Peta kekuatan di kompetisi kasta tertinggi Indonesia rupanya berubah dalam kurun waktu yang tergolong singkat. Pada awal tahun 2017 lalu, Persipura Jayapura sangat diunggulkan untuk keluar sebagai juara Liga 1. Kini, tak banyak orang yang berani seoptimis itu lagi.
Hasil buruk Persipura yang hanya sanggup finis d posisi enam Liga 1 2017 membuat para penggila berpikir ulang, mungkin dominasi Mutiara Hitam di Indonesia telah runtuh. Ini diperparah dengan fakta bahwa klub asal Jayapura ini dilanda eksodus pemain pada akhir 2017 dan awal 2018 lalu.
Nama-nama elite seperti Ferinando Pahabol, Nelson Alom, Ruben Sanadi, Osvaldo Haay, dan Marinus Wanewar memutuskan untuk hijrah ke klub lain. Sebagian besar dari mereka terpengaruh isu bahwa kondisi keuangan Persipura saat ini sedang goyah. Tanda-tanda isu tersebut semakin dekat dengan kenyataan terlihat ketika pengoleksi empat gelar juara Liga Indonesia ini harus menarik diri dari turnamen bergengsi Piala Presiden 2018.
Namun, sedikit demi sedikit kondisi tim mereka kembali ke normal. Beberapa perusahaan dikabarkan telah mendekat untuk menjadi sponsor. Persipura juga mengontrak pelatih asing sekaliber Peter Butler. Pria Inggris ini pernah menangani beberapa klub Malaysia, seperti Kelantan FA, Terengganu FA, dan T-Team FC. Selain itu, Butler juga sempat menangani Yangon United (Myanmar) dan Police Tero FC (Thailand). Ia juga pernah menangani Persiba Balikpapan dan tim nasional Botswana.
Sedikit demi sedikit, Butler membangun ulang fondasi Persipura. Posisi mereka yang hengkang dengan cepat digantikan oleh para jebolan Persipura junior. Gunansar Mandowen, Todd Rivaldo Ferre, Marcel Kararbo, Ronaldo Wanma, Gosner Komboy, dan Efraim Awes adalah nama-nama yang dipersiapkan menjadi andalan Mutiara Hitam di masa depan. Selain itu, mereka terbantu dengan kedatangan eks bek kiri Perseru Serui dan Semen Padang, Boas Atururi.
Para senior menjadi kunci
Sewaktu Persipura menang 1-0 atas juara bertahan Bhayangkara FC di gelaran turnamen JakaJaya, terlihat jelas bahwa para pemain senior mereka berkontribusi sangat besar. Boaz Solossa, Ian Louis Kabes, Yustinus Pae, dan Ricardo Salampessy sudah sangat padu satu sama lain, mengingat mereka telah bermain bersama selama lebih satu dekade.
Meskipun tidak berada dalam performa terbaiknya pada Liga 1 2017 lalu, Boaz masih sanggup mencetak 10 gol dan 10 asis. Tugasnya memburu gol pada musim 2018 ini akan dibantu oleh duet penyerang asing, Marcel Sacramento dan Hilton Moreira. Kedua legiun asing ini juga telah berusia matang, masing-masing telah berada di usia kepala tiga. Maka, ketenangan dan mental bertanding para pemain senior ini sangat diperlukan untuk mengembangkan para pemain yang lebih junior oleh mereka.
Kehilangan sosok Yoo Jae-hoon
Persipura tentu saja kehilangan sosok kiper asing yang telah bersama mereka selama delapan tahun terakhir. Sebagai pengganti pemain Korea Selatan yang hijrah ke Mitra Kukar tersebut, Persipura mendatangkan Try Goentara, kiper muda yang musim lalu memperkuat PSS Sleman. Ini bisa menjadi kelemahan skuat arahan Butler, mengingat jam terbang Try jauh di bawah Yoo. Sebagai alternatifnya, slctor penjaga gawang dapat diisi mantan Persegres Gresik United, Fitrul Dwi Rustapa, dan kiper senior Dede Sulaiman.
Player to watch: Prisca Womsiwor
Tanah Papua memang tak pernah kekurangan talenta lapangan hijau. Di saat Boaz sebagai legenda hidup kini sudah menginjak usia kepala tiga, muncullah Prisca Womsiwor. Pemain berusia 22 tahun ini membuat kita terkagum-kagum pada Liga 1 2017 lalu dengan torehan tujuh gol dan tujuh asis. Entah mengapa pelatih tim nasional Luis Milla belum kunjung memberi kesempatan pada penyerang sayap lincah ini. Prisca sudah digadang-gadang akan menjadi penerus Boaz di masa depan.
Prediksi: Finis di antara urutan 4 sampai 6
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.