Kolom

Harry Winks yang Menantang Nasib Agar Tak Bernasib seperti Jack Wilshere

Di tahun Piala Dunia, Inggris memiliki pemain baru yang bisa menjadi juru selamat mereka. Ia adalah Harry Winks, pemuda berusia 21 tahun dari Herthfordshire. Meski baru memiliki segelintir caps bersama timnas Inggris dan beberapa kali bermain di tim utama Tottenham Hotspur, julukan penyelamat sudah disematkan kepadanya.

Ia memang pemain yang baik, dan selama di musim 2017/2018 ini penampilannya terhitung memuaskan. Meskipun begitu, kita harus sadar bahwa saat ini pemain muda yang menjanjikan bisa layu karena menanggung tekanan yang berlebihan dari satu negara.

Jack Wilshere sangat paham tentang hal ini. Seperti layaknya Winks, ia mampu mendapatkan popularitas ketika tampil luar biasa di Liga Champions menghadapi salah satu klub raksasa, Barcelona. Gelandang Arsenal yang satu ini tampil gemilang di tahun 2011 menghadapi Blaugrana, yang kemudian ditiru Winks enam setengah tahun kemudian, menghadapi rival abadi Barcelona, Real Madrid.

Meskipun begitu, ada perbedaan kecil dari peran yang mereka mainkan di lapangan. Wilshere bermain lebih ke belakang ketimbang Winks, yang bermain lebih ofensif dan menjadi sumber kreativitas Spurs, terutama ketika melawan Real Madrid di Santiago Bernabeu. Namun, mereka memberi dampak yang sama bagi timnya. Wilshere mampu melakukan 46 operan tepat sasaran dengan persentase sukses 63,5% dan Winks 45 operan dengan persentase 91%.

Puja-puji yang mereka dapatkan pun serupa. “Winks, di umur 21 tahun, menunjukkan karakter yang positif ketika menghadapi lini tengah Madrid yang diisi nama-nama besar seperti Luka Modric dan Toni Kroos,” tulis Paul Hayward, di The Telegraph Sky. Enam tahun sebelumnya, orang yang sama menulis seperti ini di The Guardian “Wilshere, di usia 19 tahun, mampu bersinar di lini tengah menghadapi dua gelandang terbaik milik Barcelona, Xavi dan Andres Iniesta.”

Sangat mirip, bukan? Namun, opini Hayward bukanlah opini satu-satunya tentang Wilshere dan Winks yang serupa. Jurnalis BBC, Phil McNulty, menuliskan performa Wilshere di tahun 2011 sebagai “performa yang penuh ketenangan” sebelum menulis performa Winks sebagai “performa yang tenang dari pemain kaliber Liga Champions”. Henry Winter mendeskripsikan keduanya sebagai pemain pemberani. Masih banyak lagi opini serupa yang mereka dapatkan.

Namun, akankah Winks mengulangi kegagalan Wilshere untuk memenuhi harapan dan tekanan? Sejauh ini, Winks mampu untuk tetap membumi dan tampil baik secara konsisten. Meskipun begitu, patut diingat bahwa Wilshere juga melakukan hal serupa setelah tampil hebat melawan Barcelona. Winks, sejauh ini, juga sadar akan hal itu dan mengeluarkan perkataan seperti “saya akan menerima pujian seperti itu, namun saya masih sangat jauh ketimbang Modric” dalam satu wawancara bersama Ball Street.

“Fokus saya adalah untuk terus bekerja keras, untuk tetap memproduksi hal yang baik, dan terus bermain bagus untuk menjaga momentum,” tuturnya di program matchday Tottenham kala menghadapi West Ham musim ini. “Saya tak akan terlena. Target saya adalah untuk terus berkembang dan selalu mendapatkan menit bermain sebanyak yang saya mampu.”

Tentunya, masa depan Winks bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal. Ia bisa bekerja keras seperti siapapun, namun, bukan tak mungkin ia juga akan mengalami cedera serius, seperti layaknya yang menimpa Wilshere dan menghambat perkembangannya. Cedera pergelangan kaki yang Wilshere alami membuatnya harus melewatkan setengah musim 2011/2012, dan cedera lainnya membuatnya hanya tampil sebanyak 14 kali di antara bulan November 2014 hingga April 2016.

Sayangnya, ketika fit, Wilshere tak mampu menampilkan performa yang diharapkan oleh publik Inggris setelah tahun 2011 lalu. Beberapa kontroversi yang menyangkut rokok dan klub malam juga mengganggunya, meskipun beberapa media memberitakan hal tersebut secara berlebihan. Namun, satu yang pasti, pujian yang diterima Wilshere tampak membuatnya tumbuh dan layu terlalu cepat. Ia berpikir bahwa ia sudah memenangi lomba, meskipun pada kenyataannya garis finis masih jauh di pelupuk mata. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana Ian Wright memintanya untuk mempertimbangkan rekan-rekan yang ia temui di luar lapangan, dan Arsene Wenger yang terus mengulangi perkataanya bahwa kematangan dan kerja keras Wilshere di usia muda membuatnya berpikir terlalu jauh.

Dengan adanya Mauricio Pochettino sebagai pelatih dan di klub yang tengah mengalami tren yang baik, Winks tentunya berada di lingkungan yang tepat, dengan tak ada orang yang membiarkannya untuk terlena.

Winks juga berada di klub yang tak akan membayarnya terlalu besar, dengan kabar yang beredar bahwa ia akan mendapat kenaikan gaji mencapai 40 ribu paun per minggu, ketimbang Wilshere yang mendapatkan 80 ribu paun per minggu di usia 20 tahun. Apabila Winks masih memiliki peluang untuk mendapatkan uang lebih di masa depan, dengan pelatih yang akan meminta banyak, maka ia tak akan kehilangan motivasi di masa depan. Ia mungkin akan menjadi juru penyelamat Inggris, namun setidaknya simpan julukan tersebut untuk beberapa tahun selanjutnya.

Penerjemah: Ganesha Arif Lesmana