Cerita Tribe Ultah

Kevin Constant, Kepingan Masa Kegelapan AC Milan

Salah satu pemain yang lebih banyak meninggalkan kesan negatif daripada positif ketika bermain di AC Milan. Kevin Constant adalah satu dari sekian pemain yang menjadi bagian dari awal masa kegelapan AC Milan, ketika dana transfer sangat minim, yang berujung pada kebijakan manajemen untuk berburu pemain pinjaman dan gratisan.

Constant sebenarnya adalah pemain yang cukup potensial saat itu. Berusia 25 tahun, Constant didatangkan dari Genoa dengan statistik yang tergolong bagus di sana. Berposisi gelandang tengah, bertipe penjelajah, dan didukung stamina yang siap bertarung selama 90 menit penuh.

Kalau dibandingan dengan skuat Milan saat ini, tipe Constant mirip dengan Franck Kessie. Ya walaupun kualitasnya sangat njomplang, tapi bisa terlihat kalau Milan berusaha mencari breaker baru, sepeninggal Gennaro Gattuso dan kemampuan Antonio Nocerino serta Sulley Muntari yang menurun.

Kontrak peminjaman semusim dengan opsi pembelian permanen menjadi mahar kepindahan Kevin Constant ke San Siro. Dia mengenakan nomor punggung 21, tapi bukan karena dianggap penerus Andrea Pirlo atau calon deep-lying playmaker jempolan. Entah kenapa nomor legendaris itu jatuh ke Constant, tidak diketahui alasan pastinya.

Musim 2012/2013 adalah momen ketika AC Milan memasuki masa transisi. Di bursa transfer, I Rossoneri melepas gerbong pemain veteran mereka yang berisi Alessandro Nesta, Filippo Inzaghi, Gianluca Zambrotta, Gennaro Gattuso, Mark van Bommel, Massimo Oddo, Clarence Seedorf, dan Antonio Cassano. Itu belum ditambah penjualan Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva ke Paris Saint-Germain (PSG).

Krisis finansial menjadi penyebab utama Milan menjual dua bintangnya itu, dan hanya mampu menggantinya dengan pemain-pemain seperti Bojan Krkic, Bakaye Traore, Francesco Acerbi, M’Baye Niang, Giampaolo Pazzini, Riccardo Montolivo, Nigel De Jong, dan Constant sendiri.

Dari nama-nama medioker tersebut, hanya Montolivo dan De Jong yang tergolong pembelian tepat. Pazzini terkadang tampil cukup bagus, tapi nama-nama sisanya benar-benar membuat suporter tepok jidat atau mengelus dada saat melihatnya bermain.

Kembali ke Constant, posisi aslinya adalah gelandang tengah tapi karena Milan sedang krisis bek kiri berkualitas, Massimiliano Allegri kemudian memiliki ide: mengubah posisi Constant ke bek kiri. Toh, pemain timnas Guinea itu berkaki kidal dan punya mobilitas bagus, jadi menempatkan dia sebagai bek kiri mungkin akan memaksimalkan potensinya.

Menjadi bek kiri di Milan artinya memiliki dua pilihan: Pertama, mengikuti jejak kesuksesan Paolo Maldini, Serginho, Marek Jankulovski, atau minimal jadi pahlawan sesaat seperti Kakha Kaladze. Kedua, terjerumus ke lubang kegagalan bersama Didac Vila, Taye Taiwo, dan Djamel Mesbah.

Baca juga: Berselancar di Sisi Kiri ala Marek Jankulovski

Kevin Constant, seperti yang kita tahu pada akhirnya tersasar di jalan yang kedua. Namun anehnya, ia mendapat cukup banyak menit bermain di Milan. Selama dua musim berseragam merah-hitam, Constant bermain tak kurang dari 50 pertandingan dengan mayoritas bermain penuh, bahkan 12 kali bermain di Liga Champions.

Sebagai bek kiri Constant tidak memiliki visi bermain yang bagus, penguasaan bolanya tidak terlalu baik, dan kerap lalai membantu pertahanan. Meski demikian, ada nilai lebih yang dimiliki Constant, yaitu determinasi tinggi dan fisik yang kuat berduel satu lawan satu.

Bisa dibilang masa-masa Constant di Milan adalah hari-hari yang berat. Selain permasalahan performa, ia juga pernah menjadi korban rasisme di laga persabatan kontra Sassuolo. Saat itu Constant langsung walk-out meninggalkan lapangan sebagai bentuk protes, mengikuti apa yang dilakukan Kevin-Prince Boateng sebelumnya.

Tepat di hari ini Kevin Constant merayakan hari ulang tahunnya yang ke-31. Usia yang belum tua, bahkan masih tergolong usia emas bagi seorang pemain bertahan. Namun alih-alih bermain reguler, bisa mendapat klub saja sudah jadi pencapaian bagus bagi Constant.

Mengapa? Karena dalam tiga tahun terakhir ia sempat dua kali berstatus tanpa klub dalam kurun waktu yang cukup lama.

Pertama, setelah dilepas Trabzonspor ia free agent selama tiga bulan sebelum direkrut Bologna. Kedua, ketika dilepas Bologna pada Juli 2016, Constant baru mendapat klub baru pada Februari 2017, alias enam bulan kemudian, ketika menerima tawaran FC Sion di Liga Swiss.