Kami yakin, bahwa hampir semua dari kalian gemar bermain sepak bola. Di mana kalian biasa bermain? Mungkin jawabannya tak jauh dari lapangan yang terletak di RT/RW komplek perumahan kalian. Atau mungkin menyewa lapangan yang tersedia di banyak penjuru kota tempat kalian tinggal. Di masa seperti ini, sulit tentunya mencari lahan kosong untuk bermain sepak bola secara gratis. Namun, pernarkah kalian terpikirkan untuk bermain di stadion nasional Indonesia, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK)?
Bagi kita, orang biasa non-pesepak bola, bermain di SUGBK lebih terasa seperti impian yang sekadar impian, sebuah impian yang begitu sulit untuk dicapai. Bagaimanapun, SUGBK adalah stadion nasional Indonesia, yang penggunaanya terkesan terbatas dan eksklusif. Meskipun begitu, ternyata, ada orang biasa non-pesepak bola yang pernah merumput dan bermain sepak bola di SUGBK.
Ya, mereka benar-benar menyewa SUGBK dan bermain sepak bola, dengan wasit serta peraturan resmi di sana. Orang-orang ini berhasil merealisasikan impian kebanyakan orang yang tampak di awang-awang, menjadi kenyataan.
Kami memiliki kesempatan untuk menanyai langsung salah satu dari orang-orang yang beruntung tersebut. Ia bernama Adrian Dwitomo, seorang pengusaha muda yang juga merupakan penggemar berat sepak bola. Pria yang kerapkali disapa Dwi ini mendapat kesempatan untuk bermain di SUGBK bersama timnya, Jogo FC, yang juga terdiri dari kawan-kawannya hari Minggu (13/5) kemarin.
Dwi bersama Jogo FC memang kerapkali menyewa lapangan sepak bola di sekitaran Jakarta, mulai dari lapangan sintetis seperti lapangan milik Pertamina di Simprug, Jakarta Selatan, Stadion PTIK di bilangan Blok M yang kini digunakan Bhayangkara FC, hingga Stadion Lebak Bulus, bekas kandang dari Persija Jakarta yang kini telah dirubuhkan untuk dibangun depo dari mass rapid transit (MRT).
Meskipun begitu, Dwi menuturkan bahwa tak ada yang mengalahkan sensasi bermain di SUGBK.
“Rasanya? Main di SUGBK bukan yang pertama kali sih, cuma pas pertama kali itu luar biasa,” ujar pria berusia 31 tahun ini.
Ya, Dwi bersama Jogo FC memang tak hanya baru kemarin saja bermain di SUGBK. Ia juga sempat mencicipi lapangan di stadion yang mulai dibangun di tahun 1960 itu sebelum direnovasi. Dan pengalamannya ketika pertama kali bermain di SUGBK itulah yang luar biasa.
“Rasanya kaya timnas (Indonesia) saja main di sana (SUGBK),” Dwi menggambarkan pengalaman bermainnya di SUGBK.
Tentu saja, bermain di SUGBK sebelum dan setelah direnovasi, Dwi mengalami perbedaan yang mencolok. Menurutnya, fasilitas di SUGBK saat ini jauh lebih rapi dan nyaman. Meskipun begitu, ia juga menuturkan bahwa rumput di SUGBK saat ini, menurut pandangannya pribadi, rasanya sama seperti rumput yang ada di Lapangan A di komplek Gelora Bung Karno, Senayan.
“Sekarang sih terasa banget ya bedanya, semuanya jadi jauh lebih rapi. Namun, dari segi rumput, menurut pandangan gue sih sama saja seperti rumput di Lapangan A di luar SUGBK.”
Berdasarkan pengalaman yang telah Dwi tuturkan, tentu saja bermain di SUGBK adalah satu hal yang sangat menyenangkan. Satu hal yang terasa surgawi bagi pencinta sepak bola di Indonesia. Mampu bermain di lapangan yang sama tempat timnas Garuda bertarung untuk mengharumkan nama Indonesia tentu adalah pengalaman yang teramat luar biasa.
Meskipun begitu, Dwi tampak enggan memberi tahu bagaimana ia dan timnya bisa bermain di SUGBK. Ia hanya menuturkan bahwa prosesnya sulit, tanpa pemberitahuan lebih lanjut mengenai administrasi dan biayanya.
“Prosesnya agak rumit dan gue gak bisa bilang.”
Ada beberapa alasan tertentu mengapa Dwi tak bisa mengungkapkan caranya untuk bermain di SUGBK, dan kami bisa memahami alasan tersebut.
Berdasarkan penuturan Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno, Gatot Tetuko, penggunaan SUGBK memang tidak hanya untuk timnas Indonesia, namun juga untuk klub-klub dan kegiatan komersil lainnya. Meskipun begitu, tentu saja prosesnya tak mudah.
Penuturan Dwi rasanya bisa menjadi gambaran tentang apa yang dirasakan oleh orang biasa ketika bermain di SUGBK. Sejujurnya, kami merasa bahwa luar biasa adalah kata-kata yang tak cukup untuk menggambarkan perasaan bermain di tempat timnas Garuda bermain. Kalau kalian, apa yang kira-kira akan kalian rasakan?