Cerita

‘Bencana’ di Skuat Arema FC, Apa Penyebabnya?

Aremania sampai turun ke lapangan, sebagai bentuk dari protes mereka karena tim kesayangan tidak juga berhasil meraih kemenangan hingga pekan keempat Liga 1 2018. Arema FC secara mengejutkan berada di dasar klasemen. Hingga pekan keempat, mereka hanya berhasil meraup dua poin, hasil dari dua kali imbang dan dua kali menelan kekalahan.

Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, situasi di tim Arema jelang pertandingan melawan Persib Bandung memang tidak terlalu baik. Seluruh pemain Singo Edan berada dalam kondisi stres berat. Bahkan beberapa hari sebelum pertandingan, para pemain sempat melakukan liburan bersama ke daerah Batu, Malang, untuk melepas ketegangan. Pun beberapa saat jelang pertandingan, sempat diadakan doa bersama yang dipimpin oleh seorang ustaz dengan harapan Arema akan tampil lebih baik.

Tentu menjadi pertanyaan besar, bagaimana bisa Arema yang menjadi runner-up di kompetisi Torabika Soccer Championship, lalu menjadi juara di Piala Presiden 2017, dalam kurun waktu satu tahun, penampilan mereka kemudian memburuk? Bahkan boleh jadi kondisi saat ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh seluruh elemen klub Arema FC, baik para pemain, manajemen klub, maupun Aremania.

Sebenarnya, indikasi penurunan sudah terlihat sejak musim lalu. Masih segar dalam ingatan bagaimana Johan Alfarizi dan kawan-kawan dihantam Persela Lamongan dengan skor mencolok, 4-0. Atau ketika mereka dihantam Bali United dengan skor 6-1. Pun dengan ketika mereka kalah di kandang sendiri melawan Persipura Jayapura dengan skor 0-2. Dan mesti dicatat, Arema mengakhiri kompetisi Liga 1 musim lalu di papan tengah atau tepatnya peringkat sembilan.

Mengurai benang merah terkait apa yang menjadi penyebab bobroknya penampilan Arema musim ini agak sulit. Ada banyak sekali faktor yang membuat Singo Edan seakan tidak bertaring musim ini, mulai dari pelatih hingga pemain. Meskipun demikian, ada faktor utama yang membuat Arema berada di situasi sulit saat ini, yaitu soal regenerasi pemain.

Kalkulasi Arema kurang tepat terkait kasus Cristian Gonzales. Mereka seakan terbuai dengan penampilan El Loco yang terus mencetak gol hingga usia senja. Akhirnya ketika sang pemain mencapai ujungnya, Arema kesulitan mencari pengganti. Dedik Setiawan masih membutuhkan waktu untuk mencapai kematangan, sementara Thiago Furtuoso yang dijadikan sebagai suksesor belum juga mencapai ekspektasi yang dibebankan kepadanya walau tak bisa dibilang sebagai penyerang yang buruk.

Regenerasi di lini pertahanan sebenarnya adalah yang paling pelik. Arema belum benar-benar mendapatkan jalan keluar setelah kiper utama mereka, Kurnia Meiga Hermansyah, mengalami musibah dan mesti absen panjang. Kurniawan Kartika Ajie yang direkrut, nyatanya lebih banyak disibukkan dengan pemanggilan ke tim nasional Indonesia usia muda yang akan berlaga di Asian Games 2018. Arema kemudian terpaksa memakai kiper muda minim pengalaman, Utam Rusdiana.

Sementara tim lain terus berbenah dan berkembang, Arema sepertinya masih tertahan atau lebih tepatnya masih mabuk karena raihan prestasi pada tahun 2016 dan awal tahun 2017 lalu. Mereka seakan tidak sadar bahwa dunia terus berputar dan bola terus bergulir. Situasi ini tentu mesti diselesaikan sesegera mungki dan pastinya seluruh elemen klub Arema pun akan berupaya untuk segera keluar dari lubang jarum. Karena jika tidak, ancaman untuk degradasi ke Liga 2 tentu adalah sesuatu yang nyata.