Cerita

Irfan Jaya yang Harus Segera Bangkit dari Performa Buruk

Walau kemampuannya sempat disangsikan oleh suporter fanatik Persebaya Surabaya, Bonek, tapi Irfan Jaya berhasil menjawabnya dengan cara paripurna saat mentas di Liga 2 musim 2017 yang lalu. Tak heran bila namanya lantas jadi idola baru publik kota Pahlawan.

Khusus di bawah arahan nakhoda berpaspor Argentina, Angel Alfredo Vera, Irfan sanggup bertransformasi jadi seorang winger yang agresif, gesit, sulit dijaga, sekaligus piawai membobol jala lawan. Ia selalu menjadi salah satu senjata utama Vera di setiap partai yang dilakoni Persebaya ketika itu.

Salah satu hal yang disukai khalayak tentang Irfan adalah karakternya yang tidak egois saat berada di lapangan. Setiap kali menciptakan atau beroleh peluang emas, ia tak melulu mengeksekusinya sendiri. Dalam beberapa momen krusial, pemuda asal Bantaeng ini juga membaginya dengan rekan setim. Bonek pun melabelinya sebagai sosok team player.

Aksi-aksi menawan Irfan pada babak penyisihan grup, 16 besar, 8 besar, semifinal, dan final yang berbuah 11 gol dan 7 asis sekaligus mengantar Bajul Ijo promosi ke Liga 1, membuatnya dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga 2 2017. Sebuah pencapaian yang dirasa pantas oleh banyak kalangan karena performa brilian figur berusia 21 tahun tersebut.

Berbekal penampilan luar biasa itu pulalah, Irfan mendapat panggilan dari pelatih tim nasional Indonesia, Luis Milla, untuk bergabung dengan tim U-23. Ibarat cita-cita, Irfan pun menggapai semuanya dalam tempo satu tahun.

Tak berhenti sampai di situ, keberadaan Irfan yang dirasa amat esensial oleh manajemen membuatnya dihadiahi perpanjangan kontrak plus kenaikan gaji. Alhasil, klub-klub lain yang sempat mengutarakan ketertarikannya terhadap Irfan, mengambil langkah mundur.

Namun suatu hal yang tak terduga justru hadir setelah momen-momen manis itu dicecap Irfan. Sinarnya yang makin berkilau karena jadi bagian penting di skuat Persebaya serta timnas, popularitasnya yang terus melonjak sebagai salah satu pesepak bola muda dengan prospek cerah, malah memengaruhi aksinya di atas lapangan.

Irfan yang tetap menjadi andalan Vera justru gagal menampilkan performa terbaiknya sejak turnamen pra-musim yang diikuti Persebaya di awal tahun ini (meski di sejumlah momen, Irfan terpaksa absen karena memperkuat timnas).

Tusukan-tusukannya yang kerap mendatangkan kengerian bagi lini pertahanan tim lawan, hilang tak berbekas. Setiap kali bola ada di kakinya, Irfan kini lebih sering melakukan aksi-aksi individu berupa giringan atau bahkan tembakan yang sayangnya, acapkali tak mendatangkan manfaat untuk Bajul Ijo.

Situasi yang sama juga terlihat di sepasang partai Liga 1 yang sudah dijalani Persebaya yaitu versus Perseru Serui (25/3) dan Persela Lamongan (30/3). Dipasang sebagai winger kanan utama, penampilan Irfan begitu jauh dari kata memuaskan. Tak heran jikalau Bonek terus melancarkan kritik terhadap penampilan Irfan belakangan ini.

Performa seorang pemain yang mirip sebuah siklus, kadang cemerlang di satu periode tapi di waktu lain bisa amat jeblok, bisa menghampiri siapa saja dan kapan saja. Hal serupa barangkali sedang menghampiri Irfan.

Akan tetapi, tanpa upaya sungguh-sungguh buat memperbaiki penampilan (berlatih semakin keras sembari membenahi mentalitas setiap kali turun bertanding), Irfan justru akan terkungkung dalam periode menyedihkan ini dalam jangka waktu yang lebih lama.

Ditinjau dari sisi manapun, keadaan itu jelas tak menguntungkan untuknya. Terlebih, Bajul Ijo mempunyai materi yang cukup berlimpah di area sayap sehingga Vera bisa menurunkan para penggawa lain kapan saja dan menempatkan Irfan di bangku cadangan.

Di usia yang masih tergolong belia, ada baiknya jika Irfan tidak cepat puas dengan segala pencapaian yang sudah ia rengkuh. Terus menempa diri agar lebih baik dari waktu ke waktu merupakan sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab dengan cara itulah, Irfan dapat benar-benar berkembang sebagai pesepak bola jempolan.

Ayo bangkit, Irfan Jaya!

#KamiHausGolKamu

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional