Cerita

Dari Cina, Ramires Mengintip Peluang ke Rusia

Bulan Januari 2016, satu kejutan tak terduga menyeruak di bursa transfer musim dingin. Gelandang energik tim nasional Brasil, Ramires, yang dipunyai oleh kesebelasan Liga Primer Inggris, Chelsea, setuju untuk angkat kaki dari Stadion Stamford Bridge.

Lebih mengejutkan lagi karena destinasi anyar yang dipilih Ramires bukanlah klub Eropa yang level kemapanannya di atas The Blues, melainkan tim Liga Super Cina, Jiangsu Suning. Mahar senilai 25 juta paun menjadi pemulus transfer Ramires ke Negeri Tirai Bambu.

Keputusan pria kelahiran Barra do Pirai tersebut memunculkan berbagai asumsi di kalangan pendukung Chelsea sendiri ataupun bukan. Terlebih, semasa merumput di London Barat sejak tahun 2010, ia sukses menggamit lima titel kampiun (masing-masing berupa satu gelar Liga Primer Inggris, Piala FA, Piala Liga, Liga Champions, dan Liga Europa).

Ada yang merasa bahwa pilihan Ramires untuk hijrah ke Benua Asia didasari oleh keinginan untuk mendapatkan menit bermain lebih setelah dua manajer The Blues di musim 2015/2016, Jose Mourinho dan Guus Hiddink, jarang menurunkannya.

Namun di sisi lain, ada pula yang menganggap Ramires keblinger dengan upah yang ditawarkan oleh Jiangsu. Menurut laporan sambafoot, gaji Ramires di Jiangsu nilainya dua kali lebih tinggi daripada jumlah yang ia peroleh andai tetap bertahan di Chelsea.

Terlepas dari asumsi apapun yang mengemuka, tekad Ramires untuk membela Jiangsu telah bulat. Apalagi pihak manajemen dari klub yang bermarkas di Stadion Nanjing Olympic Sports Centre itu berjanji untuk menjadikannya sebagai pilar utama sekaligus kunci permainan tim.

Benar saja, selama dua musim awal membela Jiangsu di Liga Super Cina, figur berkepala plontos yang populer dengan etos kerja, stamina, kecepatan, dan visi bermain apik ini, tak pernah merumput kurang dari 30 kali (pada semua kompetisi di mana Jiangsu berpartisipasi) di setiap musim.

Sayangnya, hingga detik ini belum ada satu titel pun yang berhasil Ramires persembahkan untuk Jiangsu dan para suporter fanatiknya. Paling maksimal, mereka hanya beroleh status runner-up (peringkat dua Liga Super Cina dan finalis Piala FA musim 2016).

Pada titik lain, kepergian Ramires ke Negeri Tirai Bambu juga berkaitan dengan hasratnya untuk kembali ke timnas Brasil. Pasalnya, seusai merumput di laga persahabatan versus Ekuador medio September 2014 silam (saat dirinya masih berkostum Chelsea), Ramires tak pernah lagi mengenakan seragam kuning-biru khas Selecao.

Carlos Dunga (2014-2016) dan Tite (2016-sampai sekarang), dua pelatih yang membesut Brasil tampak enggan memanfaatkan jasa Ramires. Namanya tersisih oleh beberapa pemain tengah yang lebih muda seperti Casemiro, Fred, Paulinho, Phillipe Coutinho, Willian, dan bahkan wonderkid anyar, Arthur. Padahal, usia Ramires baru menyentuh 31 tahun tepat di hari ini (24/3).

Mengingat koleksi penampilannya bersama timnas Brasil sudah menembus 52 kali dan diwarnai 4 gol, pengalaman dan skill Ramires tentu masih bisa dimaksimalkan. Terlebih dalam waktu dekat, Selecao akan mentas di turnamen sepak bola antarnegara paling akbar sejagad, Piala Dunia 2018 di Rusia.

Walau demikian, misi Ramires untuk beroleh satu tempat di skuat Brasil yang mentas di Piala Dunia 2018 pasti takkan mudah. Ia wajib membuktikan diri secara paripurna kepada Tite bahwa dirinya lebih dari sekadar pantas untuk dibawa ke Rusia guna membantu Brasil merengkuh titel dunianya yang keenam sepanjang sejarah.

Akankah misi Ramires untuk kembali ke timnas Brasil terwujud bulan Juni nanti?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional