Cerita

Kebangkitan Florian Thauvin, Jalan Lebar Menuju Rusia 2018

Genderang perang di Piala Dunia 2018 akan ditabuh sebentar lagi, tim nasional dari negara-negara yang menjadi partisipan pun terus menggenjot persiapan guna tampil prima pada turnamen empat tahunan tersebut. Satu di antara mereka adalah timnas Prancis.

Dengan materi pemain kelas wahid seperti Antoine Griezmann, N’Golo Kante, Hugo Lloris, Kylian Mbappe, Paul Pogba, dan Raphael Varane, Les Bleus pun jadi salah satu kesebelasan yang difavoritkan untuk beroleh titel kampiun.

Nama-nama di atas kerapkali dicatut sebagai bagian dari generasi terbaik Prancis setelah era Michel Platini dan kawan-kawan di tahun 1980-an serta era Zinedine Zidane berikut rekan-rekannya pada akhir 1990-an sampai pertengahan 2000-an.

Walau melimpahnya sumber daya pemain dengan kualitas ciamik adalah berkah tersendiri, Didier Deschamps sebagai pelatih jelas dibuat pusing tujuh keliling untuk menentukan 23 penggawa inti yang bakal dibawanya ke Rusia. Pasalnya, di musim ini ada cukup banyak nama yang performanya melejit bak roket sehingga menyita perhatian. Salah satu di antaranya pastilah winger berusia 25 tahun, Florian Thauvin.

Pada musim panas 2015, Thauvin (dilafalkan Thovang) yang ketika itu berstatus sebagai penggawa Marseille, diboyong oleh Newcastle United lewat mahar senilai 15 juta paun. Walau tergolong mahal, tapi manajemen The Magpies yakin bahwa investasi yang mereka buat kali ini tidak salah.

“Dirinya merupakan sosok pemain muda yang menarik. Talenta kreatif yang piawai membuat gol dan asis kendati posisi naturalnya adalah winger. Kami percaya Thauvin punya masa depan cerah di Stadion St. James’ Park”, terang Steve McClaren, peramu taktik Newcastle saat itu, seperti dikutip dari chroniclelive.

Keputusan The Magpies merekrut Thauvin didasari oleh aksi-aksi briliannya saat membela Olympique Marseille selama dua musim (2013/2014 dan 2014/2015). Ia diproyeksikan sebagai amunisi baru McClaren untuk finis sepuluh besar Liga Primer Inggris 2015/2016.

Namun nahas, sedikitnya kesempatan merumput serta proses adaptasi yang lambat perihal kultur baru di tanah Britania dari Thauvin, bikin kariernya terasa suram. Tak sebanding dengan ucapan McClaren saat menyambut kedatangannya di awal musim.

Legenda The Magpies, Alan Shearer, bahkan mengkritik habis Thauvin dengan menyebutnya sebagai pemain yang terlalu kurus dan memiliki perangai malas.

“Tatkala Newcastle datang ke stadion lalu melakukan pemanasan, mereka sama sekali tidak terlihat sebagai tim yang siap untuk berlaga. Kamu pun bisa melihat bagaimana Allan Nyom dengan begitu mudah menyayat area kanan pertahanan The Magpies sebab Thauvin enggan melakukan track back”, ungkap Shearer dengan rasa geram terkait aksi sosok dari Prancis itu pada laga melawan Watford.

Tekanan yang besar sehingga membuatnya ada di situasi sulit bikin Thauvin berketetapan untuk meninggalkan Stadion St. James’ Park. Pada Januari 2016 atau enam bulan setelah dirinya hengkang ke Inggris, sosok setinggi 179 sentimeter ini mudik lagi ke Marseille via status pinjaman. Awalnya selama enam bulan lalu diperpanjang untuk satu musim berikutnya dengan opsi penebusan secara permanen.

Dalam klausul itu sendiri, Les Phoceens disebut wajib membeli Thauvin apabila sang pemain merumput sebanyak tiga kali pada periode kedua peminjaman. Biaya sebesar 11 juta euro jadi angka yang disepakati kedua belah pihak.

Pulang ke Negeri Anggur memberi dampak positif nan signifikan buat karier Thauvin. Hal itu disebabkan oleh penampilan apik dan konsisten yang sering ia perlihatkan selama berseragam putih khas Les Phoceens, utamanya di bawah rezim Rudi Garcia. Wajar bila ia semakin dipuja oleh pendukung setia Marseille.

Seperti yang tertera di klausul peminjaman, Thauvin akhirnya benar-benar kembali ke klub dari kawasan selatan Prancis itu usai jumlah penampilan yang jadi syarat penebusan ia penuhi pada awal musim 2016/2017 kemarin.

Bagusnya performa Thauvin membawa tim yang berdiri tahun 1899 itu finis di peringkat lima klasemen akhir Ligue 1 2016/2017 dan berhak lolos ke Liga Europa musim 2017/2018.

Hebatnya, penampilan menawan Thauvin di musim lalu berhasil ia duplikasi pada musim ini. Bahkan, progresinya amat signifikan. Mengacu pada statistik yang dihimpun via Transfermarkt, ia sudah bermain sebanyak 48 kali pada seluruh kompetisi. Hebatnya lagi, Thauvin sukses menggelontorkan 23 gol dan 17 asis!

Dengan torehan itu, Thauvin pun tercatat sebagai pencetak gol terbanyak Marseille pada musim ini, meninggalkan para penggawa lain seperti Valere Germain dan Lucas Ocampos yang rekening total golnya baru mencapai 16 biji.

Aksi-aksi brilian Thauvin berperan besar atas penampilan brilian Marseille yang untuk saat ini bertengger di posisi keempat klasemen sementara Ligue 1 sembari memelihara kans lolos ke Liga Champions pada musim mendatang.

Lebih jauh, dirinya juga memiliki andil perihal kelolosan Les Phoceens hingga semifinal Liga Europa musim ini. Berkat performa topnya pula, kesebelasan yang berkandang di Stadion Velodrome tersebut sukses menghajar Red Bull Salzburg dengan skor 2-0 di leg pertama babak semifinal dini hari tadi (27/4) sehingga mereka berpeluang mentas di final.

Berkaca dari aksi-aksi jempolan Thauvin di musim 2017/2018, sungguh layak bila Deschamps mempertimbangkan namanya buat dibawa ke Rusia pada musim panas nanti. Siapa tahu, pemain yang baru punya 3 caps untuk Les Bleus ini merupakan salah satu kunci yang dibutuhkan Prancis buat menggondol titel dunianya yang kedua sepanjang sejarah.