Tidak banyak bek sayap kiri berkualitas bintang lima di era saat ini. Sebagai pemain kidal ia punya “tuntutan” untuk tampil eksplosif dengan olah bola yang menawan, sedangkan sebagai bek ia punya kewajiban untuk membantu pertahanan. Dari segelintir spesies langka tersebut, Marek Jankulovski adalah salah satu yang terbaik.
Bagi saya pribadi, melihat Jankulovski bermain seperti melihat pemain buatan yang kemampuannya diatur sedemikan rupa. Seperti di gim Pro Evolution Soccer (PES) atau Winning Eleven, kalian yang pernah memainkannya pasti familiar dengan istilah pemain buatan, yang bisa dibuat super dengan memaksimalkan poin-poin tertentu.
Jankulovski adalah bek kiri yang sangat lengkap. Ibarat warung makan prasmanan, ia hampir memiliki segalanya, tinggal dikeluarkan sesuai kebutuhan tim. Kecepatan ada, umpan silang akurat, naluri bertahan bagus, determinasi tinggi, stamina boleh diadu, dan punya menu spesial: eksekusi bola mati serta tendangan geledek.
Kemampuan terakhir itulah yang membuat Jankulovski lebih spesial dari beberapa bek kiri Milan sebelumnya. Paolo Maldini memang karismatik, Serginho memang sangat cepat sampai dijuluki Concorde, tapi untuk urusan set-piece dan membidik dari jarak jauh, saya rasa Jankulovski lebih unggul dari keduanya.
Silakan simak kedua video di bawah ini. Yang pertama adalah gol Jankulovksi ke gawang Livorno, dan yang kedua adalah gol pemain kelahiran 9 Mei 1977 ini di Piala Super Eropa melawan Sevilla.
Bagaimana bisa seorang Jankulovski, bek kiri yang hampir sepanjang kariernya dihabiskan menyisir satu sisi lapangan saja, yang ketika mendribel lebih sering menengok ke kanan untuk mencari rekannya, dan ketika berjalan santai kerap menyingkap rambut yang menutupi telinganya atau membenahi posisi bandana-nya, bisa melakukan itu?
Ya itulah apa yang tadi saya bilang di paragraf pembuka, bahwa Jankulovski adalah manusia buatan, yang dibuat sedemikian rupa oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk menjadi bek kiri istimewa hampir di setiap tim yang dibelanya.
Hampir, karena ada momen ketika sinar Janku meredup di usia muda. Itu terjadi di musim pertamanya merumput di Serie A. Janku saat itu diboyong Napoli dari Banik Ostrava pada bursa transfer musim panas 2000/2001, tapi alih-alih mencatatkan musim pertama yang manis di luar negeri, ia justru menjadi bagian dari Napoli yang terdegradasi ke Serie B.
Meski demikian Jankulovksi tidak lantas merasa harus angkat kaki dari Napoli. Ia tetap setia berseragam I Partenopei di Serie B pada 2001/2002, dan sanggup mencetak 5 gol dari 31 pertandingan. Torehan yang menuntunnya menuju Udinese, di mana Janku semakin menancapkan kuku sebagai salah satu bek kiri terbaik Serie A saat itu.
Di Udinese ia tidak memenangi apa-apa, tapi berjasa besar membawa I Zebrette tampil di Piala UEFA 2003/2004 dan 2004/2005, lalu lolos ke babak kualifikasi Liga Champions 2005/2006. Selain itu, produktivitas Jankulovski di Udinese juga luar biasa, dengan koleksi 17 gol dari 104 pertandingan.
Pencapaian itulah yang membuat AC Milan kepincut dan memboyongnya seharga 8,5 juta euro, dari nilai pasarnya yang mencapai 20 juta euro. Kenapa harganya bisa turun jauh? Apakah ada diskon atau kode promo dari Udinese? Tentu saja tidak ada, tapi bisa terealisasi karena yang melakukannya adalah Adriano Galliani. Orang yang satu ini memang layak diapresiasi kehebatannya di meja perundingan.
Hari ini Jankulovski merayakan ulang tahunnya yang ke-41. Di usia kepala empat tidak banyak diketahui apa kesibukannya saat ini. Tapi jika kamu rindu melihatnya berselancar di sisi kiri lapangan, tonton saja laga testimonial Andrea Pirlo pada 21 Mei nanti.