Cerita

Veni, Vidi, Vici ala Jupp Heynckes

Tiga gol Paris Saint-Germain (PSG) dari Dani Alves, Edinson Cavani dan Neymar yang bersarang di gawang Sven Ulreich pada matchday babak penyisihan grup Liga Champions 2017/2018 kedua dirasa lebih dari cukup oleh manajemen Bayern München.

Tidak menyatunya skuat dan sang pelatih, Carlo Ancelotti, sebagai unit yang utuh, dianggap sangat membahayakan tim. Membiarkan hal itu terjadi sama artinya dengan merelakan kapal Bayern yang memiliki lubang di bagian lambungya, tenggelam perlahan-lahan.

Seolah tak ingin menunggu lebih lama, manajemen Bayern langsung bergerak cepat agar kapal mereka dapat bertahan. Sehari setelah kekalahan memalukan itu, 28 September 2018, Ancelotti secara resmi didepak dari Stadion Allianz Arena, kandang dari kesebelasan yang berdiri pada 27 Februari 1900 itu.

Sejumlah nama mengapung sebagai suksesor Ancelotti kala itu, mulai dari Joachim Löw, Julian Nagelsmann, sampai Thomas Tuchel. Namun realitanya, pilihan Bayern jatuh kepada maestro yang berjasa menghadirkan treble winners di musim 2012/2013, Jupp Heynckes.

Sesungguhnya, Heynckes sudah menyatakan bahwa dirinya pensiun sebagai pelatih usai musim gilang gemilang tersebut. Akan tetapi, ia terpaksa turun gunung demi menambal lubang di kapal Bayern sekaligus menakhodai mereka untuk melaju lebih kencang guna menerjang ‘badai’ di sisa musim 2017/2018. Walau demikian, banyak kalangan yang mengklaim jika penunjukan Heynckes saat itu adalah wujud keputusasaan pihak Bayern.

Namun seiring waktu, keputusan manajemen Bayern untuk menggunakan jasa pria kelahiran Mönchengladbach itu sekali lagi (secara keseluruhan telah membesut Die Bayern dalam empat periode berbeda) nyatanya tidak salah.

Bersama Heynckes, Arjen Robben dan kolega perlahan-lahan bangkit dan kembali ke khitahnya sebagai tim papan atas yang mampu bersaing di jalur juara.

Di tangan sosok juga pernah menangani Benfica dan Real Madrid tersebut, Bayern jadi satu unit yang tangguh dan susah ditaklukkan. Semenjak mengambil tongkat kepelatihan per 9 Oktober 2018, mereka terus mendulang hasil-hasil apik. Padahal, beberapa penggawa andalan Bayern seperti Mats Hummels, Manuel Neuer, Franck Ribery, dan Robben sempat absen lantaran cedera.

Berdasarkan statistik, dalam 32 laga pada seluruh kompetisi yang diikuti musim ini, Bayern di bawah asuhan Heynckes sukses memetik 28 kemenangan serta masing-masing dua hasil imbang dan kekalahan.

Kala diasuh Ancelotti, Bayern tetap dikenal sebagai tim yang punya lini serang mengerikan tapi sedikit bermasalah di sektor pertahanan. Namun Heynckes berhasil menyulap keadaan itu secara paripurna. Die Bayern besutannya jadi tim yang sangat produktif dalam urusan mencetak gol tapi juga hebat mempertahankan keperawanan gawangnya.

Mengacu pada pencapaian luar biasa itu, Bayern mengukuhkan dirinya sebagai pemuncak klasemen Bundesliga dengan selisih poin masif dari Schalke 04, menjejak semifinal Piala Jerman guna berjumpa Bayer Leverkusen dan untuk sementara mengantongi keunggulan di fase perempat-final Liga Champions atas Sevilla (sekaligus membuka peluang mereka melaju ke semifinal).

Dengan performa apik yang disuguhkan secara konsisten di tiga ajang tersebut, Heynckes punya kans untuk mengulangi cerita indah nan bersejarah layaknya musim 2012/2013 silam.

Semalam (7/4), Bayern memastikan diri sebagai kampiun Bundesliga 2017/2018 atau yang ke-28 di sepanjang sejarah klub usai memetik kemenangan telak 4-1 di kandang Augsburg. Padahal, di partai tersebut Heynckes banyak menurunkan para pelapis seperti Juan Bernat, Rafinha dan Sandro Wagner plus sempat bermain buruk dalam 25 menit pertama.

Di sisi lain, keberhasilan Robben dan kolega menyegel trofi Bundesliga saat kompetisi masih tersisa lima pekan lagi membuktikan bahwa bareng Heynckes, mereka bak kisah horor yang tak ingin didengar atau dijumpai siapapun.

“Ini adalah kesuksesan bagi seluruh elemen yang ada di tubuh Bayern. Mulai dari pihak manajemen, pemain, staf kepelatihan, sampai suporter. Harus diakui bahwa standar di dalam kesebelasan ini sangatlah tinggi sehingga kami harus berjuang keras setiap waktu”, ungkap Heynckes seperti dikutip dari ESPN.

Jangan kaget pula andai di pengujung musim 2017/2018 nanti, ada dua silverwares tambahan (Piala Jerman dan Liga Champions) yang masuk ke dalam almari trofi Bayern sekaligus mencatat treble winners untuk kedua kalinya sepanjang sejarah.

Pasalnya, lelaki 72 tahun ini juga menyatakan bahwa saat ia diminta melatih kembali oleh manajemen Bayern, gelar Bundesliga bukanlah target utama. Entah karena keinginan manajemen untuk memprioritaskan titel juara dari kompetisi lain atau pada dasarnya, mereka memang sudah yakin jika gelar Bundesliga pasti ada di genggaman kendati terseok-seok di awal musim.

Pada tahun 47 Sebelum Masehi, diktator Romawi nan kondang, Julius Caesar, terlibat peperangan dengan Pharnaces II dari Pontus. Peperangan itu sendiri dinamakan Perang Zela karena berlangsung di kawasan Zela (saat ini jadi bagian dari negara Turki) dan berhasil dimenangi oleh kubu Romawi.

Ada satu ucapan Julius Caesar yang begitu fenomenal saat itu yakni Veni, Vidi, Vici atau dalam Bahasa Indonesia bermakna ‘Aku Datang, Aku Lihat dan Aku Menang’.

Situasi nyaris serupa, walau dari kancah sepak bola, tampaknya muncul lagi sekarang dengan Heynckes sebagai aktornya. Tanah Jerman sudah ia taklukkan bersama Bayern, Eropa bisa menjadi giliran selanjutnya.

#MiaSanMia

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional