Turun Minum Komunitas

Kartini Cup 2018: Ketika Srikandi Lapangan Hijau Menebar Pesona di Bantul

Bertepatan dengan momen perayaan Hari Kartini, Asosiasi Provinsi (Asprov) D. I. Yogyakarta bekerja sama dengan Bank BPD DIY dan operator Kaukus Anak Gawang (KAG) mengadakan kejuaraan sepak bola wanita bernama Kartini Cup 2018, yang mengusung tema “Aku mau… Feminisme dan Nasionalisme”.

Diselenggarakan pada hari Minggu kemarin (22/4), Football Tribe Indonesia berkesempatan hadir untuk menyaksikan langsung para srikandi lapangan hijau beraksi di kejuaraan ini. Nuansa khas Hari Kartini sudah terpampang sejak memasuki arena pertandingan.

Bertempat di Stadion Dwi Windu Kabupaten Bantul, ajang yang baru digelar pertama kali ini diikuti oleh tiga klub sepak bola putri, yaitu tuan rumah Putri Protaba dari Bantul, Putri Mataram dari Kabupaten Sleman, dan Putri Candra Kirana yang diundang dari Kediri.

Serba wanita

Tepat pada pukul 8:00 pagi, acara dimulai dengan sambutan-sambutan dan foto bersama para pemain serta perangkat pertandingan. Pemain dari ketiga kesebelasan berbaris rapi, dan di depannya berdiri para wasit dan hakim garis, yang juga menjadi dirijen lagu Indonesia Raya.

Tugas sebagai pengadil lapangan hijau di turnamen ini juga memakai wasit wanita, lengkap beserta dua asistennya dan satu wasit cadangan. Semuanya berasal dari Asprov DIY. Nuansa Hari Kartini juga semakin kental dengan kehadiran pelatih tim Putri Mataram yang juga seorang perempuan, dan selalu semangat memberi instruksi dari pinggir lapangan.

Format turnamen Kartini Cup 2018 menganut sistem Trofeo TIM seperti di Italia. Dari tiga tim yang bertanding, masing-masing saling berhadapan sekali satu sama lain, dan pemenang ditentukan lewat perolehan poin. Menang di waktu normal dapat 3 poin, menang di adu penalti dapat 2 poin, kalah di adu penalti dapat 1 poin, dan kalah di waktu normal tidak mendapat poin.

Durasi per pertandingan adalah 35 menit dengan jeda istirahat 5-7 menit tiap laga. Tidak ada pembatasan kategori usia di turnamen ini, atau dengan kata lain bebas usia, Rentang tahun kelahiran pemain yang terdaftar adalah dari tahun 1989 sampai tahun 2005.

 

Jalannya turnamen

Cuaca di Bantul saat itu sangat cerah, dan tepat pada pukul 8:30 pertandingan pertama resmi dilangsungkan. Putri Candra Kirana dan Putri Mataram menjadi dua kesebelasan pertama yang saling beradu di Stadion Dwi Windu pagi itu, dan pertarungan keduanya berlangsung sengit.

Dari segi permainan, tim Putri Candra Kirana yang memakai kostum merah-merah terlihat lebih unggul secara individu maupun organisasi permainan. Namun, penyelesaian akhir yang buruk menjadi permasalahan utama yang tak sanggup diselesaikan.

Skor 0-0 menjadi hasil akhir laga pembuka ini di waktu normal, dan pertandingan dilanjutkan ke adu penalti. Di babak tos-tosan ini, kesialan tim Putri Candra Kirana kian bertambah. Mereka harus mengakui keunggulan tim Putri Mataram, dan harus puas mengantongi satu poin akibat kalah adu penalti.

Hasil ini menjadi antiklimaks bagi tim Putri Candra Kirana, karena mereka berhasil mengendalikan jalannya permainan, tapi harus mengakui keunggulan lawannya di akhir pertarungan.

Waktu saat itu menunjukkan pukul 9:04 pagi, dan matahari terus memancarkan sinar teriknya. Akan tetapi, panasnya cuaca saat itu tidak menyurutkan semangat para peserta Kartini Cup 2018 untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya demi meraih trofi juara.

Semakin seru jelang akhir

Usai dibuka dengan skor kacamata, Kartini Cup 2018 langsung meningkat kemeriahannya di pertandingan kedua, antara Putri Protaba Bantul dan Putri Candra Kirana. Dimenangkan oleh tim tuan rumah dengan skor 2-1, laga ini juga menghadirkan gol solo run Naura, pemain Candra Kirana yang melewati tiga pemain lawan di sisi kiri penyerangan.

Hingga akhirnya, waktu dan jadwal mempertemukan dua kandidat juara, Putri Protaba Bantul dan Putri Mataram di partai terakhir. Di luar dugaan, tim Putri Mataram yang mengawali turnamen dengan hasil kurang meyakinkan justru keluar sebagai kampiun, berkat kemenangan dua gol tanpa balas.

“Kami puas dengan hasil dan permainan anak-anak yang penuh semangat dan disiplin posisi, sehingga tidak memberikan peluang pada lawan untuk melakukan tembakan ke awah gawang”, ungkap pelatih tim Putri Mataram, Sri ‘Itut’ Astuti, setelah timnya memastikan gelar juara.

Sementara itu, Jacky Samuel Kunarto selaku juru taktik Putri Protaba Bantul juga mengaku bangga dengan pencapaian anak asuhnya, walau mayoritas diisi pemain muda dan gagal mengangkat piala di kandang sendiri.

“Dalam permainan sebenarnya Putri Protaba tidak kalah, mengingat pemain kami masih kombinasi pemain-pemain muda. Kami bisa mengalahkan Putri Kediri yang saya lihat lebih senior. Kekalahan kami dari Sleman memang saya akui Sleman banyak diperkuat pemain-pemain senior yang sudah banyak jam terbang,” tutur coach Jacky.

“Kami kehilangan beberapa pemain senior yang dipanggil timnas tapi saya yakin turnamen ini bisa menambah jam terbang anak-anak sekaligus untuk evaluasi. Harapan ke depannya, semoga sepak bola putri bisa disetarakan dengan tim putra, sehingga akan lebih maju,” pungkasnya.

Edisi perdana Kartini Cup 2018 bisa dibilang berlangsung meriah dan sukses. Tiap kontestan sangat bersemangat menampilkan permainan terbaiknya, tapi tetap menjunjung tinggi sportivitas. Rencananya, sekitar bulan Agustus mendatang akan digulirkan edisi kedua dengan mendatangkan tim asal Filipina.