeli sebagai calon bek tangguh timnas Italia.

Label tersebut bukan omong kosong belaka saat itu, Meski namanya beraroma Afrika, Ogbonna berhak mengantongi paspor Italia karena kedua orang tuanya yang berkewarganegaraan Nigeria, melakukan imigrasi ke Italia pada tahun 1983. Ogbonna pun resmi menjadi warga negara Italia di usia 18 tahun.

Kariernya dimulai di klub lokal kawasan Cassino, daerah tempat tinggalnya. Tak lama kemudian bakatnya membuat Torino terpikat, dan mengontraknya dengan nilai 3 ribu euro untuk diikutkan ke tim junior. Ogbonna yang saat itu berusia 14 tahun hanya butuh waktu 4 tahun untuk menimba ilmu bersama pemain seusianya, karena di umur 18 tahun ia sudah menjalani debutnya di Serie A.

Saat itu Torino ditukangi oleh Alberto Zaccheroni. Ogbonna diturunkan sebagai starter melawan Reggina, di pertengahan Februari 2007. Hasil akhirnya bagi Torino memang mengecewakan, mereka takluk 1-2 di kandang sendiri akibat dua gol Rolando Bianchi, yang hanya mampu dibalas sekali lewat gol Gianluca Comotto. Namun khusus untuk Ogbonna, performanya jauh dari kata buruk.

Laga tersebut bukan satu-satunya yang dijalani Ogbonna musim itu. Ia masih mencatatkan 3 laga lainnya, yang artinya secara total merumput 4 kali bersama Torino di musim 2006/2007. Pencapaian yang membuat Torino berpikir untuk meminjamkan Ogbonna ke klub lain, agar dia bisa lebih cepat berkembang dengan mendapat lebih banyak menit bermain.

Akhirnya, di musim 2007/2008 tibalah dia di Crotone, yang saat itu berkompetisi di Serie C1. Hebatnya Ogbonna, ia langsung menjelma jadi andalan Gli Squali, dan hampir membawa Crotone promosi ke Serie B. Namun sayangnya mereka gagal di semifinal play-off, dan Ogbonna pun kembali ke Torino ketika musim selesai.

 

Tidak berjodoh dengan Si Nyonya Tua

Sekembalinya ke Torino, Ogbonna telah menjadi bek yang lebih matang. Dia dipercaya tampil 19 kali di Serie A musim 2008/2009, juga diturunkan di Coppa Italia. Sayangnya, di musim itu Torino terdegradasi, dan Ogbonna harus menerima kenyataan akan kembali turun kasta, kali ini ke Serie B.

Namun siapa sangka justru di Serie B kemampuannya semakin berkembang. Sejak Agustus ia dipercaya sebagai kapten Torino, dan berjasa besar membawa Il Toro kembali ke Serie A, setelah tiga musim berkompetisi di Serie B. Momen yang seharusnya semakin mengangkat nama Ogbonna, tapi hanya dalam hitungan semusim berubah jadi awal petaka.

Pada Juli 2013 Ogbonna menerima pinangan Juventus. Ia hijrah ke rival abadi Torino dengan harga 13 juta euro, plus masih berstatus sebagai kapten Torino. Dia menjadi kapten Torino pertama yang hengkang ke Juventus, dan menjadi pemicu gelombang protes yang dilancarkan pendukung Il Toro.

Di Juventus, Ogbonna kemudian “kena batunya”. Ia kesulitan menembus tim utama karena harus bersaing dengan trio BBC (Barzagli-Bonucci-Chiellini). Menit bermainnya sangat minim, yang berdampak pada namanya yang semakin terpinggirkan dari timnas Italia.

Setelah dua musim mengadu nasib di Juventus, Ogbonna kemudian pindah ke luar negeri. Tujuannya Inggris, dengan klub West Ham United yang menjadi pelabuhan karier berikutnya. Jika dilihat dari jumlah penampilan, selama tiga musim ia memang selalu jadi andalan di lini belakang.

Namun masalahnya adalah, performa West Ham terus merosot dari musim ke musim. Di musim 2017/2018 ini saja mereka hampir terelegasi ke Divisi Championship, dan harus berjuang ekstra keras hingga akhir musim hanya demi bertahan di Liga Primer Inggris. Ogbonna hampir turun kasta lagi, untuk ketiga kali sepanjang kariernya.

Akibat jejak karier yang buruk itu pula, perjalanan Ogbonna di timnas Italia tak bertahan lama. Jumlah caps-nya mentok di angka 13, dan sudah tak pernah mengenakan seragam Gli Azzuri lagi sejak 2013.

Tepat pada hari ini Ogbonna merayakan ulang tahunnya yang ke-30. Segenap doa dan harapan akan diucapnya, dan siapa tahu akan dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Masih ada waktu bagi Ogbonna untuk berusaha kembali ke jalurnya yang lama, sebagai bek tengah yang tangguh dan diandalkan Italia di Piala Eropa 2020.

Impian yang terlalu tinggi? Tidak masalah, toh, tidak ada salahnya bermimpi, bukan?