Ada beragam cara untuk mengenang kepergian seseorang yang meninggal dunia. Lydia Anggraini misalnya. Istri almarhum Choirul Huda ini mendirikan kafe untuk mengenang mendiang sang suami, atas usulan beberapa suporter Persela Lamongan.
Kafe Choirul Huda ini mulai dibuka pada Sabtu, 28 Apri lalu. Didirikannya kafe ini, bertujuan untuk mengenang sosok Choirul Huda yang sangat ikonik di Persela dan Lamongan. Cak Huda, begitu ia biasa disapa, sepanjang kariernya hanya membela Persela Lamongan, mulai tahun 1999 hingga wafat pada 15 Oktober 2017.
“Inisiatif pembukaan kafe dan galeri ini juga karena desakan dari orang-orang dan suporter agar ada tempat khusus untuk mengenang almarhum. Dengan saran itu, saya buka di depan rumah ini,” kata Lydia pada Goal Indonesia.
“Meski tidak terlalu besar dan luas, minimal ada spot di mana para pengunjung dapat mengenang almarhum semasa hidup, dan menjadi pemain Persela,” pungkasnya, menggambarkan kedai kopi yang berisi galeri berisikan galeri foto-foto Choirul Huda ketika berseragam Persela, dan barang-barang peninggalan almarhum.
Choirul Huda mengembuskan napas terakhirnya di RSUD dr. Soegiri pada usia 38 tahun. Ia tidak sadarkan diri setelah bertabrakan dengan rekan setimnya, Ramon Rodriguez, di laga kandang melawan Semen Padang. Ketika itu Choirul Huda hendak memotong laju bola yang mengarah ke Marcel Sacramento, jelang akhir babak pertama.
Setelah benturan, kiper setinggi 183 sentimeter itu sempat terlihat kesulitan bernapas, dan mendapat perawatan medis di lapangan lalu dilarikan ke rumah sakit terdekat, tapi nyawanya tetap tidak tertolong. Sang legenda pergi selamanya, ketika seragam Persela, satu-satunya klub yang dibelanya, masih melekat di tubuhnya.
Selain meninggalkan sang istri, Choirul Huda juga meninggalkan dua orang anaknya, Muhammad Rachul Maulana (14 tahun) dan Muhammad Rasyad Rafael Ramadhan (12 tahun), yang mengikuti jejak ayahnya menjadi kiper. Kedua putra sang legenda tersebut saat ini sedang menimba ilmu di sebuah akademi sepak bola di Lamongan.