Cerita Rekapitulasi

Pelatih Eropa di Liga 1 2018: Siapa Terbaik dan Terburuk?

Ada fenomena unik di Go-Jek Liga 1 2018, yaitu maraknya pelatih asal Eropa yang menangani kontestan kasta tertinggi Liga Indonesia. Tercatat ada 7 juru taktik dari Benua Biru, sama banyak dengan pelatih lokal dan mengungguli jumlah pelatih asal Amerika Latin (4 orang).

Dari lima pertandingan yang telah dijalani, Football Tribe Indonesia merangkum performa para pelatih Eropa tersebut, yang kami urutkan sesuai performa mereka di awal musim ini. Hasilnya cukup mengejutkan, karena urutan pertama ditempati pelatih dengan tugas berat sebab timnya mengalami eksodus masif, dan di posisi buncit bercokol pelatih yang sangat melejit musim lalu.

Peter Butler

Yang terbaik di 5 pekan pertama. Pelatih asal Inggris ini di luar dugaan dapat membawa Persipura berdiri kokoh di puncak klasemen, walau diterpa eksodus masif di awal musim. Berbekal pemain muda berbakat seperti Gunansar Mandowen, pemain buangan klub lain semacam Marcel Sacramento dan Hilton Moreira, dan sejumlah legenda klub seperti Boaz Solossa dan Ian Louis Kabes, performa Persipura sejauh ini masih stabil.

Dari 5 pertandingan, tim Mutiara Hitam tidak tersentuh kekalahan sama sekali. Mereka meraih tiga kemenangan di kandang dan dua hasil imbang saat tandang. Produktivitas gol juga tergolong bagus, rutin mencetak minimal 2 gol tiap pertandingan. Hanya saja, angka kebobolan juga cukup tinggi untuk ukuran tim besar. Dede Sulaiman sudah memungut bola 6 kali dari gawangnya sejauh ini.

Milomir Seslija

Ditunjuk jelang dimulainya Go-Jek Liga 1 2018, coach Milo hanya memiliki sedikit waktu untuk mempersiapkan timnya. Namun, dengan perhitungan yang matang plus kedalaman skuat yang dimiliki timnya, Milomir Seslija sanggup membawa Madura United tetap bertengger di papan atas.

Khususnya di partai kandang, Madura United sangat tajam. Mereka konsisten mencetak 3 gol per pertandingan di Stadion Gelora Ratu Pamelingan, kebobolan tiga kali, dan membukukan satu clean sheet. Namun kiprah Greg Nwokolo dan kolega kurang bagus saat tandang, dengan mendapat dua kekalahan dari PS Tira dan Mitra Kukar.

Robert Rene Alberts

Menjalani awal musim yang sangat bagus dengan meraih dua kemenangan beruntun, PSM Makassar justru langsung terjun bebas di dua laga berikutnya karena kalah beruntun melawan Persela Lamongan (kandang) dan Barito Putera (tandang). Lalu ketika menang lawan PS Tira, itupun gawang kemasukan tiga gol.

Salah satu yang menjadi tanda tanya besar di PSM musim ini adalah penghuni pos bek kiri. Musim lalu Reva Adi Utama dan Wasyiat Hasbullah menunjukkan potensi besar untuk mengisi posisi itu, tapi di awal musim coach Robert lebih memercayai Fauzan Jamal sebagai pemain inti.

Vincenzo Alberto Annese

Taktik khas Italia langsung diaplikasikan pelatih asal Negeri Pizza ini di PSIS Semarang. Pressing dengan intensitas tinggi nan rapi dan pertahanan gerendel menjadi senjata andalan PSIS di awal musim ini, yang membuat dua tim teratas musim lalu, Bali United dan Bhayangkara FC, tak mampu berbuat banyak.

Secara pertahanan PSIS bisa dibilang cukup tangguh, tapi secara produktivitas gol mereka harus lebih banyak berbenah. Hanya 6 gol yang dicetak, itupun 4 di antaranya ke gawang sesama tim promosi. Konsentrasi pemain juga menjadi pekerjaan rumah lainnya, karena saat melawan Persija stamina PSIS sangat kedodoran di 15 menit akhir.

Dejan Antonic

Musim lalu Borneo FC juga ditangani pelatih Eropa, dan hasilnya sangat buruk di laga tandang, walau sangat perkasa saat bermain di kandang. Musim ini, Borneo FC kembali menggunakan jasa pelatih Eropa, dan hasilnya tidak jauh berbeda. Tak ada satupun poin yang didapat Pesut Etam dari tur ke Jakarta dan Bandung, bahkan gawang Muhammad Ridho bobol lima kali di dua laga tersebut.

Borneo FC yang di awal musim meraih 2 kemenangan serta 1 hasil imbang dan sempat bertengger di peringkat kedua, kini turun jauh ke peringkat 9. Namun ada poin positif yang dilakukan Dejan Antonic, yaitu mengubah Diego Michiels menjadi pemain yang lebih santun, dari yang sebelumnya sering terlibat kontroversi.

Rafael Berges Martin

Sempat mencatatkan debut gemilang dengan menahan imbang Arema FC 2-2 di Stadion Kanjuruhan, Mitra Kukar besutan pelatih asal Spanyol ini justru melempem di laga-laga berikutnya. Tiga kekalahan dan satu kemenangan menjadi rapor Naga Mekes usai hasil imbang di Malang.

Pertahanan masih menjadi momok terbesar Mitra Kukar, dan musim ini ada yang unik: Mitra Kukar kemasukan empat gol dari tendangan bebas, padahal di awal musim lalu mereka gemar mencetak gol dari eksekusi bola mati. Agak mengherankan sebetulnya karena tim asal Tenggarong ini memiliki kiper jempolan bernama Yoo Jae-hoon.

Simon McMenemy

Layak mendapat predikat pelatih Eropa terburuk di Liga 1 dari lima pertandingan pertama, karena sebagai juara bertahan performa Bhayangkara FC jauh dari kata memuaskan. Hanya satu kemenangan yang diraih, dan sisanya mendapat 3 hasil imbang dan satu kekalahan lawan Perseru.

Sebagai catatan tambahan, di lima laga pertama hanya Persija yang menjadi lawan dari tim papan atas. Selebihnya, PSMS, PSIS, Perseru, dan Persela adalah tim yang di atas kertas materi pemainnya kalah kelas dibanding The Guardian, tapi hanya 5 poin yang didapat dari total 12 poin maksimal yang bisa diraih.