Serial kartun Captain Tsubasa sudah resmi tayang ulang per April 2018. Sampai dengan episode ketiga ketika tulisan ini dibuat, tentu belum banyak karakter yang terlibat. Karakter favorit saya dalam kartun ini pun belum terlihat dan dia adalah Jun Misugi.
Jun Misugi adalah pemain Sekolah Dasar (SD) Musashi dan bermain sebagai pemain belakang. Posisi sebagai pemain belakang memungkinkan Misugi mengeluarkan kelebihan utamanya, membaca permainan musuh. Sebagai pemain dengan kecerdasan taktikal luar biasa, pemain bernomor punggung 14 itu memiliki keterbatasan fisik akibat memiliki Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
Tidak disebutkan PJB apa yang dimiliki oleh Misugi, namun penyakit itu membuatnya tak pernah bisa memainkan satu pertandingan penuh, kecuali saat semifinal pertandingan nasional antar SD yang mempertemukan SD Musashi dan SD Nankatsu yang diperkuat Tsubasa Ozora.
Kecerdasan taktikal itu pula yang membuat Misugi ditunjuk menjadi asisten pelatih timnas junior Jepang saat masa persiapan menghadapi Piala Dunia junior. Meskipun demikian, pada akhirnya saat Piala Dunia Junior berlangsung, pemain yang dijuluki sebagai pangeran lapangan hijau itu, diperbolehkan menjadi pemain, dengan catatan tak dimainkan lebih dari 10 menit. Dengan menit bermain sesedikit itu tak menghalangi Jun Misugi untuk berkontribusi. Pertandingan di perempat-final melawan Argentina dan semifinal melawan Prancis menunjukkan kecerdasannya sebagai seorang pemain.
Serangkaian operasi dan proses pemulihan panjang memungkinkan Jun Misugi bermain sebagai pesepak bola profesional, selain tentu juga karena memperistri Yayoi Aoba yang seorang dokter. Terakhir, Jun Misugi bermain untuk FC Tokyo, dan sempat berhadapan dengan Consadolle Sapporo yang diperkuat Hikaru Matsuyama, karakter yang memiliki teknik tendangan elang dan seorang gelandang pekerja keras.
Kisah Jun Misugi tidak sepenuhnya khayalan. Para penggemar Arsenal tak mungkin melupakan nama Nwankwo Kanu. Pemain asal Nigeria itu membela Meriam London sejak 1999 sampai 2004. Ia menjadi bagian dari The Invincibles Arsenal saat menjuarai Liga Inggris musim 2003/2004 yang tak terkalahkan dalam 49 laga. Kecuali saat membela West Bromwich Albion, Kanu selalu meraih trofi di setiap klub yang dibelanya. Mulai dari Iwuanyanwu Nationale, Ajax Amsterdam, Interazionale Milano, bahkan Portsmouth.
Pada level tim nasional, pemain yang sekarang berusia 41 tahun itu juga membantu Nigeria menjuarai Piala Dunia U-17 tahun 1993, medali emas Olimpiade 1996, dan peringkat kedua Piala Afrika edisi 2000. Melengkapi torehan gelarnya pada level klub adalah raihan individual sebagai Pemain Terbaik Afrika tahun 1996 dan 1999.
Pada tahun 1996, setelah menjuarai Olimpiade bersama Nigeria, Kanu pindah dari Ajax ke Inter. Pada saat pemeriksaan kesehatan diketahui bahwa Kanu memiliki kelainan pada katup Aorta, katup yang menghubungkan antara bilik ventrikel kiri dengan pembuluh darah Aorta, pembuluh yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh.
Pada tahun itu juga, Nwankwo Kanu menjalani operasi perbaikan katup. Membutuhkan waktu panjang untuk proses pemulihan membuat Kanu hanya membela Inter Milan sebanyak 12 kali pada periode 1996 sampai 1999. Sejak musim 1999/2000, Arsenal membelinya dari Inter dengan biaya 4,15 juta paun, dan kemudian, the rest is history.
(Lokasi Aortic Valve atau Katup Aorta, menghubungkan bilik ventrikel kiri dengan pembuluh darah Aorta yang menyuplai darah ke seluruh tubuh. Sumber)
Menjadi bagian dari Ajax Amsterdam yang menjuarai Eredivisie tiga musim berturut-turut sejak 1993/1994 sampai 1995/1996, serta menjuarai UEFA Champions League 1994/1995, lalu bermain gemilang pada semifinal Olimpiade 1996 di mana Kanu mencetak gol kemenangan 4-3 Nigeria atas Brasil yang akhirnya membawa Nigeria meraih medali emas, divonisnya Kanu harus menjalani operasi perbaikan katup tentu mengejutkan.
Terima kasih kepada tim dokter Inter yang berhasil menemukan kelainan ini, kita bisa memahami bahwa Penyakit Jantung Bawaan dapat diperbaiki dan dalam kondisi tertentu tidak membatasi karir profesional seorang atlet. Merasa beruntung dengan dirinya, Nwankwo Kanu mendirikan Kanu Heart Foundation pada tahun 2000. Sampai dengan Juli 2017, organisiasi ini telah menolong operasi 538 anak di Nigeria dengan Penyakit Jantung Bawaan.
Tentu tidak semua pemain seberuntung Kanu. Ada banyak pemain sepak bola seperti Marc Vivien Foe (Kamerun), Miklos Feher (Benfica), dan Antonio Puerta (Sevilla). Ketiga pemain itu mengalami PJB berupa Hyperthropic Cardiomyopathy (HCM) di mana bisa tidak bergejala dan terdeteksi sampai pemain mengalami Sudden Cardiact Arrest (SDA) atau henti jantung mendadak. Karidr ketiga pemain itu berakhir tragis, meninggal di lapangan. Fabrice Muamba, saat membela Bolton Wanderers di Piala FA tahun 2012 melawan Tottenham Hotspur juga mengalami SDA akibat HCM. Berbeda dari ketiga kompatriotnya, Fabrice Muamba berhasil diselamatkan walau harus pensiun dini kemudian.
PJB memiliki spektrum yang luas dan jenis yang banyak. Beberapa PJB dapat dideteksi dan diperbaiki, serta jika beruntung layaknya Jun Misugi dan Nwankwo Kanu, karier profesional seorang atlet pun dapat diselamatkan.