Suara Pembaca

Team Building: Cara Membentuk Tim Sepak Bola yang Solid

Kekalahan demi kekalahan menghampiri Arema FC hingga membuatnya berada di dasar klasemen sementara. Tentu hal yang mengejutkan bagi banyak pihak sebab Arema termasuk salah satu klub besar yang berisi pemain-pemain bintang, berkompeten, dan selalu dipanggil timnas.

Sempat melakukan pergantian pelatih dari Joko Susilo dan ditangani oleh Milan Petrovic, rupanya pemain masih butuh waktu adaptasi dengan pelatih baru. Pertandingan pertama bersama pelatih baru masih menghasilkan kekalahan ketika melawat ke kandang Bali United.

Akankah pergantian pelatih ini menjadi solusi? Benarkah masalah utama sebuah tim yang sering mengalami kekalahan adalah dari pelatihnya?

Kita tahu bahwa setiap musim selalu ada pemain datang dan pergi atau pelatih silih berganti. Tentu membutuhkan waktu untuk masing-masing dari mereka beradaptasi, mulai dari berkenalan hingga saling memahami karakter masing-masing untuk mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah di antara mereka.

Masih ingat di awal tahun 2018 ada beberapa tim yang mengadakan training center (TC) sebagai rangkaian persiapan tim menuju liga?

Ada Persib Bandung yang melakukan TC di Yogyakarta dan PSM Makassar yang TC di Bali. Kedua tim berpendapat. TC dilakukan untuk meningkatkan kebugaran pemain dan kebersamaan antar-anggota tim. Ini menjadi salah satu langkah membangun tim (team building).

Team building merupakan salah satu langkah untuk mempercepat dan mempermudah masing-masing anggota tim beradaptasi satu sama lain. Tujuan utama dari team building ialah membangun kekompakan yang juga berarti membangun chemistry bagi seluruh anggota tim, baik antar-pemain, pemain dengan tim pelatih, pelatih dengan manajemen, maupun pemain dengan manajemen. Karena tim membutuhkan kerja sama seluruh elemen untuk mencapai tujuan tim.

Tak harus melalui TC, team building seharusnya dilakukan sepanjang musim. Kegiatan ini bukan hanya untuk menjaga kebersamaan dan kekompakan dalam tim, melainkan juga untuk membangun mental bagi seluruh anggota tim. Mereka harus memahami tugas dan peran masing-masing. Bukan hanya untuk membangun sebuah tim yang solid, tapi juga tangguh secara mental. Tak mudah hanyut dalam kemenangan yang diraih dan tak juga mudah tumbang ketika mendapat cacian saat mendapat hasil buruk atau kalah.

Beberapa kegiatan yang mudah diaplikasikan sebagai langkah team building misalnya, mewajibkan seluruh anggota tim, baik pelatih, pemain, dan ofisial untuk makan bersama di ruang makan mes pada jam yang telah ditentukan. Hal ini pernah dilakukan Bima Sakti saat menjabat kapten Persegres Gresik United pada 2015 lalu.

Bahkan, ia sempat menegur salah seorang pemain yang memilih membawa makanannya ke kamar. Bima juga pernah menegur beberapa putra daerah yang lebih memilih menaiki kendaraan pribadi dibanding ikut naik bis bersama teman-temannya yang lain saat menghadiri acara tim.

Diskusi kelompok atau biasa disebut dengan FGD (Forum Group Discussion) juga dapat menjadi kegiatan dalam rangka team building. Manajemen, pelatih, pemain, dan ofisial dikumpulkan menjadi satu dan membahas kekurangan dan kelebihan tim selama ini. Bebaskan semua anggota tim untuk mengeluarkan pendapatnya tanpa memandang jabatan mereka. Ada kalanya, dalam diskusi seperti ini akan ditemukan permasalahan utama beserta solusinya.

Beberapa permainan tradisional juga dapat digunakan sebagai relaksasi sekaligus bertujuan untuk team building. Misalnya, bermain gobak sodor, bentengan, atau memasukkan paku dalam botol. Tak lupa pula, permainan seperti ini dapat dilakukan mulai dari pelatih, pemain, manajemen, hingga ofisial tim.

Gobak sodor bukan hanya melatih kekompakan antar-anggota tim. Permainan ini membutuhkan komunikasi anggota tim untuk menyusun strategi agar menang melawan kelompok lawan. Selain itu, mereka juga akan berlatih bagaimana cara menyelesaikan masalah apabila orang terakhir terjebak dengan dua penjaga dalam satu kotak.

Masih ingat aturan permainan bentengan, bukan? Ya, dua kelompok yang memilih dua tempat berbeda sebagai bentengnya dengan satu orang penjaga dan teman-teman lainnya harus menyentuh benteng lawan agar menang. Tak jauh berbeda dengan gobak sodor, permainan tradisional ini juga melatih komunikasi antar-anggota tim, bagaimana mereka menyusun strategi penyerangan dan bertahan, serta mengambil keputusan ketika sendirian terjebak di antara lawan yang lebih banyak anggotanya.

Permainan memasukkan paku dalam botol memang biasanya dijadikan lomba dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia. Namun, jika menjadi relaksasi dalam rangka team building, tentu aturannya akan sedikit berbeda. Yakni, lebih banyak orang yang diikat satu per-satu dengan berujung pada paku yang sama.

Anggota tim dapat dibagi menjadi sekitar 7-8 orang per kelompok. Kemudian mereka diberikan tugas untuk memasukkan paku tersebut dalam botol yang telah disediakan. Lagi-lagi tentang belajar komunikasi dan kerja sama. Bergerak ke kanan atau ke kiri secara bersama-sama agar dapat memasukkan paku dalam botol.

Ada pula satu kegiatan unik yang mungkin jarang terpikirkan oleh kita. Menyuapi makanan. Terdengar mirip dengan makan bersama, tapi dengan cara yang berbeda. Seluruh anggota tim diminta duduk membentuk lingkaran besar dengan disiapkan beberapa makanan di depan mereka. Kemudian mereka diminta makan dengan posisi tangan kanan lurus dan tangan kiri ditekuk ke belakang. Mungkinkah makan dengan tangan lurus?

Bisa saja. Kalau mengambil makanan tersebut dan menyuapkannya pada teman di sebelahnya. Kegiatan ini dijamin cukup menjadi ajang refreshing yang sekaligus meningkatkan kebersamaan antar-anggota tim.

Team building tak perlu susah, rumit, atau mahal, jadi cukup dengan cara-cara sederhana dan kreatif. Jangan tunggu awal musim atau setelah kalah dan terperosok baru melakukan team building! Program ini seharusnya menjadi salah satu program penting dalam program kerja pelatih sejak awal musim.

Selamat mencoba!