“Football is nothing without fans”
Sering mendengar atau membaca quote ini bukan?
Apalah arti sepak bola tanpa penggemar? Tentu stadion akan sepi, siaran langsung di televisi pun akan turun rating-nya. Penjualan tiket dan merchandise dari klub juga ikut menurun.
Sepak bola itu kompleks. Ada penonton, pengikut, suporter (pendukung), dan penggemar (fans). Kali ini kita akan mencoba membahas dulu tentang apa itu pengikut, suporter, dan penggemar merujuk pada penelitian Richard Giulianotti yang berjudul Supporters, Followers, Fans, and Flaneurs: A Taxonomy of Spectator Identities in Football.
Penggemar (fans) digambarkan memiliki jarak dengan klub dan tidak memiliki hubungan timbal balik. Mereka memiliki soliditas yang tebal ataupun tipis bergantung dengan kondisi dalam komunitasnya. Penggemar biasanya lebih akrab dengan penjualan merchandise karena memiliki identitas pasar dan dapat juga disebut sebagai konsumen.
Pengikut memiliki identitas bertingkat yang juga merepresentasikan mengapa soliditas mereka tak tentu sama dengan penggemar, yakni tebal atau tipis. Pengikut memiliki ruang instrumental yang memungkinkan mereka untuk melakukan pertukaran simbolik dengan klub. Pengikut memiliki ketertarikan pada anggota klub, misalnya pada pemain, manajemen, maupun anggota suporter lainnya.
Berbeda dengan fans dan pengikut, ciri suporter yang paling mudah dikenali ialah tebalnya soliditas antar anggotanya. Mereka memiliki identitas membumi atau rendah hati. Hubungan antar anggota suporter juga bebas karena mereka berasal dari kultur yang bermacam-macam. Begitu juga hubungan dengan klub kesayangan mereka, tak mengenal tim mana yang mereka dukung, sama dengan budaya asli mereka atau tidak itu tak masalah. Suporter identik memiliki ruang topofilik atau yang mampu menjelaskan tentang keintiman hubungan mereka dengan stadion.
Lalu bagaimana dengan suporter sebagai identitas klub?
Suporter memiliki peran yang erat dengan klub karena adanya hubungan timbal balik dari kedua belah pihak. Hubungan suporter dan klub menjelaskan simbol-simbol klub yang muncul sebagai refleksi dari budaya dan organisasi suporter yang terbentuk. Misalnya, warna dan desain jersey yang akan dikenakan oleh pemain serta alat-alat yang digunakan.
Klub mengakomodasi apa yang diinginkan suporter seperti layaknya sepasang kekasih yang saling memberi dan menerima. Klub memberikan fasilitas pada suporter untuk lebih mengenal klub kesayangannya, membantu mereka agar tetap eksis dalam dunia sepak bola, semakin maju, profesional, dan tentu saja semakin berprestasi.
Begitu pula suporter yang tak sungkan memanfaatkan fasilitas-fasilitas ini. Mereka pun seperti menjadi otoritas tertinggi bagi klub yang juga bertugas mengawasi apakah klub sudah menjalankan tugasnya dengan baik, sesuai dengan tujuannya.
Salah satu artikel dari Football Today News yang berjudul Fans and Club Identity mengungkapkan bagaimana suporter memiliki ikatan emosional terhadap klubnya. Hal yang tak dapat dipungkiri bahwa seiring berjalannya waktu, suporter tentu memiliki rasa cinta yang dapat tumbuh semakin besar pada klubnya. Bahkan tak jarang suporter menularkan kecintaannya tersebut pada keluarganya dan bagi mereka, stadion adalah rumah.
Suporter membentuk kerumunan di stadion yang sekaligus menciptakan atmosfer unik di tiap pertandingan. Menurut mereka, mendukung sebuah klub adalah pengalaman hidup yang juga menciptakan afeksi pada masing-masing individu.
Suporter sebagai komunitas juga memiliki norma dan budayanya sendiri. Terkadang gayanya dalam mendukung klub ikut mempengaruhi gaya bermain timnya. Peleburan sub kultur yang mereka lakukan pada anggotanya pun mampu memberikan pengaruh pada anggota tim atau bahkan pada kelompok suporter dan tim lain.
Di sisi lain, suporter juga dapat mematahkan hubungan timbal balik yang sudah terbangun dengan klubnya. Hal ini berhubungan dengan kepuasan terhadap apa yang suporter inginkan. Misalnya yang sempat terjadi pada Aremania (15/04/2018) atau yang dilakukan oleh Ultras (05/06/2017) lalu. Diketahui bahwa Aremania dan Ultras memprotes keras apa yang terjadi pada tim kesayangan mereka karena tak kunjung mendapat kemenangan. Kejadian ini sebenarnya sangat disayangkan, namun (mungkin) wajar mengingat betapa kecewa mereka dengan performa klub kebanggaan.
Apa yang dilakukan oleh klub juga merepresentasikan suporter mereka sendiri. Bagaimana mereka mengakomodir suporter sebagai salah satu aset klub dan bagaimana mereka merepresentasikan target klub agar mudah dipahami oleh suporter. Bukankah untuk mencapai prestasi perlu adanya konsistensi antara klub dan suporter?
Pahamilah bahwa suporter juga menjadi identitas suatu klub dan begitu pula sebaliknya. Karena keduanya merupakan sebuah sistem. Jadi ketika salah satunya mendapat masalah, maka yang lain akan ikut merasakan dampaknya.